medcom.id, Jakarta: Kampanye keluarga berencana (KB) dinilai menurun selama masa reformasi. Pada masa itu, masyarakat kian lupa dengan program pengendalian penduduk.
"Selama reformasi, kampanye 'dua anak cukup' melemah, mengendur karena dianggap tidak perlu," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Candra Surapaty saat membuka Seminar Nasional memperingati Hari Kependudukan Dunia Tahun 2016, di Auditorium BKKBN Pusat, Jalan Permata Nomor 1, Halim Perdanakusuma, Jakara Timur, Jumat (22/8/2016).
Meurut Surya, kampanye pengendalian penduduk perlu revitalisasi. Sebab, penting bagi negara berkembang untuk mengendalikan jumlah penduduk.
"Keadaan perlu diubah dari diri sendiri. Sekarang, kampanye hanya bisa dilakukan secara persuasif," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Surya juga menyoroti persoalan remaja perempuan usia di bawah 21 tahun. Ia mengimbau agar orang tua tidak menikahkan putrinya sebelum usia 21 tahun.
Sebab, usia tersebut belum cukup untuk melahirkan anak dengan kualitas baik. Menurutnya, generasi emas Indonesia perlu dipersiapkan sejak perencanaan kehamilan.
"Mereka masih anak-anak, masih perlu gizi yang cukup. Bisa hamil, tapi belum tentu anak itu berkualitas dan berkompetensi," ujarnya.
Surya mengatakan, persoalan pernikahan dini tersebut perlu dicarikan solusinya. Agar generasi muda Idonesia bisa dijadikan investasi untuk generasi emas pada 2035.
medcom.id, Jakarta: Kampanye keluarga berencana (KB) dinilai menurun selama masa reformasi. Pada masa itu, masyarakat kian lupa dengan program pengendalian penduduk.
"Selama reformasi, kampanye 'dua anak cukup' melemah, mengendur karena dianggap tidak perlu," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Candra Surapaty saat membuka Seminar Nasional memperingati Hari Kependudukan Dunia Tahun 2016, di Auditorium BKKBN Pusat, Jalan Permata Nomor 1, Halim Perdanakusuma, Jakara Timur, Jumat (22/8/2016).
Meurut Surya, kampanye pengendalian penduduk perlu revitalisasi. Sebab, penting bagi negara berkembang untuk mengendalikan jumlah penduduk.
"Keadaan perlu diubah dari diri sendiri. Sekarang, kampanye hanya bisa dilakukan secara persuasif," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Surya juga menyoroti persoalan remaja perempuan usia di bawah 21 tahun. Ia mengimbau agar orang tua tidak menikahkan putrinya sebelum usia 21 tahun.
Sebab, usia tersebut belum cukup untuk melahirkan anak dengan kualitas baik. Menurutnya, generasi emas Indonesia perlu dipersiapkan sejak perencanaan kehamilan.
"Mereka masih anak-anak, masih perlu gizi yang cukup. Bisa hamil, tapi belum tentu anak itu berkualitas dan berkompetensi," ujarnya.
Surya mengatakan, persoalan pernikahan dini tersebut perlu dicarikan solusinya. Agar generasi muda Idonesia bisa dijadikan investasi untuk generasi emas pada 2035.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)