Rangkaian kereta MRT Jakarta fase I rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia berada di Depo Lebak Bulus, Jakarta, Selasa (28/8/2018). Foto-foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Rangkaian kereta MRT Jakarta fase I rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia berada di Depo Lebak Bulus, Jakarta, Selasa (28/8/2018). Foto-foto: Antara/Rivan Awal Lingga

Menanti MRT di Kota Penyangga

Nur Azizah • 15 Oktober 2018 11:34
Jakarta: Mass Rapid Transit (MRT) tak cukup hanya mengular di Jakarta. Kereta cepat itu bakal memperpanjang relnya hingga ke kota-kota penyangga. Kelak, MRT akan menjadi tulang punggung transportasi Jakarta dan sekitarnya.
 
Saat ini PT MRT Jakarta baru menyelesaikan fase I yang meliputi Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia. Jalur sudah membentang sepanjang 15,7 kilometer dengan 13 stasiun. Terdiri atas tujuh stasiun layang dan enam stasiun bawah tanah. Rencananya rute ini akan beroperasi penuh pada 1 Maret 2019.
 
Setelah fase pertama selesai, PT MRT Jakarta akan melanjutkan pembangunan fase kedua. Meliputi Bundaran Hotel Indonesia hingga Kampung Bandan. Pembangunan fase dua dijadwalkan akhir tahun ini. Setidaknya diperlukan dana Rp22,5 triliun.

“Fase kedua ini panjangnya 7,8 kilometer,” kata Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar, beberapa waktu lalu, ditemui di kantornya.
 
Fase dua ini memiliki delapan stasiun. Mulai dari Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan terakhir Kampung Bandan.
 
Baca: MRT Jakarta Diberi Nama Moda Raya Terpadu
 
William menargetkan MRT bisa mengangkut sekitar 430 ribu penumpang dari Lebak Bulus hingga Kampung Bandan. Proyek ini ditargetkan rampung pada 2025.
 
Setelah itu, PT MRT akan melanjutkan fase III. Di fase ini, MRT akan melintasi kota-kota penyangga. Bermula dari Cikarang dan berakhir di Balaraja, Banten.
 
“Fase ini akan dibangun pada 2020. Jaraknya 87 kilometer. Lalu di 2024 kita akan buat jalur Kalideres-Ujung Menteng, Jakarta Timur. Ini akan jadi backbone transportasi Jakarta,” ujar dia.
 
Kendati akan memiliki banyak lintasan, William tetap merasa kurang. Menurutnya, perlu ada integrasi antara MRT dan moda transportasi lainnya. Misalnya, TransJakarta.
Menanti MRT di Kota Penyangga
Petugas berjaga di area Stasiun Mass Rapid Transit (MRT) Dukuh Atas, di Jakarta, Kamis (27/9/2018).
 
Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno membenarkan perlunya angkutan pengumpan dari stasiun MRT menuju permukiman warga. Dengan begitu, lambat laun pengendara pribadi akan bergeser menjadi pengguna transportasi massal.
 
Di sisi lain, ia merespon baik rencana pengembangan MRT hingga fase III. Ia yakin Jakarta dan kota penyangga yang dilintasi MRT bisa naik kelas.
 
“Ini bisa menjadikan Jakarta sebagai kota modern, meskipun memang kita terlambat membangun,” ujar Djoko.
 
Katalis pertumbuhan ekonomi
 
Kehadiran kereta cepat ini tidak saja berdampak pada pengurangan kemacetan. Lebih dari itu, MRT diyakini bisa menjadi katalis pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah yang dilalui.
 
“Belum lagi bila kawasan berorientasi transit (TOD) akan ada mixed use antara fungsi transit, manusia, ritel, dan ruang publik,” kata William.
 
Keberadaan TOD pun akan meningkatkan jumlah dan harga properti di sekitarnya. Menurut William, ini keuntungan untuk MRT.
 
“Karena penumpang kami akan lebih banyak. Dan kami harus mengembangkan transportasi yang membuat orang nyaman bertransit,” ujarnya.
 
Baca: Empat Rangkaian Kereta MRT Tiba di Terminal Tanjung Priok
 
Salah satu cara membuat penumpang nyaman bertansit ialah trotoar. Trotoar menjadi salah satu sarana penunjang untuk penumpang berpindah dari satu moda ke moda lainnya.
 
Permasalahan trotoar di Ibu Kota perlahan mulai teratasi. Trotoar yang sebelumnya hanya memiliki lebar tiga hingga lima meter, kini menjadi sembilan hingga 12 meter.
 
Trotoar sepanjang 6,9 kilometer itu pun sudah dilengkapi dengan yellow blind dan taman. Kendati begitu, masih ada pekerjaan rumah yang harus disesaikan PT MRT, yakni membebaskan trotoar dari ojek online dan pedagang kaki lima.
 
“Sekarang sudah enak. Sudah rapi dan lurus. Tapi yang harus diatur adalah ojek online dan PKL. Kalau ini enggak dijaga, ya kacau deh,” ujar William.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan