medcom.id, Jakarta: Kepala Sub Kecelakaan Udara KNKT Kapten Nurcahyo Utomo mengungkapkan, setelah lepas landas dari Bandara Juanda, Surabaya pukul 05.35 WIB, Pesawat AirAsia QZ 8501 sempat mengalami aktivasi tanda peringatan hingga empat kali.
Hal tersebut lantaran terjadinya gangguan pada komponen pesawat, yaitu sistem Rudder Travel Limiter Unit (RTLU) yang berada di ekor pesawat. Sehingga mengaktifkan Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM).
Gangguan keempat pukul 06.15 WIB inilah cikal bakal jatuhnya burung besi itu. Flight Data Recorder mencatat gangguan ini berusaha diperbaiki dengan cara direset.
"Namun pesawat malah naik hingga 38.000 kaki dan miring hingga 104 derajat," Kata Nurcahyo di kantor Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Selasa (1/12/2015).
Karena kemiringan tersebut, pesawat mulai tak terkendali. Usaha pilot dan copilot membuahkan hasil di ketinggian 29.000 kaki. Di ketinggian tersebut pesawat mulai stabil. Namun nahas pesawat mulai tak terkendali dan jatuh secara diagonal mengantam laut.
"Itu turunnya 12.000 kaki per menit Jadi kira-kira sekitar 2,5 menit," ujar dia.
Seperti diketahui, pada tanggal 28 Desember 2014, sebuah pesawat Airbus A320 yang dioperasikan oieh PT. Indonesia AirAsia dalam penerbangan dari Bandar Udara Juanda berangkat jam 05.35 WiB, Surabaya menuju Bandar Udara Changi, Singapura dengan ketinggian jelajah 32.000 kaki di atas permukaan air iaut.  Pesawat diperkirakan tiba di Singapura pada jam 08.36 waktu Singapura atau 07.36 WlB.
Di dalam pesawat terdapat 162 orang yang terdiri dari dua pilot, empat awak kabin, dan 156 penumpang termasuk seorang engineer. Dalam penerbangan ini pimpinan penerbangan (captain pilot) bertindak sebagai pilot monitoring dan co-pilot bertindak sebagai pilot flying.  
  
  
    medcom.id, Jakarta: Kepala Sub Kecelakaan Udara KNKT Kapten Nurcahyo Utomo mengungkapkan, setelah lepas landas dari Bandara Juanda, Surabaya pukul 05.35 WIB, Pesawat AirAsia QZ 8501 sempat mengalami aktivasi tanda peringatan hingga empat kali. 
Hal tersebut lantaran terjadinya gangguan pada komponen pesawat, yaitu sistem 
Rudder Travel Limiter Unit (RTLU) yang berada di ekor pesawat. Sehingga mengaktifkan 
Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM). 
Gangguan keempat pukul 06.15 WIB inilah cikal bakal jatuhnya burung besi itu. 
Flight Data Recorder mencatat gangguan ini berusaha diperbaiki dengan cara direset.
"Namun pesawat malah naik hingga 38.000 kaki dan miring hingga 104 derajat," Kata Nurcahyo di kantor Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Selasa (1/12/2015). 
Karena kemiringan tersebut, pesawat mulai tak terkendali. Usaha pilot dan copilot membuahkan hasil di ketinggian 29.000 kaki. Di ketinggian tersebut pesawat mulai stabil. Namun nahas pesawat mulai tak terkendali dan jatuh secara diagonal mengantam laut. 
"Itu turunnya 12.000 kaki per menit Jadi kira-kira sekitar 2,5 menit," ujar dia. 
Seperti diketahui, pada tanggal 28 Desember 2014, sebuah pesawat Airbus A320 yang dioperasikan oieh PT. Indonesia AirAsia dalam penerbangan dari Bandar Udara Juanda berangkat jam 05.35 WiB, Surabaya menuju Bandar Udara Changi, Singapura dengan ketinggian jelajah 32.000 kaki di atas permukaan air iaut.  Pesawat diperkirakan tiba di Singapura pada jam 08.36 waktu Singapura atau 07.36 WlB. 
Di dalam pesawat terdapat 162 orang yang terdiri dari dua pilot, empat awak kabin, dan 156 penumpang termasuk seorang engineer. Dalam penerbangan ini pimpinan penerbangan (captain pilot) bertindak sebagai 
pilot monitoring dan co-pilot bertindak sebagai 
pilot flying. 
Cek Berita dan Artikel yang lain di 
            
                
                
                    Google News
                
            Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DRI)