Bandung: Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Sinovac Profesor Kusnandi Rusmil mengatakan pemberian vaksin booster atau vaksin penguat kepada pekerja publik sangat mendesak. Indonesia kini butuh dosis ketiga dengan efikasi lebih tinggi untuk mengejar herd immunity atau kekebalan kelompok.
"Setelah 6 bulan (pekerja publik) mendapat suntikan kedua vaksin Sinovac, kadar zat antivirus sudah turun. Namun, untuk mencapai herd immunity, nampaknya masih jauh," kata Kusnandi dalam program Metro Hari Ini Metro TV, Rabu, 28 Juli 2021.
Mengingat efikasi Sinovac adalah 65,3 persen, Kusnandi menjelaskan, dibutuhkan vaksin penguat dengan penyuntikan dosis ketiga agar efikasi lebih tinggi.
"Indonesia memang belum menguji coba vaksin booster. Namun, negara lain seperti Amerika Serikat, Inggris, dan India telah melakukannya. Mereka menggunakan Astrazeneca dari Inggris serta Moderna dari Amerika Serikat, dan hasilnya bagus," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) itu.
Kedua vaksin itu pun telah mendapatkan otorisasi penggunaan darurat (EUA) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sementara, untuk penggunaan di Indonesia harus berdasar pada rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). (Raja Alif Adhi Budoyo)
Bandung: Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Sinovac Profesor Kusnandi Rusmil mengatakan pemberian vaksin booster atau vaksin penguat kepada pekerja publik sangat mendesak. Indonesia kini butuh dosis ketiga dengan efikasi lebih tinggi untuk mengejar
herd immunity atau kekebalan kelompok.
"Setelah 6 bulan (pekerja publik) mendapat suntikan kedua vaksin Sinovac, kadar zat antivirus sudah turun. Namun, untuk mencapai herd immunity, nampaknya masih jauh," kata Kusnandi dalam program Metro Hari Ini
Metro TV, Rabu, 28 Juli 2021.
Mengingat efikasi Sinovac adalah 65,3 persen, Kusnandi menjelaskan, dibutuhkan vaksin penguat dengan penyuntikan dosis ketiga agar efikasi lebih tinggi.
"Indonesia memang belum menguji coba vaksin booster. Namun, negara lain seperti Amerika Serikat, Inggris, dan India telah melakukannya. Mereka menggunakan Astrazeneca dari Inggris serta Moderna dari Amerika Serikat, dan hasilnya bagus," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) itu.
Kedua vaksin itu pun telah mendapatkan otorisasi penggunaan darurat (EUA) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sementara, untuk penggunaan di Indonesia harus berdasar pada rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
(Raja Alif Adhi Budoyo) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)