Koordinator Gerakan Para Pendongeng Untuk Kemanusiaan (Geppuk) Rian Hamzah. (MTVN/Ilham Wibowo)
Koordinator Gerakan Para Pendongeng Untuk Kemanusiaan (Geppuk) Rian Hamzah. (MTVN/Ilham Wibowo)

Melalui Dongeng Anak Diajarkan Solidaritas

Ilham wibowo • 24 September 2017 14:49
medcom.id, Jakarta: Anak-anak pada usia dini dinilai perlu diajarkan cara menyikapi solidaritas kemanusiaan dengan baik. Pasalnya, kebebasan informasi dan perkembangan teknologi disinyalir secara langsung mempengaruhi pola pikir anak. 
 
Koordinator Gerakan Para Pendongeng Untuk Kemanusiaan (Geppuk) Rian Hamzah mengatakan, dongeng menjadi cara untuk mengajarkan pemahaman yang baik seperti konflik di kawasan Rakhine, Myanmar. Menurut dia, kekerasan dan penyiksaan yang dialami etnis Rohingnya tak boleh secara langsung dicerna oleh anak. 
 
"Berikan motivasi, jangan sampai anak menjadi pendendam," kata Rian kepada Metrotvnews.com, di kawasan Car Free Day, Jakarta Pusat, Minggu 24 September 2017. 

Nalar anak dinilai belum cukup mampu untuk mencerna informasi seperti konflik. Cara pemahaman sederhana seperti dongeng, kata dia, bisa menangkal paparan kebebasan informasi dari media massa maupun media sosial yang kerap luput dari pantauan orang tua. 
 
"Tumbuhkan lewat pemahaman kemanusiaan, bisa melalui dongeng menggunakan boneka. Jangan tampilkan sisi seram, solidaritas tapi tetap harus bergembira," ucapnya. 
 
Anggota Forum Lintas Komunitas Pendongeng Indonesia (FLKPI) ini menambahkan, solidaritas yang dilakukan anak tetap bernilai meski dengan cara sekecil apapun misalnya cap telapak tangan. Aksi solidaritas anak-anak, kata dia, tak perlu dengan perbendaharaan kata yang tak bisa langsung dimengerti. 
 
"Kami dari FLKPI sudah melakukan road show dongeng di beberapa kota di Indonesia dan kami fokus mengedukasi anak-anak lewat dongeng," kata dia. 
 
Pagi tadi, sejuta cap telapak tangan anak-anak dari seluruh Indonesia dipamerkan Car Free Day (CFD) Jakarta. Aksi solidaritas kemanusiaan itu sebagai wujud kepedulian etnis Rohingya di Myanmar. 
 
Jutaan cap telapak tangan beragam warna tersebut didokumentasikan melalui lembaran kain putih. Rangkaian kain sepanjang 1000 itu kemudian dibentangkan di sepanjang Jalan MH Thamrin. 
 
Aksi solidaritas tersebut digelar FLKPI, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) dan Dompet Dhuafamulai 3 September 2017. Inisiator aksi Iman Surahman mengatakan, anak-anak di seluruh Indonesia sengaja diberi ruang untuk menumbuhkan rasa empati melalui cara yang sederhana. 
 
Edukasi anak menjadi poin penting dalam aksi ini. Pasalnya, kata imam, perkembangan informasi dan teknologi yang mudah diakses anak-anak tak boleh menjadi rujukan tunggal. 
 
"Kita ingin anak-anak teredukasi menyikapi yang terjadi di sana (Myanmar) dengan benar. Karena tidak dapat dipungkiri mereka  bisa melihat kejadian, kekerasan yang begitu mengerikan di media sosial yang mereka punya," ujar Imam. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan