medcom.id, Jakarta: Seringkali informasi mengenai kesehatan, khususnya perkembangan vaksin di Indonesia, kurang tersampaikan ke masyarakat. Akibatnya, masyarakat alpa akan informasi vaksin.
Di Indonesia, perusahaan yang memiliki wewenang untuk memproduksi vaksin yakni PT Bio Farma (Persero). Direktur Marketing Bio Farma, Rahman Rustan, menilai informasi yang tak tersampaikan itu akibat jarangnya pertemuan antara Bio Farma dengan media massa sebagai penyalur informasi kepada masyarakat.
"Problemnya jarang ketemu," ujar Rahman di Sheraton Grand Jakarta Gandaria City Hotel, Jalan Sultan Iskandar Muda, Kebayoran, Jakarta Selatan, Senin 28 Agustus 2018.
(Baca juga: Sinergi Media Massa-Biofarma Genjot Pengembangan Bioteknologi)
Selain itu, bahasa ilmiah yang kerap digunakan dalam dunia pervaksinan juga menyulitkan masyarakat memahami informasi yang diberikan. Untuk itu, penggunaan bahasa populer diperlukan.
"Bahasa science peminatnya terbatas peneliti saja, coba ini dijembatani," ucap Rahman.
Bahasa populer tak hanya dalam bentuk tertulis. Untuk menarik perhatian masyarakat, dapat pula menggunakan visualisasi mengenai penjelasan-penjelasan vaksin.
Rahman menjanjikan, peneliti-peneliti vaksin di Bio Farma akan mempersiapkan substansi yang dibutuhkan. Kemudian, Corporate Communication bakal mengomunikasikannya lebih lanjut dengan media massa.
"Corporate communication nanti berkoordinasi dengan teman-teman media. Bisa dibuat acara dihadiri dengan banyak rekan media," pungkasnya.
medcom.id, Jakarta: Seringkali informasi mengenai kesehatan, khususnya perkembangan vaksin di Indonesia, kurang tersampaikan ke masyarakat. Akibatnya, masyarakat alpa akan informasi vaksin.
Di Indonesia, perusahaan yang memiliki wewenang untuk memproduksi vaksin yakni PT Bio Farma (Persero). Direktur Marketing Bio Farma, Rahman Rustan, menilai informasi yang tak tersampaikan itu akibat jarangnya pertemuan antara Bio Farma dengan media massa sebagai penyalur informasi kepada masyarakat.
"Problemnya jarang ketemu," ujar Rahman di Sheraton Grand Jakarta Gandaria City Hotel, Jalan Sultan Iskandar Muda, Kebayoran, Jakarta Selatan, Senin 28 Agustus 2018.
(Baca juga:
Sinergi Media Massa-Biofarma Genjot Pengembangan Bioteknologi)
Selain itu, bahasa ilmiah yang kerap digunakan dalam dunia pervaksinan juga menyulitkan masyarakat memahami informasi yang diberikan. Untuk itu, penggunaan bahasa populer diperlukan.
"Bahasa
science peminatnya terbatas peneliti saja, coba ini dijembatani," ucap Rahman.
Bahasa populer tak hanya dalam bentuk tertulis. Untuk menarik perhatian masyarakat, dapat pula menggunakan visualisasi mengenai penjelasan-penjelasan vaksin.
Rahman menjanjikan, peneliti-peneliti vaksin di Bio Farma akan mempersiapkan substansi yang dibutuhkan. Kemudian, Corporate Communication bakal mengomunikasikannya lebih lanjut dengan media massa.
"Corporate communication nanti berkoordinasi dengan teman-teman media. Bisa dibuat acara dihadiri dengan banyak rekan media," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)