Ilustrasi--Sejumlah remaja menggunakan motor sambil membawa kayu, saat melintas di Jalan Samudera, Pantai Padang, Sumatera Barat. (Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra)
Ilustrasi--Sejumlah remaja menggunakan motor sambil membawa kayu, saat melintas di Jalan Samudera, Pantai Padang, Sumatera Barat. (Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra)

Tahapan yang Dilalui Remaja Sebelum Membentuk Geng

27 Desember 2017 12:45
Jakarta: Aksi kriminalitas yang dilakukan anak muda berkedok geng motor ternyata tak hanya terjadi di Indonesia. Fenomena ini terjadi pula di negara-negara lain.
 
Inggris misalnya, pada 2011 silam pemerintah negara tersebut menyatakan perang terhadap geng-geng yang diinisiasi oleh anak-anak muda. Hal ini membuktikan baik negara maju maupun di Indonesia masih sangat terbuka akan potensi munculnya geng-geng kriminal semacam itu.
 
"Persoalannya kemudian apakah terlihat agresif? Menurut saya dari dulu karakter (geng motor) sudah agresif. Hanya saja adanya sosial media dan pemberitaan yang masif seakan-akan mereka jadi lebih brutal," ungkap Sosiolog Devie Rahmawati, dalam Selamat Pagi Indonesia, Rabu 27 Desember 2017.

Menurut Devie, secara umum ada tiga tahapan yang membuat anak-anak muda gemar berkumpul dan membentuk sebuah kelompok. Tahapan pertama adalah rekreasi.
 
Pada tahapan ini anak-anak muda mencari kesenangan dengan membangun ikatan dengan teman sebaya, mencari 'rumah' baru di mana mereka leluasa menghabiskan lebih banyak waktu dengan lingkungannya ketimbang dengan rumah.
 
Proses membangun persahabatan dengan teman sebaya tidak hanya dilakukan ketika sekolah. Namun juga berlangsung saat mereka seharusnya kembali ke rumah.
 
"Ketika tahap ini mulai membosankan mereka butuh hal lain untuk meningkatkan rasa senang, yakni masuk ke tahap kriminal," lanjut Devie.
 
Tahap kriminal inilah yang kemudian menjelma menjadi geng-geng dengan berbagai bentuk, salah satunya geng motor. Tak jarang aksi pencurian, mengganggu orang lain, yang juga kaitannya dengan persoalan identitas menjadi alasan mengapa anak-anak bergabung dalam sebuah geng.
 
Ketika mereka tidak mengalami kesuksesan di tempat lain seperti sekolah dan rumah atau merasa tidak pernah dihargai, diberikan status sebagai anak baik, dan sebagainya, maka bersama geng inilah mereka merasa sukses.
 
"Saat mereka membegal orang, sukses merampok misalnya, bukan lagi persoalan ekonomi. Tapi lebih pada prestise, harga diri, martabat, yang tidak pernah mereka dapatkan," katanya.
 
Devie pun mengamini bahwa keberadaan 'angel' yang digunakan sebagai faktor penarik sekaligus marketing untuk mempromosikan sebuah geng bukanlah hal baru. Sifat alamiah sebuah geng adalah bagaimana mereka mendapatkan sebanyak-banyaknya anggota.
 
Selain kedua tahap tersebut, tahap terakhir yang akan dilakukan adalah tahap enterprise. Tahap di mana akhirnya mereka memilih geng itu menjadi jalan hidup dan betul-betul 'berkarya' melalui geng tersebut.
 
"Karenanya tindakan seperti penangkapan-penangkapan sudah benar untuk memberikan sinyal bahwa ini (bergabung dengan geng) tidak dibenarkan. Anda boleh membangun sebuah geng atau kelompok selama itu tidak membahayakan diri sendiri apalagi ketertiban masyarakat," jelasnya.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan