medcom.id, Jakarta: Ini menariknya DKI Jakarta. Di kota lain, nyaris tidak ada...
Kesan takjub terlontar dari mulut Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya. Pasalnya, ia mengaku baru menemukan selisih mencolok antara angka elektabilitas dan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Tak lain dan tak bukan, pasangan kandidat Pilkada dari petahana yang dimaksud adalah Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
"Selisihnya hampir separuh. Tingkat kepuasan 65,8 persen, sementara elektabilitas 36,8 persen," kata Yunarto, kepada metrotvnews.com usai merilis hasil survei elektabilitas pasangan calon Pilkada DKI Jakarta, di kantor Charta Politika, Jalan Cisanggiri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/2/2017).
Pria yang karib disapa Toto itu membandingkan, di daerah lain kedua angka tersebut biasanya berbanding lurus. Jika berbeda pun, selisihnya tidak sebesar di Ibu Kota. Gampangnya, kata dia, ketika calon dari petahana berhasil mendapatkan angka kepuasan publik terhadap kinerja yang tinggi, maka bisa dipastikan ia akan memenangi pertarungan.
"Di Jakarta, tidak. Belum tentu," kata Toto.
Dalam hasil survei disebutkan, tingkat kepuasan teradap kinerja Ahok ditopang program Kartu Jakarta Pintar (KJP) sebesar 58,1%. Sementara Kartu Jakarta Sehat (KJS) sebesar 57,6%, pelayanan kantor kelurahan dan kecamatan 58,4 persen, serta kebersihan kota terhadap sampah 52,2%.
Jika dibandingkan dengan hasi survei sebelumnya, angka-angka itu cukup menggambarkan kenaikan signifikan.
Baca: Survei: Mayoritas Warga DKI Puas Kinerja Ahok
Sebut misal ketika mengacu hasil survei Charta Politika pada November lalu. KJS, cuma bisa mengambil hati 28,8% warga Jakarta. Sedangkan pada awal Januari menanjak menjadi 29,7%. Hal serupa terjadi pada KJP, tingkat kepuasan meningkat dari 19,1% menjadi 21,9%.
"Ada dua perhatian utama warga yang merasa tidak puas. Yakni, 29,1 persen soal penanganan kemacetan, serta 26,7 persen terkait penyediaan lapangan kerja," kata Toto.
Perubahan elektabilitas dipengaruhi pelaksanaan debat Pilkada DKI pertama. Pasangan Ahok-Djarot dianggap responden mampu memaparkan visi, misi, dan program kerja dengan baik. Pemaparan visi-misipasangan Agus-Sylvi sebesar 24,9%, Ahok-Djarot unggul cukup jauh dengan 40,1%, dan Anies-Sandi 28,2%.
"Pascadebat, ternyata ada pengaruh yang cukup besar dari pandangan responden terhadap kemampuan dari pasangan yang maju. Dan itu terpengaruh terhadap pilihan mereka dalam menentukan elektabilitas masing-masing pasangan," kata dia.
Grafik tren calon Pilkada DKI Jakarta pascadebat pertama di tiga lembaga survei
Charta Politika melakukan survei pada 17 hingga 24 Januari 2017 dengan melibatkan 767 responden di enam wilayah DKI. Sampel dipilih dengan teknik multistage random sampling. Margin of error survei ini sebesar 3,5% dan tingkat kepercayaan 95%.
"Kembali ke selisih angka tadi, ini menarik menjadi kajian. Orang merasa puas, tapi tampak masih ada keraguan memilih. Semua peluang calon bisa imbang," kata Toto.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/5b279D4k" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Ini menariknya DKI Jakarta. Di kota lain, nyaris tidak ada...
Kesan takjub terlontar dari mulut Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya. Pasalnya, ia mengaku baru menemukan selisih mencolok antara angka elektabilitas dan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Tak lain dan tak bukan, pasangan kandidat Pilkada dari petahana yang dimaksud adalah Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
"Selisihnya hampir separuh. Tingkat kepuasan 65,8 persen, sementara elektabilitas 36,8 persen," kata Yunarto, kepada
metrotvnews.com usai merilis hasil survei elektabilitas pasangan calon Pilkada DKI Jakarta, di kantor Charta Politika, Jalan Cisanggiri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/2/2017).
Pria yang karib disapa Toto itu membandingkan, di daerah lain kedua angka tersebut biasanya berbanding lurus. Jika berbeda pun, selisihnya tidak sebesar di Ibu Kota. Gampangnya, kata dia, ketika calon dari petahana berhasil mendapatkan angka kepuasan publik terhadap kinerja yang tinggi, maka bisa dipastikan ia akan memenangi pertarungan.
"Di Jakarta, tidak. Belum tentu," kata Toto.
Dalam hasil survei disebutkan, tingkat kepuasan teradap kinerja Ahok ditopang program Kartu Jakarta Pintar (KJP) sebesar 58,1%. Sementara Kartu Jakarta Sehat (KJS) sebesar 57,6%, pelayanan kantor kelurahan dan kecamatan 58,4 persen, serta kebersihan kota terhadap sampah 52,2%.
Jika dibandingkan dengan hasi survei sebelumnya, angka-angka itu cukup menggambarkan kenaikan signifikan.
Baca: Survei: Mayoritas Warga DKI Puas Kinerja Ahok
Sebut misal ketika mengacu hasil survei Charta Politika pada November lalu. KJS, cuma bisa mengambil hati 28,8% warga Jakarta. Sedangkan pada awal Januari menanjak menjadi 29,7%. Hal serupa terjadi pada KJP, tingkat kepuasan meningkat dari 19,1% menjadi 21,9%.
"Ada dua perhatian utama warga yang merasa tidak puas. Yakni, 29,1 persen soal penanganan kemacetan, serta 26,7 persen terkait penyediaan lapangan kerja," kata Toto.
Perubahan elektabilitas dipengaruhi pelaksanaan debat Pilkada DKI pertama. Pasangan Ahok-Djarot dianggap responden mampu memaparkan visi, misi, dan program kerja dengan baik. Pemaparan visi-misipasangan Agus-Sylvi sebesar 24,9%, Ahok-Djarot unggul cukup jauh dengan 40,1%, dan Anies-Sandi 28,2%.
"Pascadebat, ternyata ada pengaruh yang cukup besar dari pandangan responden terhadap kemampuan dari pasangan yang maju. Dan itu terpengaruh terhadap pilihan mereka dalam menentukan elektabilitas masing-masing pasangan," kata dia.
Grafik tren calon Pilkada DKI Jakarta pascadebat pertama di tiga lembaga survei
Charta Politika melakukan survei pada 17 hingga 24 Januari 2017 dengan melibatkan 767 responden di enam wilayah DKI. Sampel dipilih dengan teknik
multistage random sampling.
Margin of error survei ini sebesar 3,5% dan tingkat kepercayaan 95%.
"Kembali ke selisih angka tadi, ini menarik menjadi kajian. Orang merasa puas, tapi tampak masih ada keraguan memilih. Semua peluang calon bisa imbang," kata Toto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ADM)