Jakarta: Setelah 56 tahun, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) akan menjadi kembali tempat pembukaan perhelatam Asian Games. Bedanya dengan yang pertama, kali ini bangunan tersebut menyandang status sebagai cagar budaya.
Pemugaran bangunan cagar budaya tentu butuh perlakukan berbeda. Sejak tahap perencanaan, desain, pemilihan material hingga eksekusinya dilarang keras merusak keaslian bangunan. Padahal wajib pula memenuhi standar International Association of Athletics Federations (IAAF) yang disyarakatkan.
"Dulu pernah ditambahkan lift seperti di Istora, tapi kita malah kembali ke struktur aslinya," ungkap Menteri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuldjono (11/1/2018) malam.
Maka fokus renovasi adalah modernisasi fitur dan memperkuat kembali struktur bangunan yang sudah berusia lebih dari separuh abad. Mulai dari fasad, pondasi, kolom penyangga, tribun hingga atap dan rangkanya semua dimodernisai serta diperkuat tanpa mengubah tampilannya.
"Sebelumnya dari Kementerian PUPR melakukan pengujian struktur dan beban. Lalu ada penguatan di berbagai titik. Beban struktur bangunannya saja 70 ton," ungkapn Direktur Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK) Winarto kepada medcom.id.
Total waktu pelaksaan renovasi seluruh banguan venue olahraga di Senayan makan waktu 16 bulan. Pekerjaan kelistrikan tata cahaya dan suara tidak kalah menantang, sebab yang ditargetkan adalah memenuhi standart bintang lima FIFA.
Agar bisa menghasilkan pencahayaan sekuat 3500 lux, perlu tambahan lampu dan jaringan kabel sepanjang ratusan kilometer. Urusan lampu jauh lebih mudah. Tidak perlu tambahan lampu sebab ada sudah ada teknologi LED yang tiga kali lebih terang dibanding sebelumnya dengan daya listrik lebih hemat 50 persen.
Namun tidak dengan kabel-kabelnya. Tambahan ratusan kilometer kabel jelas akan menambah beban struktur bangunan dan rangka atap. "Kita menggunakan struktur cable tension," sambung kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pelaksanaan Penataan Bangunan Strategis 2 Ditjen Cipta Karya Kementerian (PUPR) Kusworo Darpito.
"Itu seperti gelang yang kita tarik sisi-sisinya. Ada kabel yang ditarik ke belakang, strukturnya itu ada di belakang dengan kemiringan sekitar dua persen, di situ istimewanya dan ini jadi tantangan terbesar," tambahnya.
Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) telah selesai direnovasi. Nantinya stadion kebanggaan masyarakat Indonesia ini akan menjadi venue utama gelaran Asian Games 2018.
A post shared by Medcom.ID (@medcomid) on Jan 13, 2018 at 5:20pm PST
Jakarta: Setelah 56 tahun, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) akan menjadi kembali tempat pembukaan perhelatam Asian Games. Bedanya dengan yang pertama, kali ini bangunan tersebut menyandang status sebagai cagar budaya.
Pemugaran bangunan cagar budaya tentu butuh perlakukan berbeda. Sejak tahap perencanaan, desain, pemilihan material hingga eksekusinya dilarang keras merusak keaslian bangunan. Padahal wajib pula memenuhi standar International Association of Athletics Federations (IAAF) yang disyarakatkan.
"Dulu pernah ditambahkan lift seperti di Istora, tapi kita malah kembali ke struktur aslinya," ungkap Menteri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuldjono (11/1/2018) malam.
Maka fokus renovasi adalah modernisasi fitur dan memperkuat kembali struktur bangunan yang sudah berusia lebih dari separuh abad. Mulai dari fasad, pondasi, kolom penyangga, tribun hingga atap dan rangkanya semua dimodernisai serta diperkuat tanpa mengubah tampilannya.
"Sebelumnya dari Kementerian PUPR melakukan pengujian struktur dan beban. Lalu ada penguatan di berbagai titik. Beban struktur bangunannya saja 70 ton," ungkapn Direktur Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK) Winarto kepada medcom.id.
Total waktu pelaksaan renovasi seluruh banguan venue olahraga di Senayan makan waktu 16 bulan. Pekerjaan kelistrikan tata cahaya dan suara tidak kalah menantang, sebab yang ditargetkan adalah memenuhi standart bintang lima FIFA.
Agar bisa menghasilkan pencahayaan sekuat 3500 lux, perlu tambahan lampu dan jaringan kabel sepanjang ratusan kilometer. Urusan lampu jauh lebih mudah. Tidak perlu tambahan lampu sebab ada sudah ada teknologi LED yang tiga kali lebih terang dibanding sebelumnya dengan daya listrik lebih hemat 50 persen.
Namun tidak dengan kabel-kabelnya. Tambahan ratusan kilometer kabel jelas akan menambah beban struktur bangunan dan rangka atap. "Kita menggunakan struktur cable tension," sambung kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pelaksanaan Penataan Bangunan Strategis 2 Ditjen Cipta Karya Kementerian (PUPR) Kusworo Darpito.
"Itu seperti gelang yang kita tarik sisi-sisinya. Ada kabel yang ditarik ke belakang, strukturnya itu ada di belakang dengan kemiringan sekitar dua persen, di situ istimewanya dan ini jadi tantangan terbesar," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LHE)