medcom.id, Jakarta: Kampung Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, memiliki nilai sejarah yang cukup panjang. Sebelum Indonesia merdeka, permukiman warga sudah ada di Luar Batang yang berada di pesisir utara Jakarta itu.
Pada abad ke-5, Pelabuhan Sunda Kelapa sudah menjadi pelabuhan yang banyak dikunjungi para pelaut Nusantara. Imbas ramainya Pelabuhan Sunda Kelapa melahirkan kantong-kantong permukiman warga di sekitarnya.
"Pada abad ke-12, Kampung Luar Batang sudah ada, tapi namanya belum bernama Luar Batang," kata Mansur, warga setempat saat berbincang dengan Metrotvnews.com, Jumat (1/4/2016).
Mansur menerangkan, pada Abad ke 17 setelah berdirinya VOC, kampung Luar Batang menjadi tempat penampungan sementara bagi awak kapal yang masuk ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Sebab, pemerintah Hindia Belanda melarang kapal-kapal melintasi pelabuhan di malam hari.
"Kapal-kapal harus melewati pos pemeriksaan, setiap kargo diperiksa ketat. Sambil menunggu izin berlabuh yang memakan waktu berhari-hari, anak buah kapal tinggal di sini," ceritanya.
Kampung Luar Batang menjadi tambah ramai setelah berdiri Masjid An Nur pada 1739. Masjid ini dibangun oleh Habib Husein Bin Abu Bakar Al-laydrus atau Habib Husein atau Habib Luar Batang, salah seorang ulama yang menyebarkan ajaran islam di tanah Betawi.
"Beliau dari Hadramaut, Yaman. Dulunya masjid ini kecil, tidak sebesar sekarang. Setelah beliau wafat, masjid ini lebih dikenal dengan Masjid Luar Batang," tutur Mansur.
Nama Habib Husein tersohor hingga ke pelosok negeri lantaran syiar agama yang kuat. Kata Mansur, sebelum masuk ke Nusantara, Habib Husein singgah lebih dulu di Gujarat, India.
"Dari India, beliau masuk ke wilayah Nusantara. Wilayah yang pertama kali didatangi beliau adalah Aceh, lalu ke Surabaya, Cirebon dan Luar Batang," kata Mansur.
Di Luar Batang, Habib Husein juga giat berdakwah ke kampung-kampung di Batavia. Habib Husein bersama para muridnya juga melakukan dakwah hingga ke luar Batavia.
Habib Husein wafat pada tahun 1756 di Luar Batang. Jenazahnya disemayamkan di dalam bangunan Masjid Luar Batang. Selepas beliau wafat, kebesaran nama Habib Husein tetap menggema seluruh di penjuru negeri hingga mancanegara.
"Ini makam orang mulia. Setiap hari ada yang berziarah ke sini. Semua Presiden dari zaman Soeharto sampai Jokowi pernah berkunjung ke sini, pejabat juga banyak. Peziarah juga banyak berasal dari luar negeri seperi dari Timur Tengah, Amerika, Singapura, Malaysia. Terakhir orang dari kedutaan Australia berziarah ke sini," kata Mansur.
Pemrov DKI Jakarta akan menertibkan Kampung Luar Batang pada pertengahan April mendatang. Warga Luar Batang ini digusur karena menempati lahan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Selain itu, lahan masuk dalam rencana revitalisasi Kawasan Wisata Bahari, Pasar Ikan dan Sunda Kelapa. Dari semua ini, yang terpenting pembangunan sheet piles (dinding turap) agar air tidak melimpah ke daratan.
medcom.id, Jakarta: Kampung Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, memiliki nilai sejarah yang cukup panjang. Sebelum Indonesia merdeka, permukiman warga sudah ada di Luar Batang yang berada di pesisir utara Jakarta itu.
Pada abad ke-5, Pelabuhan Sunda Kelapa sudah menjadi pelabuhan yang banyak dikunjungi para pelaut Nusantara. Imbas ramainya Pelabuhan Sunda Kelapa melahirkan kantong-kantong permukiman warga di sekitarnya.
"Pada abad ke-12, Kampung Luar Batang sudah ada, tapi namanya belum bernama Luar Batang," kata Mansur, warga setempat saat berbincang dengan Metrotvnews.com, Jumat (1/4/2016).
Mansur menerangkan, pada Abad ke 17 setelah berdirinya VOC, kampung Luar Batang menjadi tempat penampungan sementara bagi awak kapal yang masuk ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Sebab, pemerintah Hindia Belanda melarang kapal-kapal melintasi pelabuhan di malam hari.
"Kapal-kapal harus melewati pos pemeriksaan, setiap kargo diperiksa ketat. Sambil menunggu izin berlabuh yang memakan waktu berhari-hari, anak buah kapal tinggal di sini," ceritanya.
Kampung Luar Batang menjadi tambah ramai setelah berdiri Masjid An Nur pada 1739. Masjid ini dibangun oleh Habib Husein Bin Abu Bakar Al-laydrus atau Habib Husein atau Habib Luar Batang, salah seorang ulama yang menyebarkan ajaran islam di tanah Betawi.
"Beliau dari Hadramaut, Yaman. Dulunya masjid ini kecil, tidak sebesar sekarang. Setelah beliau wafat, masjid ini lebih dikenal dengan Masjid Luar Batang," tutur Mansur.
Nama Habib Husein tersohor hingga ke pelosok negeri lantaran syiar agama yang kuat. Kata Mansur, sebelum masuk ke Nusantara, Habib Husein singgah lebih dulu di Gujarat, India.
"Dari India, beliau masuk ke wilayah Nusantara. Wilayah yang pertama kali didatangi beliau adalah Aceh, lalu ke Surabaya, Cirebon dan Luar Batang," kata Mansur.
Di Luar Batang, Habib Husein juga giat berdakwah ke kampung-kampung di Batavia. Habib Husein bersama para muridnya juga melakukan dakwah hingga ke luar Batavia.
Habib Husein wafat pada tahun 1756 di Luar Batang. Jenazahnya disemayamkan di dalam bangunan Masjid Luar Batang. Selepas beliau wafat, kebesaran nama Habib Husein tetap menggema seluruh di penjuru negeri hingga mancanegara.
"Ini makam orang mulia. Setiap hari ada yang berziarah ke sini. Semua Presiden dari zaman Soeharto sampai Jokowi pernah berkunjung ke sini, pejabat juga banyak. Peziarah juga banyak berasal dari luar negeri seperi dari Timur Tengah, Amerika, Singapura, Malaysia. Terakhir orang dari kedutaan Australia berziarah ke sini," kata Mansur.
Pemrov DKI Jakarta akan menertibkan Kampung Luar Batang pada pertengahan April mendatang. Warga Luar Batang ini digusur karena menempati lahan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Selain itu, lahan masuk dalam rencana revitalisasi Kawasan Wisata Bahari, Pasar Ikan dan Sunda Kelapa. Dari semua ini, yang terpenting pembangunan sheet piles (dinding turap) agar air tidak melimpah ke daratan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DOR)