Jakarta: Berbagai cara dilakukan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) untuk menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan masyarakat. Salah satunya dengan memperbanyak konten positif dan meminta masyarakat menggunakan media sosial secara bijak.
"Masyarakat jangan menggunakan media sosial untuk konten negatif, menyebarkan hoaks (berita bohong), dan ujaran kebencian yang menimbulkan perpecahan. Dengan begitu kanal utama media sosial bisa semarak dengan konten-konten bagus," kata Deputi Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP, Prakoso, pada diskusi Peran Penting Media Sosial Dalam Pembinaan Ideologi Pancasila Bagi Generasi Muda, yang dilakukan secara daring, pada Senin, 24 Mei 2021.
Pada diskusi tersebut hadir sejumlah narasumber, yaitu Sekjen sekaligus Plt Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Mira Tayyiba, Kasubdit III Cybercrime Bareskrim Mabes Polri Kombes Dani Kustoni, dan Founder Drone Emprit Ismail Fahmi. Turut hadir anggota Purna Paskibraka Indonesia (PPI) seluruh Indonesia.
Prakoso melanjutkan, BPIP bertugas mengarusutamakan nilai-nilai Pancasila melalui media sosial agar bisa diterima masyarakat. Caranya selain dengan memproduksi sendiri konten-konten positif, BPIP juga melibatkan banyak pihak agar terlibat dalam mengekspos konten keberagaman dan nasionalisme.
Mengenai konten hoaks, Kasubdit III Cybercrime Bareskrim Mabes Polri Kombes Dani Kustoni menyebutkan penyebarannya masih ada, meski tak sebanyak saat pemilu lalu. Konten hoaks, terutama yang berisi ujaran kebencian sangat berbahaya karena dapat memicu radikalisme, konflik sosial, bahkan disintegrasi.
"Butuh produksi konten positif, sehingga akan menghadirkan masyarakat yang tidak provokatif," kata Dani.
Perihal konten negatif di internet, Sekjen sekaligus Plt Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Mira Tayyiba memaparkan jumlahnya sangat banyak. Hingga Mei 2021, Kemenkominfo telah memblokir 2,6 juta konten negatif berisi pornografi, penipuan, dan perjudian.
"Produksi hoaks juga sama banyaknya. Tak cukup mengisolasi konten atau memblokir. Dibutuhkan kontra narasi. Walau informasi itu salah, bisa jadi sudah menjadi kebenaran karena opini masyarakat sudah terlanjur terbentuk," kata Mira.
Alhasil, masyarakat membutuhkan literasi media agar bisa membedakan antara informasi benar-salah, hoaks atau disinformasi.
"Perlu diingatkan pentingnya saring sebelum sharing. Saring terlebih dahulu informasi itu sebelum menyebarkannya," kata Mira menegaskan.
Sejauh ini BPIP selain telah memperbanyak konten positif, juga aktif mengadakan lomba-lomba di berbagai platform medsos, dan memproduksi serial film serta animasi bertema cinta Tanah Air untuk memengaruhi pola pikir masyarakat.
BPIP menggandeng anak muda agar punya semangat nasionalisme dan kearifan lokal. Konten-konten tersebut disebarluaskan kepada masyarakat.
Diharapkan dengan memperbanyak konten positif di media sosial, angka aktualisasi nilai Pancasila akan mencapai target yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), yaitu 77 persen pada akhir 2024. Saat ini, baru tercapai 71 persen.
Founder Drone Emprit Ismail Fahmi menilai apa yang dilakukan BPIP sudah baik. Ismail menyarankan agar semakin diapresiasi publik, BPIP sebaiknya juga memperbanyak konten humanis.
"Hindari jargon karena tidak cocok buat generasi milenial. Libatkan generasi muda dalam lomba film dan lain-lain. Hindari penggunaan buzzer dan robot karena hanya bikin trending tapi enggak ke mana-mana," ujar Ismail.
