medcom.id, Jakarta: Presiden Joko Widodo mengimbau agar masyarakat mampu membedakan antara kritik yang membangun dengan hal-hal yang sekadar menumbuhkan rasa kebencian. Kritik, kata Jokowi, boleh saja. Dengan catatan diutarakan demi menuju kebaikan bersama.
"Saat ini, ada yang tidak paham mana kritik, mana yang menjelek-jelekkan, yang menghasut, yang menghujat, dan mana yang makar," kata Jokowi kala memberikan sambutan dalam Peringatan Haul ke-7 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Jalan Warung Silah, Ciganjur, Jakarta, Jumat (23/12/2016).
Jokowi menyebut, jika saja mendiang Gus Dur masih ada, maka Presiden ke-4 Indonesia tersebut pun turut jengkel lantaran hal-hal itu hanya membuat energi terbuang percuma.
"Gus Dur pasti gemes, geregetan, kalau lihat ada sekelompok yang meremehkan konstitusi, mengabaikan kemajemukan, dan memaksakan kehendak," kata dia.
Masyarakat Indonesia patut bersyukur karena bisa bersatu di bawah naungan Pancasila. Potensi itu, semestinya dimanfaatkan untuk bergerak dan membangun Indonesia lebih cepat.
"Agar kita menjadi bangsa yang memenangkan persaingan, berdaulat, dan berkepribadian," ujar Jokowi.
medcom.id, Jakarta: Presiden Joko Widodo mengimbau agar masyarakat mampu membedakan antara kritik yang membangun dengan hal-hal yang sekadar menumbuhkan rasa kebencian. Kritik, kata Jokowi, boleh saja. Dengan catatan diutarakan demi menuju kebaikan bersama.
"Saat ini, ada yang tidak paham mana kritik, mana yang menjelek-jelekkan, yang menghasut, yang menghujat, dan mana yang makar," kata Jokowi kala memberikan sambutan dalam Peringatan Haul ke-7 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Jalan Warung Silah, Ciganjur, Jakarta, Jumat (23/12/2016).
Jokowi menyebut, jika saja mendiang Gus Dur masih ada, maka Presiden ke-4 Indonesia tersebut pun turut jengkel lantaran hal-hal itu hanya membuat energi terbuang percuma.
"Gus Dur pasti gemes, geregetan, kalau lihat ada sekelompok yang meremehkan konstitusi, mengabaikan kemajemukan, dan memaksakan kehendak," kata dia.
Masyarakat Indonesia patut bersyukur karena bisa bersatu di bawah naungan Pancasila. Potensi itu, semestinya dimanfaatkan untuk bergerak dan membangun Indonesia lebih cepat.
"Agar kita menjadi bangsa yang memenangkan persaingan, berdaulat, dan berkepribadian," ujar Jokowi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)