medcom.id, Jakarta: Air merupakan kebutuhan mendasar bagi semua makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, air diperlukan untuk minum, mandi, cuci, masak dan sebagainya.
Namun sayang, tidak semua orang bisa mengakses air bersih yang memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup. Terlebih bagi warga prasejahtera di kota-kota besar, termasuk Jakarta. Mereka biasanya tinggal di pinggiran Ibu Kota, dengan infrastruktur kota yang belum optimal.
Berbagai program yang ditujukan kepada masyarakat prasejahtera pun diinisiasi oleh oeprator penyediaan dan pelayanan air bersih, salah satunya Palyja. Pelanggan prasejahtera yang masuk dalam kelompok K2, kini dapat menikmati air bersih berkat perluasan jaringan dan sambungan baru.
Pada Februari 1998, awal kerjasama PAM dan Palyja, tercatat hanya ada 9.585 pelanggan. Kini, telah ada 80.996 pelanggan standar prasejahtera. Tarifnya pun tergolong rendah, karena Palyja menerapkan tarif subsidi silang antarpelanggan.
Beberapa program Palyja untuk masyarakat prasejahtera yaitu, Global Partnership on Output Based Aid (GPOBA), Kios Air (Water Kiosk), dan Master Meter.
GPOBA merupakan program Palyja yang didukung Bank Dunia sejak 2008. Pihak lain yang terlibat didalamnya yaitu Pemda DKI, PAM Jaya, Badan Regulator, KPAM dan Mercy Corps. Sebanyak 5.042 sambungan telah berhasil dilakukan di Rawa Bengkel, Menceng, Muara Baru, Warung Gantung, Rawa Lele, dan Sumur Bor.
Sementara Kios Air, merupakan program yang dilakukan untuk melayani kebutuhan masyarakat yang belum terjangkau jaringan pipanisasi. Pelayanan dilakukan dengan menyiagakan tim truk tangki, untuk mengisi bak penampungan Kios Air.
Saat ini, Palyja telah memiliki 51 unit Kios Air. Setiap Kios Air mampu melayani sekitar 200 keluarga. Jika satu keluarga diasumsikan terdiri dari empat anggota keluarga, maka 51 Kios air Palyja dapat melayani kebutuhan 40.800 orang.
Sedangkan Master meter, merupakan meter air yang digunakan secara kolektif untuk beberapa rumah. Sistem operasinya yaitu dengan membentuk Community Based Organization (CBO), untuk mengelola jaringan perpipaan setelah meter, distribusi tagihan, pembayaran dan perawatannya. Program Master meter ini telah berhasil dijalankan di Rawa bebek, Muara baru, Penjaringan, serta Jembatan besi. (adv)
medcom.id, Jakarta: Air merupakan kebutuhan mendasar bagi semua makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, air diperlukan untuk minum, mandi, cuci, masak dan sebagainya.
Namun sayang, tidak semua orang bisa mengakses air bersih yang memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup. Terlebih bagi warga prasejahtera di kota-kota besar, termasuk Jakarta. Mereka biasanya tinggal di pinggiran Ibu Kota, dengan infrastruktur kota yang belum optimal.
Berbagai program yang ditujukan kepada masyarakat prasejahtera pun diinisiasi oleh oeprator penyediaan dan pelayanan air bersih, salah satunya Palyja. Pelanggan prasejahtera yang masuk dalam kelompok K2, kini dapat menikmati air bersih berkat perluasan jaringan dan sambungan baru.
Pada Februari 1998, awal kerjasama PAM dan Palyja, tercatat hanya ada 9.585 pelanggan. Kini, telah ada 80.996 pelanggan standar prasejahtera. Tarifnya pun tergolong rendah, karena Palyja menerapkan tarif subsidi silang antarpelanggan.
Beberapa program Palyja untuk masyarakat prasejahtera yaitu, Global Partnership on Output Based Aid (GPOBA), Kios Air (Water Kiosk), dan Master Meter.
GPOBA merupakan program Palyja yang didukung Bank Dunia sejak 2008. Pihak lain yang terlibat didalamnya yaitu Pemda DKI, PAM Jaya, Badan Regulator, KPAM dan Mercy Corps. Sebanyak 5.042 sambungan telah berhasil dilakukan di Rawa Bengkel, Menceng, Muara Baru, Warung Gantung, Rawa Lele, dan Sumur Bor.
Sementara Kios Air, merupakan program yang dilakukan untuk melayani kebutuhan masyarakat yang belum terjangkau jaringan pipanisasi. Pelayanan dilakukan dengan menyiagakan tim truk tangki, untuk mengisi bak penampungan Kios Air.
Saat ini, Palyja telah memiliki 51 unit Kios Air. Setiap Kios Air mampu melayani sekitar 200 keluarga. Jika satu keluarga diasumsikan terdiri dari empat anggota keluarga, maka 51 Kios air Palyja dapat melayani kebutuhan 40.800 orang.
Sedangkan Master meter, merupakan meter air yang digunakan secara kolektif untuk beberapa rumah. Sistem operasinya yaitu dengan membentuk Community Based Organization (CBO), untuk mengelola jaringan perpipaan setelah meter, distribusi tagihan, pembayaran dan perawatannya. Program Master meter ini telah berhasil dijalankan di Rawa bebek, Muara baru, Penjaringan, serta Jembatan besi. (adv)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)