Jakarta: Berbagai cara dilakukan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) untuk menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan masyarakat. Salah satunya dengan memperbanyak konten positif dan meminta masyarakat menggunakan media sosial secara bijak.
"Masyarakat jangan menggunakan media sosial untuk konten negatif, menyebarkan hoaks (berita bohong), dan ujaran kebencian yang menimbulkan perpecahan. Dengan begitu kanal utama media sosial bisa semarak dengan konten-konten bagus," kata Deputi Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP, Prakoso, pada diskusi Peran Penting Media Sosial Dalam Pembinaan Ideologi Pancasila Bagi Generasi Muda, yang dilakukan secara daring, pada Senin, 24 Mei 2021.
Pada diskusi tersebut hadir sejumlah narasumber, yaitu Sekjen sekaligus Plt Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Mira Tayyiba, Kasubdit III Cybercrime Bareskrim Mabes Polri Kombes Dani Kustoni, dan Founder Drone Emprit Ismail Fahmi. Turut hadir anggota Purna Paskibraka Indonesia (PPI) seluruh Indonesia.
Prakoso melanjutkan, BPIP bertugas mengarusutamakan nilai-nilai Pancasila melalui media sosial agar bisa diterima masyarakat. Caranya selain dengan memproduksi sendiri konten-konten positif, BPIP juga melibatkan banyak pihak agar terlibat dalam mengekspos konten keberagaman dan nasionalisme.
Mengenai konten hoaks, Kasubdit III Cybercrime Bareskrim Mabes Polri Kombes Dani Kustoni menyebutkan penyebarannya masih ada, meski tak sebanyak saat pemilu lalu. Konten hoaks, terutama yang berisi ujaran kebencian sangat berbahaya karena dapat memicu radikalisme, konflik sosial, bahkan disintegrasi.
"Butuh produksi konten positif, sehingga akan menghadirkan masyarakat yang tidak provokatif," kata Dani.
Perihal konten negatif di internet, Sekjen sekaligus Plt Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Mira Tayyiba memaparkan jumlahnya sangat banyak. Hingga Mei 2021, Kemenkominfo telah memblokir 2,6 juta konten negatif berisi pornografi, penipuan, dan perjudian.
"Produksi hoaks juga sama banyaknya. Tak cukup mengisolasi konten atau memblokir. Dibutuhkan kontra narasi. Walau informasi itu salah, bisa jadi sudah menjadi kebenaran karena opini masyarakat sudah terlanjur terbentuk," kata Mira.
Alhasil, masyarakat membutuhkan literasi media agar bisa membedakan antara informasi benar-salah, hoaks atau disinformasi.
"Perlu diingatkan pentingnya saring sebelum sharing. Saring terlebih dahulu informasi itu sebelum menyebarkannya," kata Mira menegaskan.
Sejauh ini BPIP selain telah memperbanyak konten positif, juga aktif mengadakan lomba-lomba di berbagai platform medsos, dan memproduksi serial film serta animasi bertema cinta Tanah Air untuk memengaruhi pola pikir masyarakat.
BPIP menggandeng anak muda agar punya semangat nasionalisme dan kearifan lokal. Konten-konten tersebut disebarluaskan kepada masyarakat.
Diharapkan dengan memperbanyak konten positif di media sosial, angka aktualisasi nilai Pancasila akan mencapai target yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), yaitu 77 persen pada akhir 2024. Saat ini, baru tercapai 71 persen.
Founder Drone Emprit Ismail Fahmi menilai apa yang dilakukan BPIP sudah baik. Ismail menyarankan agar semakin diapresiasi publik, BPIP sebaiknya juga memperbanyak konten humanis.
"Hindari jargon karena tidak cocok buat generasi milenial. Libatkan generasi muda dalam lomba film dan lain-lain. Hindari penggunaan
buzzer dan robot karena hanya bikin trending tapi enggak ke mana-mana," ujar Ismail.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)