medcom.id, Jakarta: Proyek reklamasi di Teluk Jakarta memakan 'korban' para nelayan kecil di kampung Marunda. Mereka diusir dari laut yang selama ini menghidupi keluarganya.
"Kita udah nggak boleh nyari ikan di dekat daerah reklamasi. Jaring yang biasa kita tancap digusurin," ungkap Slamet, salah seorang nelayan di Kampung Marunda, Jakarta Utara.
Aktifitas nelayan dianggap mengganggu. Tidak jarang nelayan yang mendekat ke areal reklamasi untuk mencari kerang dan udang, malah diusir secara kasar hingga dikejar petugas keamanan.
"Kesannya kita seperti maling aja," ujar Habibah, aktifis pemberdayaan nelayan Marunda.
Akibat laut tempatnya mencari nafkah diurug, nelayan kecil berkurang pendapatannya. Hasil yang diperoleh tidak mampu lagi untuk sekedar makan layak dan melunasi uang sekolah putra-putri mereka dengan rutin.
Bahkan, saat ini karena begitu susah mencari ikah banyak nelayan yang banting setir menjadi buruh serabutan. Lebih banyak lagi yang memilih menjadi pemulung gara-gara pendidikannya yang rendah.
"Harus bagaimana lagi? Kami ini nelayan kecil. Melaut ke sana nggak boleh, ke sini nggak boleh. Lalu mau makan apa? Sepertinya kita mau dibunuh pelan-pelan," gugat wanita paruh baya ini.
medcom.id, Jakarta: Proyek reklamasi di Teluk Jakarta memakan 'korban' para nelayan kecil di kampung Marunda. Mereka diusir dari laut yang selama ini menghidupi keluarganya.
"Kita udah nggak boleh nyari ikan di dekat daerah reklamasi. Jaring yang biasa kita tancap digusurin," ungkap Slamet, salah seorang nelayan di Kampung Marunda, Jakarta Utara.
Aktifitas nelayan dianggap mengganggu. Tidak jarang nelayan yang mendekat ke areal reklamasi untuk mencari kerang dan udang, malah diusir secara kasar hingga dikejar petugas keamanan.
"Kesannya kita seperti maling aja," ujar Habibah, aktifis pemberdayaan nelayan Marunda.
Akibat laut tempatnya mencari nafkah diurug,
nelayan kecil berkurang pendapatannya. Hasil yang diperoleh tidak mampu lagi untuk sekedar makan layak dan melunasi uang sekolah putra-putri mereka dengan rutin.
Bahkan, saat ini karena begitu susah mencari ikah banyak nelayan yang banting setir menjadi buruh serabutan. Lebih banyak lagi yang memilih menjadi pemulung gara-gara pendidikannya yang rendah.
"Harus bagaimana lagi? Kami ini nelayan kecil. Melaut ke sana nggak boleh, ke sini nggak boleh. Lalu mau makan apa? Sepertinya kita mau dibunuh pelan-pelan," gugat wanita paruh baya ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LHE)