Jakarta: Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maria Klaudiana Djiling menyatakan wilayah Jabodetabek masih akan dilanda cuaca ekstrem hingga tiga hari ke depan. Penyebabnya, anomali suhu muka laut yang cukup tinggi di sejumlah wilayah perairan Indonesia.
"Selain itu, kita juga memantau postun Asia sudah mulai aktif," jelas Diana, sapaannya, saat dihubungi, Selasa, 8 November 2022.
Ia juga mengungkapkan adanya Angin Baratan juga mempengaruhi cuaca di Indonesia, terutama di bagian Utara dan Tengah. Selain itu, gangguan cuaca seperti pusaran angin yang berada di samudra Hindia di barat Sumatra dan perairan Utara Sumatra Barat juga penjalaran equator di seluruh wilayah Indonesia.
"Untuk Jabodetabek sendiri, cuaca ekstrem disebabkan karena terdapat pusaran angin di samudra Hindia barat Sumatra yang membentuk daerah konvergensi. Kemudian kelembaban udaranya memang tinggi," tutur dia.
Selain itu, ia menyebut labilitas atmosfer di wilayah Jabodetabek yang cukup tinggi mendukung pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Jabodetabek. Sejumlah wilayah yang masuk derah rawan bencana di Jabodetabek antara lain, Bogor, Bekasi, Depok, Tangerang, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat.
Diana menyarankan masyarakat selalu memantau informasi cuaca dari kanal resmi dan media sosial BMKG, serta terus mengedukasi diri atas kesiapsiagaan menghadapi bencana.
BMKG sendiri memastikan telah berkoordinasi dengan Pemda, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terkait pencegahan dan penanggulangan dampak cuaca ekstrem di Jabodetabek. (Fadhilla Syarafina)
Jakarta: Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maria Klaudiana Djiling menyatakan wilayah Jabodetabek masih akan dilanda
cuaca ekstrem hingga tiga hari ke depan. Penyebabnya, anomali suhu muka laut yang cukup tinggi di sejumlah wilayah perairan Indonesia.
"Selain itu, kita juga memantau postun Asia sudah mulai aktif," jelas Diana, sapaannya, saat dihubungi, Selasa, 8 November 2022.
Ia juga mengungkapkan adanya Angin Baratan juga mempengaruhi cuaca di Indonesia, terutama di bagian Utara dan Tengah. Selain itu, gangguan cuaca seperti pusaran angin yang berada di samudra Hindia di barat Sumatra dan perairan Utara Sumatra Barat juga penjalaran equator di seluruh wilayah Indonesia.
"Untuk Jabodetabek sendiri,
cuaca ekstrem disebabkan karena terdapat pusaran angin di samudra Hindia barat Sumatra yang membentuk daerah konvergensi. Kemudian kelembaban udaranya memang tinggi," tutur dia.
Selain itu, ia menyebut labilitas atmosfer di wilayah Jabodetabek yang cukup tinggi mendukung pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Jabodetabek. Sejumlah wilayah yang masuk derah rawan bencana di Jabodetabek antara lain, Bogor, Bekasi, Depok, Tangerang, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat.
Diana menyarankan masyarakat selalu memantau informasi cuaca dari kanal resmi dan media sosial BMKG, serta terus mengedukasi diri atas kesiapsiagaan menghadapi bencana.
BMKG sendiri memastikan telah berkoordinasi dengan Pemda, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terkait pencegahan dan penanggulangan dampak cuaca ekstrem di
Jabodetabek. (
Fadhilla Syarafina)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)