medcom.id, Jakarta: Becak motor (Bemo) berwarna biru hilir mudik dari kawasan pasar Bendungan Hilir (Benhil) menuju Pejompongan. Kata warga, umurnya tak lagi lama.
Selain karena aturan pelarangan beroperasi sejak 6 Juni 2017, banyak yang merasa menjadi supir bemo sudah tak bonafit. "Enggak dilarang juga nantinya bakal kurang sendiri itu (Bemo)," kata salah satu tukang ojek, Syafri kepada Metrotvnews.com, Jumat 9 Juni 2017.
Pedagang toko kelontong, Sahar melihat moda darat yang dikenal dengan nama oplet itu semakin tergerus zaman. Sejak menetap di sana pada 1968, ada ratusan bemo yang lalu lalang.
Dahulu trayek tak sebatas Pejompongan, bemo bisa melaju hingga ke Tanah Abang. Sekira 150 lebih bemo beroperasi melayani penumpang pada saat itu.
"Sekarang ya sudah kurang drastis," kata Sahar.
Di 1975 armada bemo tergerus hingga kurang dari 100 unit. Sedangkan kini, hanya ada 70 mobil yang dimiliki oleh sopir kawasan Benhil. Dari jumlah itu, tak lebih dari 30 bemo yang mengaspal dari Pasar Benhil menuju Pejompongan.
Kepulan asap hitam dari knalpot bemo kini tak sepekat dulu. Supir kendaraan roda tiga itu lebih banyak banting setir, terutama sejak ojek daring mulai memenuhi jalanan Ibu Kota.
Banyak Bemo Dilego
Alhasil, banyak bemo yang dilego kepada siapa saja yang berminat. Kabarnya, kendaraan dengan dominasi warna biru ini diburu pengumpul barang antik.
Tak heran, soalnya mobil roda tiga buatan Jepang ini tak lagi diproduksi. Bemo diproduksi terakhir kali pada 1970-an. Beberapa supir menyebut, bemo yang paling diburu adalah keluaran 1960-an.
Mesin dan bodi baja orisinal pabrikan jadi nilai tambah harga jual bemo. Bahkan, ada supir yang berhasil menjual bemo dengan harga Rp15 juta kepada kolektor. Angka yang tak kecil, mengingat mayoritas bemo tak memiliki surat alias bodong.
"Ya sekarang paling kisaran Rp8 juta sampai Rp10 juta lah. Ada yang jual Rp6 juta tapi ya bobrok," ujar Sahar yang pernah menjadi calo bemo.
Selain kolektor, tak sedikit warga yang jatuh hati dan membeli bemo. Buat mereka, bemo bisa disulap jadi mobil modifikasi yang digunakan keliling kompleks, membawa ibu-ibu dan anak-anak. Tak heran, mobil yang pernah sohor di Ibu Kota ini semakin jarang terlihat batang hidungnya di jalan raya.
medcom.id, Jakarta: Becak motor (Bemo) berwarna biru hilir mudik dari kawasan pasar Bendungan Hilir (Benhil) menuju Pejompongan. Kata warga, umurnya tak lagi lama.
Selain karena aturan pelarangan beroperasi sejak 6 Juni 2017, banyak yang merasa menjadi supir bemo sudah tak bonafit. "Enggak dilarang juga nantinya bakal kurang sendiri itu (Bemo)," kata salah satu tukang ojek, Syafri kepada Metrotvnews.com, Jumat 9 Juni 2017.
Pedagang toko kelontong, Sahar melihat moda darat yang dikenal dengan nama oplet itu semakin tergerus zaman. Sejak menetap di sana pada 1968, ada ratusan bemo yang lalu lalang.
Dahulu trayek tak sebatas Pejompongan, bemo bisa melaju hingga ke Tanah Abang. Sekira 150 lebih bemo beroperasi melayani penumpang pada saat itu.
"Sekarang ya sudah kurang drastis," kata Sahar.
Di 1975 armada bemo tergerus hingga kurang dari 100 unit. Sedangkan kini, hanya ada 70 mobil yang dimiliki oleh sopir kawasan Benhil. Dari jumlah itu, tak lebih dari 30 bemo yang mengaspal dari Pasar Benhil menuju Pejompongan.
Kepulan asap hitam dari knalpot bemo kini tak sepekat dulu. Supir kendaraan roda tiga itu lebih banyak banting setir, terutama sejak ojek daring mulai memenuhi jalanan Ibu Kota.
Banyak Bemo Dilego
Alhasil, banyak bemo yang dilego kepada siapa saja yang berminat. Kabarnya, kendaraan dengan dominasi warna biru ini diburu pengumpul barang antik.
Tak heran, soalnya mobil roda tiga buatan Jepang ini tak lagi diproduksi. Bemo diproduksi terakhir kali pada 1970-an. Beberapa supir menyebut, bemo yang paling diburu adalah keluaran 1960-an.
Mesin dan bodi baja orisinal pabrikan jadi nilai tambah harga jual bemo. Bahkan, ada supir yang berhasil menjual bemo dengan harga Rp15 juta kepada kolektor. Angka yang tak kecil, mengingat mayoritas bemo tak memiliki surat alias bodong.
"Ya sekarang paling kisaran Rp8 juta sampai Rp10 juta lah. Ada yang jual Rp6 juta tapi ya bobrok," ujar Sahar yang pernah menjadi calo bemo.
Selain kolektor, tak sedikit warga yang jatuh hati dan membeli bemo. Buat mereka, bemo bisa disulap jadi mobil modifikasi yang digunakan keliling kompleks, membawa ibu-ibu dan anak-anak. Tak heran, mobil yang pernah sohor di Ibu Kota ini semakin jarang terlihat batang hidungnya di jalan raya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DRI)