Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan. Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan. Foto: Antara/Widodo S Jusuf

Pemerintah tak Ingin Penyanderaan Jadi Kebiasaan

Yogi Bayu Aji • 27 Juni 2016 16:18
medcom.id, Jakarta: Pemerintah berjanji segera menyelesaikan masalah penyanderaan warga negara Indonesia (WNI) yang beberapa kali terjadi di perairan Filipina. Tujuannya, perkara ini tak berulang-ulang kali terjadi.
 
"Kita enggak mau dijadikan sandera oleh kepentingan-kepentingan, bukan politik ini. Tapi, kepentingan seperti ini. Kok kayaknya kita lihat jadi tuman," kata Menteri Kordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (27/6/2016).
 
Luhut sudah melaporkan penyanderan ini kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dia menyatakan, pemerintah sedang menyiapkan langkah-langkah untuk mencegah dan menanggulangi penyanderaan ini, salah satunya dengan patroli bersama dengan tentara nasional Malaysia dan Filipina.

"Kita akan buka (patroli bersama) setelah dua hari ke depan. Kami ingin pasti lebih dulu, sebelum dibuka ke publik," jelas dia.
 
Mantan Kepala Staf Kepresidenan Indonesia 1 ini belum bisa bicara banyak soal kondisi tujuh WNI yang jadi sandera di Filipina. Dia juga belum bisa memastikan apakah mereka disandera oleh kelompok Abu Sayyaf, begitu pula apa mereka ada di satu lokasi.
 
Yang pasti, kata dia, crisis center sudah berjalan untuk mengidentifikasi penyanderaan terhadap tujuh WNI yang baru terjadi  beberapa hari terakhir.
 
"(Kita) sedang verifikasi apa sih sebenarnya yang terjadi. Karena terlalu banyak informasi yang conflicted. (Tebusan RM20 juta) Itu pun kita sedang masih cek," kata dia.
 
Pemerintah tak Ingin Penyanderaan Jadi Kebiasaan
Penjaga pantai Filipina di Mindanao, 25 September 2015. Foto: AFP/Dennis Jay Santos
 
Diketahui, tujuh WNI anak buah kapal (ABK) Tugboat Charles 001 dan tongkang Robby 152 disandera kelompok bersenjata di Filipina. Penculikan terjadi di Laut Sulu, barat daya Filipina, pada Kamis 23 Juni.
 
"Terjadi dua kali pada pukul 11.30 dan 12.45 waktu setempat dan dilakukan oleh kelompok bersenjata yang berbeda," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, Jumat 24 Juni.
 
Menurut dia, awalnya ada 13 ABk yang ditahan penyandera. Namun, enam ABK sudah dibebaskan. Sedangkan tujuh lainnya masih disandera kelompok bersenjata.
 
Abu Sayyaf diyakini terlibat dalam penyanderaan tujuh ABK ini. Kelompok yang memiliki banyak faksi ini sebelumnya dua kali menyandera warga Indonesia menjadi anak buah kapal, pada April dan Mei lalu.
 
Abu Sayyaf merupakan sempalan dari kubu MILF (Barisan Pembebasan Islam Moro). Kelompok ini dibuat oleh Abdurrazak Abu Bakar Janjalani.
 
Pada 23 Juli 2014, Isnilon Totoni Hapilon, pemimpin Abu Sayyaf, berbaiat kepada pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi. Dua bulan kemudian, milisi mulai menculik warga asing demi menuntut uang tebusan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan