Yovie Widianto berpose bersama pendukung drama Legenda Sungai landak -- Metrotvnews.com/Dimas Prasetyaning
Yovie Widianto berpose bersama pendukung drama Legenda Sungai landak -- Metrotvnews.com/Dimas Prasetyaning

Legenda Asal-usul Sungai Landak

Dimas Prasetyaning • 02 Mei 2014 16:55
medcom.id, Jakarta: Sungai Landak membentang di wilayah Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Konon, derah tersebut merupakan tanah lapang sebelum akhirnya berubah menjadi sungai.
 
Banyak versi cerita yang beredar di masyarakat terkait asal-muasal Sungai Landak. Salah satunya adalah kisah seorang perampok yang mencuri sebuah Patung Landak dari pasangan suami istri kaya raya. Patung Landak itu dipercaya dapat memenuhi semua keinginan pemiliknya.
 
Ada dua mantra untuk mendapatkan apa yang diinginkan dari Patung Landak. Mantra pertama dibaca saat akan mulai meminta sesuatu. Sedangkan mantra kedua dibaca ketika menghentikan apa yang telah diminta. Namun, pencuri tamak itu tidak bisa mencuri leluasa dengan adanya dua mantra itu. Akhirnya ia mengucapkan mengucapkan mantra meminta dan memohon hanya ada satu mantra saja yaitu `mantra meminta`.

Kemudian, sang pencuri pergi ke sebuah daerah bernama Ngabang yang sedang dilanda kekeringan. Warga sangat kesulitan mendapatkan air. Melihat keadaan tersebut, timbullah niat si pencuri untuk menjadi pemimpin di Ngabang dengan menjanjikan akan menyediakan air berlimpah bagi seluruh penduduk desa.
 
Penduduk amat senang mendengar janji sang pencuri. Selanjutnya, pencuri meminta pada Patung Landak untuk mengeluarkan air. Seketika, air memancar keluar dari mulut Patung Landak. Seluruh warga bersorak-sorai dan berebut menadahi air dengan tempayan. Namun, semakin lama semburan air semakin deras hingga mulai menggenai desa.
 
Saat warga meminta semburan air dihentikan, si Pencuri tidak tahu cara menghentikannya. Ia pun berusaha menutup mulut Patung Landak dengan telapak tangannya. Namun, tetap tidak bisa membendung derasnya semburan air. Singkat cerita, wilayah Ngabang akhirnya terendam banjir.
 
Seluruh rangkaian cerita tersebut akan ditampilkan Institut Musik Daya Indonesia (IMDI) pada Ahad, 11 Mei mendatang Galeri Indonesia Kaya (GIK), Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Pertunjukan akan ditampilkan dengan drama dan tari.
 
Menurut pendiri IMDI sekaligus musisi dan profesor musik, Tjut Nyak Deviana Daudsjah, seluruh persiapan pertunjukan `Legenda Sungai landak` dilakukan oleh didiknya.
 
"Kita akan tampilkan 12 orang dari jurusan musik yang akan memainkan drama dan menari. Kita tunjukan bahwa anak-anak mampu mengerjakan seluruhnya, mulai dari musik, skrip writer, original sound, dan pemain dramanya," jelas Deviana yang berdarah Aceh dan Minahasa tersebut kepada Yovie Widianto saat taping program Idenesia.
 
Deviana juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap dunia musik Indonesia saat ini. Karenanya, ia mencoba meningkatkan mutu pendidikan musik di Indonesia.
 
"Saya sebagai pendidik musik sangat prihatin. Akhirnya saya tinggalkan pekerjaan saya disana dan memilih kembali ke Indonesia untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan musik di Indonesia," tutur Deviana.
 
Ia berharap, musik tradisional Indonesia nantinya bisa diterima di dunia internasional dengan mengikuti jaman. "Ini merupakan salah satu upaya kami juga yaitu dengan menggabungkan musik diatonis barat dengan musik tradisional Indonesia, jadi kita bisa namakan musik Indonesia abad 21".
 
Seluruh perbincangan Deviana dengan Yovie Widianto, dapat disaksikan di program Idenesia pada Sabtu (3/5/2014). Idenesia selalu hadir di Metro TV dengan tayangan bersifat edukasi yang membahas tentang keragaman budaya Indonesia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan