medcom.id, Gresik: Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia hingga hari ini masih bermasalah soal garam. Pemerintah, masih berjuang mewujudkan swasembada garam nasional.
Untuk menuju arah swasembada garam, salah satu yang bisa dilakukan dengan menyerap garam milik petani rakyat secara maksimal untuk menutup keran impor. Nyatanya, menyerap garam milik petani rakyat bukan perkara mudah buat pengusaha.
Musababnya, garam petani rakyat berkualitas rendah. Sehingga tak banyak pengusaha berani mengambil garam petani rakyat atau kalaupun mengambil jumlahnya tak banyak.
Meski demikian, masih ada sejumlah perusahaan yang mau berinvestasi dengan nilai fantastis dengan mengambil garam milik petani rakyat. Alasannya ingin bersama-sama pemerintah mewujudkan swasembada pangan.
PT UnichemCandi Indonesia misalnya, perusahaan garam produksi milik swasta itu berani berinvestasi Rp700 miliar buat mendirikan pabrik khusus refine dan washing garam. Mereka mengklaim sebagai satu-satunya perusahaan di Indonesia yang melakukan refine dan mengambil garamnya hanya dari tanah ibu pertiwi.
"Kami turut berpartisipasi untuk mewujudkan swasembada garam nasional," kata Vice President PT UnichemCandi Indonesia Ryan Harris dalam kunjungan pabrik oleh Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa, di Gresik, Jawa Timur, Kamis (6/9/2016).
Kendati mengucurkan dana begitu besar, Ryan yakin perusahaannya tak merugi. Apalagi hal itu sudah dijalankan selama 15 tahun.
Perusahaan lain yang juga bertekad menggunakan garam milik petani rakyat adalah PT Kimia Farma. Perusahaan obat milik BUMN itu selama ini mengambil garam dari PT Garam, perusahaan milik BUMN.
Tak cuma membuat obat-obatan dalam waktu dekat Kimia Farma bakal meluncurkan produk barunya. Mereka bakal menjual garam farmasi ke luar negeri.
Penjualan garam farmasi adalah satu-satunya di Indonesia yang bakal dilakukan. PT Kimia Farma bakal menyusul Jerman yang lebih amatir menjual garam farmasi.
"Kami punya tanggung jawab moral untuk farmasi di Indonesia" kata General Manager Manufaktur PT Kimia Farma Agung Kisworo.
Deputi II Bidang Koordinasi Bidang Sumber Daya Alam dan Jasa Agung Kuswandono yang ikut dalam kunjungan pabrik mengapresiasi keberanian perusahaan yang mengambil garam milik petani rakyat meski dalam kondisi yang tidak bagus. Dia berharap ke depan makin banyak pengusaha yang mengikuti jejak perusahaan-perusahaan itu.
Agung menyebut, bila pengusaha menyerap garam milik petani rakyat maka tidak perlu lagi impor garam. Apalagi, produksi garam petani rakyat sudah besar.
"Kalau memang nggak ada stoknya ya boleh impor, tapi dilihat dulu sisa-sisa masih ada enggak, kalau cukup ya enggak usah impor," ujar Agung.
Untuk itu, dia berharap semua pihak mulai dari pemerintah, pengusaha, sampai petani rakyat untuk jujur terkait data produksi garam. Dengan begitu tidak perlu lagi ada impor garam yang sia-sia sehingga swasembada garam makin cepat tercapai.
medcom.id, Gresik: Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia hingga hari ini masih bermasalah soal garam. Pemerintah, masih berjuang mewujudkan swasembada garam nasional.
Untuk menuju arah swasembada garam, salah satu yang bisa dilakukan dengan menyerap garam milik petani rakyat secara maksimal untuk menutup keran impor. Nyatanya, menyerap garam milik petani rakyat bukan perkara mudah buat pengusaha.
Musababnya, garam petani rakyat berkualitas rendah. Sehingga tak banyak pengusaha berani mengambil garam petani rakyat atau kalaupun mengambil jumlahnya tak banyak.
Meski demikian, masih ada sejumlah perusahaan yang mau berinvestasi dengan nilai fantastis dengan mengambil garam milik petani rakyat. Alasannya ingin bersama-sama pemerintah mewujudkan swasembada pangan.
PT UnichemCandi Indonesia misalnya, perusahaan garam produksi milik swasta itu berani berinvestasi Rp700 miliar buat mendirikan pabrik khusus refine dan washing garam. Mereka mengklaim sebagai satu-satunya perusahaan di Indonesia yang melakukan refine dan mengambil garamnya hanya dari tanah ibu pertiwi.
"Kami turut berpartisipasi untuk mewujudkan swasembada garam nasional," kata Vice President PT UnichemCandi Indonesia Ryan Harris dalam kunjungan pabrik oleh Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa, di Gresik, Jawa Timur, Kamis (6/9/2016).
Kendati mengucurkan dana begitu besar, Ryan yakin perusahaannya tak merugi. Apalagi hal itu sudah dijalankan selama 15 tahun.
Perusahaan lain yang juga bertekad menggunakan garam milik petani rakyat adalah PT Kimia Farma. Perusahaan obat milik BUMN itu selama ini mengambil garam dari PT Garam, perusahaan milik BUMN.
Tak cuma membuat obat-obatan dalam waktu dekat Kimia Farma bakal meluncurkan produk barunya. Mereka bakal menjual garam farmasi ke luar negeri.
Penjualan garam farmasi adalah satu-satunya di Indonesia yang bakal dilakukan. PT Kimia Farma bakal menyusul Jerman yang lebih amatir menjual garam farmasi.
"Kami punya tanggung jawab moral untuk farmasi di Indonesia" kata General Manager Manufaktur PT Kimia Farma Agung Kisworo.
Deputi II Bidang Koordinasi Bidang Sumber Daya Alam dan Jasa Agung Kuswandono yang ikut dalam kunjungan pabrik mengapresiasi keberanian perusahaan yang mengambil garam milik petani rakyat meski dalam kondisi yang tidak bagus. Dia berharap ke depan makin banyak pengusaha yang mengikuti jejak perusahaan-perusahaan itu.
Agung menyebut, bila pengusaha menyerap garam milik petani rakyat maka tidak perlu lagi impor garam. Apalagi, produksi garam petani rakyat sudah besar.
"Kalau memang nggak ada stoknya ya boleh impor, tapi dilihat dulu sisa-sisa masih ada enggak, kalau cukup ya enggak usah impor," ujar Agung.
Untuk itu, dia berharap semua pihak mulai dari pemerintah, pengusaha, sampai petani rakyat untuk jujur terkait data produksi garam. Dengan begitu tidak perlu lagi ada impor garam yang sia-sia sehingga swasembada garam makin cepat tercapai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DRI)