Diskusi Kebangsaan sekaligus serah terima jabatan Direktur Ekskutif SAS (Said Aqil Siraj)  Institute. Istimewa
Diskusi Kebangsaan sekaligus serah terima jabatan Direktur Ekskutif SAS (Said Aqil Siraj) Institute. Istimewa

SAS Institute Diharapkan Jadi Perjuangan Islam di Indonesia

Al Abrar • 03 September 2022 18:37
Jakarta: Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia memiliki wajah keislaman yang moderat, toleran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Saat ini dunia disebut sedang menaruh harapan besar pada Indonesia.
 
Hal itu disampaikan KH Said Aqil Siradj dalam Acara Diskusi Kebangsaan sekaligus serah terima jabatan Direktur Ekskutif SAS (Said Aqil Siraj)  Institute kepada Sadullah Affandy yang sebelumnya dijabat Imdadun Rahmat di sekretariat SAS Institute Gedung Wisma Nugra Santana, Jalan Sudirman, Kamis, 1 September 2022.
 
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Said mengulas panjang lebar sejarah runtuhnya kekhalifahan Islam (Turki Utsmani), kemudian disusul dengan munculnya negara-bangsa, hingga tumbuh dan berkembang bibit-bibit kelompok-kelompok Islam radikal yang nyaris membawa kehancuran dan keruntuhan Islam di Timur Tengah.

“Jika tidak ada Al-Azhar di Mesir di Timur Tengah dan NU di Indonesia, Islam dan umat Islam akan mudah dibawa ke tubir kehancuran. Beruntung Indonesia memiliki ulama seperti Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari yang berhasil menyatukan antara keislaman dan kebangsaan yang bisa menjadi pondasi dan perekat bagi kesatuan umat,” kata Kiai Said.
 
Baca: Cegah Radakalisme, Wapres Minta Umat Islam Memiliki Pemikiran Moderat
 
Di Timur Tengah, kata Kiai Said, Islam dan nasionalisme tidak bisa disatukan dan bisa saling membelakangi. Di Timur Tengah kita tidak akan menemui orang seperti Hasyim Asyari yang merupakan seorang ulama sekaligus nasionalis.
 
Di Timur Tengah, tempat kelahiran Islam, ulama dan nasionalis memiliki agenda dan perjuangannya sendiri-sendiri. Karena itu, kata Kiai Said, pernyataan Kiai Hasyim Asyari 'hubbul wathan minal iman' bukanlah rumusan sederhana. Di dalamnya mengandung penegasan bahwa nasionalisme memiliki basis teologi di dalam Islam.   
 
Sementara itu Sadullah berharap, SAS Institute bisa merekam, mengabadikan, sekaligus dapat melanjutkan pikiran dan gagasan Kiai Said tentang keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan.
 
Sebagai tokoh berpengaruh urutan 19 dari 500 tokoh Dunia Muslim versi Lembaga riset di Jordania, Kiai Said merupakan tokoh dan guru bangsa yang melanjutkan cita-cita dan perjuangan guru-guru bangsa sebelumnya seperti Nurcholis Majid, Gus Dur, Syafii Maarif.
 
“Mudah-mudahan SAS Institute bisa menerjemahkan dan menafsirkan gagasan, pikiran, serta ide-ide besar Kiai Said dalam memperjuangkan Islam rahmatan lil alamin ini, “pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan