medcom.id, Jakarta: Warga Kampung Pulo membantah uang kerohiman menjadi alasan utama mereka yang tak mau dipindah ke rumah susun sewa (rusunawa) Jatinegara Barat.
Warga Kampung Pulo, Nurlaelah, 51, mengaku lebih nyaman tinggal di rumahnya yang sering kebanjiran ketimbang di rusunawa dengan fasilitas setara apartment. Alasannya, di rusun dia tak punya tetangga.
"Banjir sudah biasa, gak apa-apa. Gak enak tinggal di rusun gak ada tetangga, lebih enak di Pulo. Istilah kata, kalau di Pulo habis sambel, kita bisa minta sama tetangga," kata dia saat berbincang dengan Metrotvnews.com di lokasi penggusuran, Jumat (21/8/2015).
Hal serupa juga diungkapkan Rogaya, 62, nenek ini mengaku tidak nyaman selama tinggal di rusun. Rusun hanya memiliki fasilitas dua kamar tidur itu tak nyaman untuk ditinggali oleh anggota keluarganya yang banyak.
Rogaya menyayangkan, rusun yang memiliki fasilitas memadai itu hanya berstatus sewa, seumur hidup dia tetap akan membayar uang sewa rusun. "Saya punya 10 anak, kalu tinggal di rusun tidak muat. Lagian, tidak enak kalau tidak tinggal di rumah kita sendiri, saya kan harus bayar terus," ungkapnya.
Rusunawa Jatinegara Barat tak tampil sesederhana namanya. Bangunan 16 lantai dilengkapi beberapa fasilitas mewah seperti apartemen.
Pantauan Metrotvnews.com, rusunawa dua tower ini didukung dengan empat lift. Dua lift barang dan dua lift orang disediakan untuk menunjang pergerakan penghuni dari lantai dasar hingga 16.
Luas per unit 30 meter yang berisikan dapur, dua kamar tidur dan kamar mandi. Warga pun dijamin bisa tinggal dengan nyaman di rusunawa yang dibangun pada 2014 itu.
Dengan fasilitas ini, warga Kampung Pulo hanya perlu merogoh kocek Rp300 ribu per bulan untuk membayar iuran pemeliharaan lingkungan (IPL). Namun, uang itu belum termasuk biaya listrik dan air.
medcom.id, Jakarta: Warga Kampung Pulo membantah uang kerohiman menjadi alasan utama mereka yang tak mau dipindah ke rumah susun sewa (rusunawa) Jatinegara Barat.
Warga Kampung Pulo, Nurlaelah, 51, mengaku lebih nyaman tinggal di rumahnya yang sering kebanjiran ketimbang di rusunawa dengan fasilitas setara apartment. Alasannya, di rusun dia tak punya tetangga.
"Banjir sudah biasa, gak apa-apa. Gak enak tinggal di rusun gak ada tetangga, lebih enak di Pulo. Istilah kata, kalau di Pulo habis sambel, kita bisa minta sama tetangga," kata dia saat berbincang dengan Metrotvnews.com di lokasi penggusuran, Jumat (21/8/2015).
Hal serupa juga diungkapkan Rogaya, 62, nenek ini mengaku tidak nyaman selama tinggal di rusun. Rusun hanya memiliki fasilitas dua kamar tidur itu tak nyaman untuk ditinggali oleh anggota keluarganya yang banyak.
Rogaya menyayangkan, rusun yang memiliki fasilitas memadai itu hanya berstatus sewa, seumur hidup dia tetap akan membayar uang sewa rusun. "Saya punya 10 anak, kalu tinggal di rusun tidak muat. Lagian, tidak enak kalau tidak tinggal di rumah kita sendiri, saya kan harus bayar terus," ungkapnya.
Rusunawa Jatinegara Barat tak tampil sesederhana namanya. Bangunan 16 lantai dilengkapi beberapa fasilitas mewah seperti apartemen.
Pantauan Metrotvnews.com, rusunawa dua tower ini didukung dengan empat lift. Dua lift barang dan dua lift orang disediakan untuk menunjang pergerakan penghuni dari lantai dasar hingga 16.
Luas per unit 30 meter yang berisikan dapur, dua kamar tidur dan kamar mandi. Warga pun dijamin bisa tinggal dengan nyaman di rusunawa yang dibangun pada 2014 itu.
Dengan fasilitas ini, warga Kampung Pulo hanya perlu merogoh kocek Rp300 ribu per bulan untuk membayar iuran pemeliharaan lingkungan (IPL). Namun, uang itu belum termasuk biaya listrik dan air.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)