medcom.id, Jakarta: Mantan Bendahara DPP PKB Bambang Sungkono menyatakan kesiapannya menjadi Wakil Gubernur untuk mendampingi Gubernur DKI versi Front Pembela Islam (FPI) Fahrurrozi Ishaq.
Dituturkan oleh Bambang, dirinya sebagai warga Tionghoa asli Jakarta merasa terpanggil untuk membangun tanah kelahirannya. Sebagai politisi yang juga seorang pengusaha, ia merasa memiliki visi dan kemampuan untuk memimpin Jakarta bersama Fahrurrozi.
"Saya ini Asnawi atau Asli China Betawi. Cocok berduet dengan Fahrurrozi yang Asmawi atau Asli Melayu Betawi," kata Bambang berkelakar kepada pers di Jakarta, Minggu (7/12/2014).
Pria yang memiliki nama Tionghoa Ng Kwe Haw ini lebih lanjut menuturkan gubernur tandingan ini bukan untuk merebut kekuasaan, melainkan memiliki sisi positif, yaitu menjadi penyeimbang bagi Gubenur Ahok. Supaya kerja Gubernur DKI tersebut tetap on the track.
Dikatakan, kemacetan di Jakarta belum bisa teratasi oleh Ahok sejak saat menjabat sebagai wakil gubernur, menjadi plt gubernur hingga sampai saat ini menjadi gubernur. Malah semakin bertambah parah.
Mengenai penanggulangan banjir, memang ada upaya untuk mengatasinya, namun apa yang dilakukan tidak tepat sasaran.
"Seperti orang sakit demam cuma diberi parasetamol, padahal harus diberi antibiotik dan antiradang," katanya.
Bersama Fahrurrozi, Bambang juga akan mengambil kebijakan-kebijakan populis di antaranya adalah memberikan kesempatan kepada pedagang kaki lima untuk berjualan di Monas. "Monas adalah tempat rekreasi dan bagaimana mungkin tempat rekreasi tanpa ada yang berjualan," ujarnya.
Pria yang menjadi pengusaha otomotif ini juga akan menghapus aturan three in one, karena itu justru menjadi biang keladi kemacetan.
"Jalan antara Hayam Wuruk menuju Ratu Plaza merupakan through traffic Dari utara menuju selatan. Sementara jalan S Parman menuju Gatot Subroto adalah through traffic dari barat menuju timur. Sehingga keduanya adalah jalur utama yang jika dibatasi akan menimbulkan gangguan lalu lintas secara keseluruhan di Jakarta," jelasnya.
"Jangan disamakan Sudirman Thamrin dengan Orchard Road di Singapura yang bukan through traffic, melainkan destination traffic. Sehingga sangat tidak cocok konsep di Singapura itu diterapkan di sini. Kalau seandainya Jalan Cendana Menteng ditutup seperti masa Orde Baru, tidak menjadi masalah, tidak menimbulkan kemacetan karena jalan tersebut bukanlah through traffic," Katanya.
Dikatakan, ERP, konsep ganjil genap, pelarangan sepeda motor di Jalan Merdeka Barat dan Thamrin serta rencana penghentian penjualan premium di DKI Jakarta tidak perlu dilaksanakan. Karena pada prinsipnya semua jalan dibuat untuk malayani masyarakat.
Bambang yang terpilih menjadi Bendahara Umum DPP PKB di Kongres Yogyakarta 2002 ini juga mengritisi kebijakan tentang pelarangan mobil yang parkir di bahu jalan depan toko atau restoran. Hal ini sungguh merugikan dan mengurangi pemasukan toko tersebut.
"Jangan pajaknya mau tapi saat mereka berdagang tidak didukung dan pentil ban tamu pengunjung toko dicabut," tambahnya.
medcom.id, Jakarta: Mantan Bendahara DPP PKB Bambang Sungkono menyatakan kesiapannya menjadi Wakil Gubernur untuk mendampingi Gubernur DKI versi Front Pembela Islam (FPI) Fahrurrozi Ishaq.
Dituturkan oleh Bambang, dirinya sebagai warga Tionghoa asli Jakarta merasa terpanggil untuk membangun tanah kelahirannya. Sebagai politisi yang juga seorang pengusaha, ia merasa memiliki visi dan kemampuan untuk memimpin Jakarta bersama Fahrurrozi.
"Saya ini Asnawi atau Asli China Betawi. Cocok berduet dengan Fahrurrozi yang Asmawi atau Asli Melayu Betawi," kata Bambang berkelakar kepada pers di Jakarta, Minggu (7/12/2014).
Pria yang memiliki nama Tionghoa Ng Kwe Haw ini lebih lanjut menuturkan gubernur tandingan ini bukan untuk merebut kekuasaan, melainkan memiliki sisi positif, yaitu menjadi penyeimbang bagi Gubenur Ahok. Supaya kerja Gubernur DKI tersebut tetap on the track.
Dikatakan, kemacetan di Jakarta belum bisa teratasi oleh Ahok sejak saat menjabat sebagai wakil gubernur, menjadi plt gubernur hingga sampai saat ini menjadi gubernur. Malah semakin bertambah parah.
Mengenai penanggulangan banjir, memang ada upaya untuk mengatasinya, namun apa yang dilakukan tidak tepat sasaran.
"Seperti orang sakit demam cuma diberi parasetamol, padahal harus diberi antibiotik dan antiradang," katanya.
Bersama Fahrurrozi, Bambang juga akan mengambil kebijakan-kebijakan populis di antaranya adalah memberikan kesempatan kepada pedagang kaki lima untuk berjualan di Monas. "Monas adalah tempat rekreasi dan bagaimana mungkin tempat rekreasi tanpa ada yang berjualan," ujarnya.
Pria yang menjadi pengusaha otomotif ini juga akan menghapus aturan three in one, karena itu justru menjadi biang keladi kemacetan.
"Jalan antara Hayam Wuruk menuju Ratu Plaza merupakan through traffic Dari utara menuju selatan. Sementara jalan S Parman menuju Gatot Subroto adalah through traffic dari barat menuju timur. Sehingga keduanya adalah jalur utama yang jika dibatasi akan menimbulkan gangguan lalu lintas secara keseluruhan di Jakarta," jelasnya.
"Jangan disamakan Sudirman Thamrin dengan Orchard Road di Singapura yang bukan through traffic, melainkan destination traffic. Sehingga sangat tidak cocok konsep di Singapura itu diterapkan di sini. Kalau seandainya Jalan Cendana Menteng ditutup seperti masa Orde Baru, tidak menjadi masalah, tidak menimbulkan kemacetan karena jalan tersebut bukanlah through traffic," Katanya.
Dikatakan, ERP, konsep ganjil genap, pelarangan sepeda motor di Jalan Merdeka Barat dan Thamrin serta rencana penghentian penjualan premium di DKI Jakarta tidak perlu dilaksanakan. Karena pada prinsipnya semua jalan dibuat untuk malayani masyarakat.
Bambang yang terpilih menjadi Bendahara Umum DPP PKB di Kongres Yogyakarta 2002 ini juga mengritisi kebijakan tentang pelarangan mobil yang parkir di bahu jalan depan toko atau restoran. Hal ini sungguh merugikan dan mengurangi pemasukan toko tersebut.
"Jangan pajaknya mau tapi saat mereka berdagang tidak didukung dan pentil ban tamu pengunjung toko dicabut," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADF)