medcom.id, Jakarta: Bisa dikatakan, rata-rata pengguna sepeda motor di Indonesia pernah melanggar lalu lintas. Entah menerobos lampu merah, menyerobot hak pejalan kaki atau melawan arus saat berkendara.
Pengamat Tata Kota Yayat Supriatnya mengatakan harus diakui bahwa persoalan jalan dan tekanan struktur bukanlah alasan utama para pengendara sepeda motor melanggar lalu lintas. Ada hal lain yang lebih kompleks yang mendasari mereka berbuat demikian.
"Ada persoalan kultur. Kita punya mental menerobos, memotong, mengambil jalan pintas dan lain-lain," ujar Yayat, dalam Newsline, Rabu 26 Juli 2016.
Menurut Yayat memberlakukan penilangan kepada para pengendara saja tidak cukup sebagai konsekuensi atas pelanggaran lalu lintas. Masyarakat dinilai perlu dibangunkan kesadarannya bahwa patuh dalam berlalu lintas tak hanya menguntungkan pengguna jalan lain namun juga menjaga faktor keselamatan diri sendiri.
"Harus ada upaya yang menyadarkan. Kita perlu gerakan pembinaan, pendampingan untuk membangun kesadaran diskursus. Selama ini yang kita bangun hanya kesadaran praktis saja," kata Yayat.
Yayat mengatakan ketika orang hanya membangun kesadaran praktis saja, yang terjadi adalah ada pengendara yang melanggar lalu lintas bukan diingatkan melainkan ikut-ikutan. Jika ada polisi yang bertugas akan diajak damai dan dengan mudah melanggar lalu lintas ketika tak ada yang mengawasi.
Pemikiran-pemikiran praktis inilah, kata Yayat, yang membuat persoalan hukum bisa dinegosiasikan.
Menurut dia, kepolisian perlu bertindak tegas dan mau melakukan penguatan dan pemberdayaan lalu lintas. Selama ini, kata Yayat, petugas di lapangan tidak bisa menyelesaikan semua masalah di jalanan, perlu ada stakeholder lain yang ambil bagian dan menghidupkan lagi forum lalu lintas untuk menjawab semua masalah yang dirasakan masyarakat.
"Ketika ada masalah di lapangan apa yang diberikan oleh forum lalu lintas? Jangan masing-masing ambil solusi (misalnya) Pak Ogah jadi polisi lalu lintas sebagi relawan. Kalau solusinya parsial apa gunanya forum itu? Forum bersama dalam forum lalu lintas harus memeberikan jawaban apa yang dihadapi masyarakat sekarang," jelasnya.
medcom.id, Jakarta: Bisa dikatakan, rata-rata pengguna sepeda motor di Indonesia pernah melanggar lalu lintas. Entah menerobos lampu merah, menyerobot hak pejalan kaki atau melawan arus saat berkendara.
Pengamat Tata Kota Yayat Supriatnya mengatakan harus diakui bahwa persoalan jalan dan tekanan struktur bukanlah alasan utama para pengendara sepeda motor melanggar lalu lintas. Ada hal lain yang lebih kompleks yang mendasari mereka berbuat demikian.
"Ada persoalan kultur. Kita punya mental menerobos, memotong, mengambil jalan pintas dan lain-lain," ujar Yayat, dalam
Newsline, Rabu 26 Juli 2016.
Menurut Yayat memberlakukan penilangan kepada para pengendara saja tidak cukup sebagai konsekuensi atas pelanggaran lalu lintas. Masyarakat dinilai perlu dibangunkan kesadarannya bahwa patuh dalam berlalu lintas tak hanya menguntungkan pengguna jalan lain namun juga menjaga faktor keselamatan diri sendiri.
"Harus ada upaya yang menyadarkan. Kita perlu gerakan pembinaan, pendampingan untuk membangun kesadaran diskursus. Selama ini yang kita bangun hanya kesadaran praktis saja," kata Yayat.
Yayat mengatakan ketika orang hanya membangun kesadaran praktis saja, yang terjadi adalah ada pengendara yang melanggar lalu lintas bukan diingatkan melainkan ikut-ikutan. Jika ada polisi yang bertugas akan diajak damai dan dengan mudah melanggar lalu lintas ketika tak ada yang mengawasi.
Pemikiran-pemikiran praktis inilah, kata Yayat, yang membuat persoalan hukum bisa dinegosiasikan.
Menurut dia, kepolisian perlu bertindak tegas dan mau melakukan penguatan dan pemberdayaan lalu lintas. Selama ini, kata Yayat, petugas di lapangan tidak bisa menyelesaikan semua masalah di jalanan, perlu ada stakeholder lain yang ambil bagian dan menghidupkan lagi forum lalu lintas untuk menjawab semua masalah yang dirasakan masyarakat.
"Ketika ada masalah di lapangan apa yang diberikan oleh forum lalu lintas? Jangan masing-masing ambil solusi (misalnya) Pak Ogah jadi polisi lalu lintas sebagi relawan. Kalau solusinya parsial apa gunanya forum itu? Forum bersama dalam forum lalu lintas harus memeberikan jawaban apa yang dihadapi masyarakat sekarang," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)