Aceng menimbang domba hasil ternaknya. Foto: Whisnu Mardiansyah/Metrotvnews.com.
Aceng menimbang domba hasil ternaknya. Foto: Whisnu Mardiansyah/Metrotvnews.com.

Kisah Sukses Peternak Domba Garut Binaan Dompet Dhuafa

Whisnu Mardiansyah • 25 Agustus 2016 04:44
medcom.id, Jakarta: Teriknya matarahari menandakan waktu siang telah tiba. Saat itu juga, Aceng, sapaan karib Cahyana, langsung bergegas pergi menuju ternak dombanya.
 
Seperti hari-hari biasanya, Aceng memberikan makan kepada Mawar, domba Garut kesayangannya. Mawar merupakan satu dari sekian ratusan domba Garut yang dimilikinya yang tersebar di beberapa penjuru Kabupaten Garut.
 
Sembari menimbang dombanya, Aceng sedikit bercerita tentang sulitnya mencari uang pada masa lalu. Jalan berliku harus dilalui Aceng sebelum menjadi seorang peternak sukses domba Garut. Aceng harus kerja serabutan mulai dari pencari kayu bakar di hutan sampai buruh tani hanya untuk menghidupi kesehariannya.

"Dulu cari makan aja susah, buruh tani biasa," kata Aceng, Rabu (24/8/2016).
 
Lambat laun kehidupan Aceng terus mengalami perubahan menjadi lebih baik. Perubahan ini diawali dari ketertarikannya beternak domba saat bertemu dengan Dompet Dhuafa pada tahun 2004. Semangatnya yang ingin merubah nasib, membuat Aceng kemudian mendaftar diri dalam Program Kampoeng Ternak yang digagas Dompet Dhuafa. Program ini digagas untuk merekrut masyarakat kelas menengah ke bawah untuk dipersiapkan menjadi mitra peternak domba Dompet Dhuafa.
 
Awalnya, Aceng tak yakin akan menekuni secara serius beternak domba ini. Namun, pemikiran itu berubah setelah diberikan pelatihan dan penyuluhan tata cara beternak domba Garut, yang sebelumnya tak pernah ia dapatkan di lingkunganya.
 
"Saya ditawari rawat ternak lima ekor. Dengan program Dompet Dhuafa, saya bukan hanya dapat ternak, tapi juga dapat ilmu cara beternak," kata Aceng.
 
Hasil usaha kerasnya dan ketekunannya merawat domba-domba membuahkan hasil. Tahun demi tahun, jumlah domba Aceng terus bertambah hingga ratusan. Kondisi ekonominya pun kini berubah 180 derajat. Sebuah mobil dan tiga buah sepeda motor ia miliki saat ini. Bahkan ia mampu memberdayakan masyarakat sekitar dengan menjadikan mereka mitra perawat ternak dengan sistem bagi hasil.
 
Kisah Sukses Peternak Domba Garut Binaan Dompet Dhuafa
Dompet Duafa meninjau Domba Garut yang diternak kelompok Paguyuban Awaliyah. Foto: Whisnu Mardiansyah/Metrotvnews.com.
 
Aceng pun telah membuat Paguyuban Awwaliyah, paguyuban peternak domba, pada tahun 2009. Hingga kini anggota paguyuban tersebut sudah mencapai 200 orang.
 
Dalam sebulan, Paguyuban yang dikelolalnya mampu menjual 200 ekor domba yang dikirim ke berbagai wilayah Jabodetabek dan luar Pulau Jawa. Dengan kisaran domba dengan bobot 30 kg dijual dengan harga Rp2,7 juta dan domba berbobot 23 kg dijual dengan harga Rp1,7 juta. Dengan kisaran omset mencapai Rp700 juta.
 
"Paling jauh pernah kirim ke Kalimantan, bahkan kami tidak mampu memenuhi permintaan pasar," kata Aceng kepada Metrotvnews.com.
 
Domba-domba yang dijual adalah jenis domba persilangan Domba Garut dengan Domba Priangan. Jenis domba ini domba pedaging yang biasa untuk akikah dan Hari Raya Qurban. Sementara jenis domba Garut sendiri adalah domba hias yang biasa untuk kontes hewan. Harga per ekornya bisa mencapai puluhan juta rupiah.
 
"Paling mahal saya pernah jual Rp45 juta," kata Aceng.
 
Kisah suksesnya tidak melulu melalui jalan mulus. Merugi hingga ratusan juta rupiah pernah ia alami. Kejadiannya saat ia akan mengirim pesanan domba menuju Medan, Sumatera Utara. Begitu melintas di kawasan Lampung, mobilnya dibajak. Domba-dombanya disembelih, dan si pembajak minta uang Rp150 juta.
 
"Kami cuma sanggupi Rp105 juta sama domba-domba dipotong," kata Aceng.
 
Dari kejadian itu, ia berpikir segala berkah dan rezeki yang ia dapatkan tidak sepenuhnya menjadi haknya. Paguyuban yang ia kelola kini memiliki program pembangunan sosial. Setiap hasil penjualan satu ekor domba, lima persen akan dialokasikan untuk pemberdayaan masyarakat sekitar.
 
Kisah sukses Aceng pun menjadi inspirasi bagi orang-orang. Mereka berbondong-bondong datang untuk belajar dari kesuksesan yang didapatkan Aceng. Bahkan mahasiswa dari IPB dan UNPAD sering studi banding ke tempatnya dan beberapa kali ia diminta menjadi pembicara di seminar-seminar soal ternak.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan