Ilustrasi-- Petugas kepolisian Polda Metro Jaya berada di lokasi pabrik petasan yang terbakar di Kosambi, Tangerang, Banten, Kamis (26/10)--Antara/Wahyu Putro
Ilustrasi-- Petugas kepolisian Polda Metro Jaya berada di lokasi pabrik petasan yang terbakar di Kosambi, Tangerang, Banten, Kamis (26/10)--Antara/Wahyu Putro

Pabrik Petasan di Kosambi Meledak

Bertaruh Nyawa demi Upah Rp40 Ribu Sehari

Media Indonesia • 27 Oktober 2017 07:18
medcom.id, Jakarta: Dengan berlinang air mata, Sari, 35, tiba di RSU Kabupaten Tangerang, Banten, sekitar pukul 18.30 WIB. Kecemasan menggelayut kembali ketika ia mendapat informasi dari meja crisis center di depan ruang instalasi gawat darurat bahwa tidak ada dua nama putrinya. Uniya dan Nilawati.
 
Sebelumnya, baik di RSIA BUN maupun RS Mitra Husada kedua nama itu juga tak ditemukan. Pilihan terakhir yang dituju Sari hanyalah RS Polri Kramat Jati. Ia berharap putrinya bisa ditemukan di sana dalam kondisi baik.
 
Uniya dan Nilawati ialah pekerja di gudang petasan PT Panca Buana Cahaya Sukses yang berada di Jalan Raya SMPN 1 Kosambi, Tangerang, yang meledak kemarin. "Pas kejadian sampai sekarang enggak ada kabar," ungkap Sari.

Baca: Cerita Anggota Brimob Jebol Tembok Pabrik Petasan saat Insiden Ledakan
 
Kedua putrinya yang masih berumur 16 tahun dan 17 tahun baru bekerja satu minggu di sana. Sari mengungkapkan kedua anaknya itu terpaksa putus sekolah demi membantu ekonomi orangtua. Suaminya sehari-hari hanya mencari barang bekas.
 
Sari mengaku tidak mengetahui bagaimana kondisi tempat putrinya bekerja. Ia hanya tahu bahwa anaknya bekerja di pabrik kembang api. Sehari, kedua putrinya mendapat penghasilan Rp40 ribu. Mereka bekerja memasukkan kembang api ke plastik, pukul 08.00-17.00 WIB. "Ngepak (kembang api). Masuk-masukin ke plastik," katanya.
 
Korban lain kebakaran gudang petasan itu ialah Siti Fatimah,15. Remaja yang baru bekerja selama satu minggu itu mengalami luka bakar hebat dan sejak kemarin dirawat di ruang ICU RSU Kabupaten Tangerang.
 
"(Kondisinya) Parah. Dari ujung kaki sampai ujung rambutnya terbakar, mukanya juga, kulitnya mengelupas," ungkap Lili Aliani, 29, kakak Siti.
 
Baca: Polisi Periksa Pemilik Gudang Petasan
 
Ia mengaku belum ada dari pihak pabrik yang menemui keluarganya. "Bosnya saja kita belum ada yang tahu. Dia baru nyuruh siapa ini buat ngurusin rumah sakit," ujarnya. "Saya berharap pihak pabrik mau bertanggung jawab. Sampai sembuhlah, ya," tambahnya.
 
Fatimah dirujuk ke RSU Kabupaten Tangerang dari RSIA BUN sekitar pukul 12.00 WIB. Lili tak tega melihat kondisi yang menimpa Siti.
 
"Fatimah tadi sudah mau keluar pas kebakaran, terus kakinya nyangkut di meja, sampai jatuh, keinjek-injek," ceritanya.
 
Lili mengakui adiknya bekerja di gudang petasan yang tidak jauh dari rumahnya atas kemauan sendiri. Alasannya, Fatimah yang seharusnya duduk di bangku SMP ingin membantu keuangan orangtuanya. Kebetulan, teman-temannya pun bekerja di sana. "Ngeliat teman-temannya ya pada masuk kerja di situ, jadi kepingin, dia ngikut begitu."
 
Seperti Uniya dan Nilawati, Siti Fatimah juga bekerja memasukkan kembang api ke plastik. Lili berharap adiknya dapat sembuh. "Tadi sudah ngedrop, gemetaran. Kata dia 'panas'."
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan