Ilustrasi - ANT/Irsan Mulaydi
Ilustrasi - ANT/Irsan Mulaydi

Ibu sebagai Penangkal Radikalisme

20 Mei 2018 12:32
Jakarta: Banyak upaya menangkal radikalisme, salah satu cara yang dianggap sederhana dan efektif ialah lewat peran ibu. Hal inilah yang digencarkan Center for Pesantren and Democracy Studies bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
 
Program Director Center for Pesantren and Democracy Studies, Dewi Rini Anggraini mengungkapkan, sejak 2016, pihaknya membuat program ibu penggerak perdamaian di Jakarta, Bogor, Palu, dan Semarang. Kegiatan itu untuk menangkal radikalisme dan mendeteksi paham radikal masuk ke keluarga.
 
Setiap kota diikuti lebih dari 30 organisasi perempuan. Kegiatan itu menyaratkan peserta merupakan ibu-ibu yang telah mempunyai anak agar bisa disimulasikan dengan kenyataan di rumah. Mereka juga diberi materi tentang langkah-langkah yang dilakukan jika sudah mengetahui ada bibit paham radikal tumbuh di anggota keluarga.

Dari kegiatan tersebut, ternyata banyak ibu yang mengeluhkan tentang perubahan perilaku pada anak-anak mereka. Perubahan tersebut antara lain, tidak mau ikut makan malam bersama, cara bicara anak yang sekarang lebih keras kepada orang tua, dan berpendapat tentang agama benar-benar kukuh.
 
(Baca juga: Sekolah Belum Mampu Tangkal Radikalisme)
 
"Menghadapi anak semacam itu, mereka harus diajak duduk bareng dan ditanya pemikiran tersebut didapat dari mana? Ibu diberi pelatihan parenting for peace, dengan cara ini dapat membuat komunikasi anak dengan orang tua kembali baik dan membuat anak tidak terjerumus ke jaringan radikal," jelas Dewi Rini, Minggu, 20 Mei 2018. 
 
Ia menekankan, anak yang telah terkena doktrin harus didekati secara psikologi, yaitu jangan disalahkan, tetapi diberi ruang agar bisa kembali seperti semula.
 
Para orang tua pun lebih peka terhadap perkembangan anak sebagai langkah pencegahan radikalisme pada anak. Di sisi lain, dengan semakin sadarnya masyarakat akan bahaya radikalisme, masyarakat dapat semakin bertoleran dan cinta damai.
 
Dewi Rini mengajak masyarakat untuk melakukan kontra narasi radikalisme di media sosial. Jaringan radikal juga banyak bergerak di media sosial yang memposting ujaran kebencian ataupun intoleran. "Semakin banyak orang sadar akan bahayanya, semakin banyak yang bersatu melawannya. Mencegah lebih baik daripada mengobati," pungkasnya.
 

 
(AT/M2)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan