medcom.id, Jakarta: Warga mendukung rencana pemerintah memusnahkan praktik prostitusi di Kampung Baru, Kelurahan Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang. Namun, warga akan melawan bila pemerintah menggusur seluruh bangunan di wilayah itu.
Praktik prostitusi terjadi di rumah-rumah di Dadap. Namun, tidak semua warga di sana menjalankan bisnis terlarang tersebut.
"Kami sangat mendukung rencana Pemkab Tangerang yang akan menertibkan lokasi-lokasi prostitusi di sini," kata Misbah, 63, tokoh masyarakat Kampung Baru, Minggu (6/3/2016).
Misbah mengatakan, mayoritas warga Kampung Baru sebenarnya sejak lama menginginkan kampung mereka bebas prostitusi. Misbah mengaku dirinya tidak punya kepentingan dengan bisnis prostitusi.
Misbah, istri, dan tujuh anaknya tinggal di sebuah rumah sederhana ukuran 5 X 10 meter di RT 3 RW 03, Kampung Baru. Sehari-hari, Misbah menghidupi keluarganya dengan membuka warung kebutuhan pokok.
"Saya bukan Daeng Azis. Saya di sini tidak punya kepentingan atas lokasi prostitusi itu," tegas Misbah.
Daeng Aziz atau Abdul Aziz, tokoh masyarakat di Kalijodo, kawasan prostitusi di Penjaringan yang digusur beberapa waktu lalu. Aziz memiliki bisnis penjualan minuman keras dan prostitusi di Kalijodo.
Misbah melanjutkan, warga mendukung rencana pemerintah namun jangan merobohkan rumah warga yang tidak bisnis prostitusi. Menurutnya, pemerintah tidak perlu menggerakkan polisi atau tentara bila ingin merealisasikan rencana itu.
"Kami siap melakukannya (membantu pemerintah menggusur rumah bordil) asalkan mendapat dukungan dari Pemkab Tangerang," kata Misbah yang didampingi Hamdani, 75, sesepuh di kampung itu.
Relokasi
Misbah mengatakan Pemerintah Kabupaten Tangerang wajib menyediakan tempat relokasi layak bila akhirnya rumah mereka harus digusur. Pemerintah juga mesti mempertimbangkan pekerjaan mayoritas masyarakat di Dadap adalah nelayan.
"Kalau nelayan di mana pun mereka direlokasi asalkan dekat pantai. Bila tidak, mereka tidak akan bisa hidup," kata Misbah yang tinggal di daerah itu sejak lahir.
Misbah mengatakan, pekerja seks komersial marak di Kampung Baru sejak Bandara Soekarno-Hatta dibangun pada 1980. Mereka bukan warga asli Kampung Baru. "Kehadirannya (PSK) di sini selalu datang dan pergi," terang Misbah yang rumahnya berseberangan dengan Kafe Doli-Doli.
Jumlah warga di Kampung Baru mencapai 6.000 orang. Dari jumlah itu, Misbah memperkirakan, yang bekerja sebagai PSK hanya 100 orang yang tersebar di sekitar 40 kafe.
"Selama ini kami hidup berdampingan dengan para pemilik dan pelaku prostitusi itu. Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa karena khawatir berbenturan dengan hukum," kata Misbah.
Pantauan di lokasi, aktivitas berlangsung seperti hari-hari biasanya, seolah tidak ada rencana penggusuran.
Selepas azan isya, hanya lagu dangdut di kafe yang terdengar dari Kampung Baru.
Kelap-kelip lampu di kafe menghiasi malam di Kampung Baru. PSK berpakaian minim berjajar di sekitar kafe. (Media Indonesia)
medcom.id, Jakarta: Warga mendukung rencana pemerintah memusnahkan praktik prostitusi di Kampung Baru, Kelurahan Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang. Namun, warga akan melawan bila pemerintah menggusur seluruh bangunan di wilayah itu.
Praktik prostitusi terjadi di rumah-rumah di Dadap. Namun, tidak semua warga di sana menjalankan bisnis terlarang tersebut.
"Kami sangat mendukung rencana Pemkab Tangerang yang akan menertibkan lokasi-lokasi prostitusi di sini," kata Misbah, 63, tokoh masyarakat Kampung Baru, Minggu (6/3/2016).
Misbah mengatakan, mayoritas warga Kampung Baru sebenarnya sejak lama menginginkan kampung mereka bebas prostitusi. Misbah mengaku dirinya tidak punya kepentingan dengan bisnis prostitusi.
Misbah, istri, dan tujuh anaknya tinggal di sebuah rumah sederhana ukuran 5 X 10 meter di RT 3 RW 03, Kampung Baru. Sehari-hari, Misbah menghidupi keluarganya dengan membuka warung kebutuhan pokok.
"Saya bukan Daeng Azis. Saya di sini tidak punya kepentingan atas lokasi prostitusi itu," tegas Misbah.
Daeng Aziz atau Abdul Aziz, tokoh masyarakat di Kalijodo, kawasan prostitusi di Penjaringan yang digusur beberapa waktu lalu. Aziz memiliki bisnis penjualan minuman keras dan prostitusi di Kalijodo.
Misbah melanjutkan, warga mendukung rencana pemerintah namun jangan merobohkan rumah warga yang tidak bisnis prostitusi. Menurutnya, pemerintah tidak perlu menggerakkan polisi atau tentara bila ingin merealisasikan rencana itu.
"Kami siap melakukannya (membantu pemerintah menggusur rumah bordil) asalkan mendapat dukungan dari Pemkab Tangerang," kata Misbah yang didampingi Hamdani, 75, sesepuh di kampung itu.
Relokasi
Misbah mengatakan Pemerintah Kabupaten Tangerang wajib menyediakan tempat relokasi layak bila akhirnya rumah mereka harus digusur. Pemerintah juga mesti mempertimbangkan pekerjaan mayoritas masyarakat di Dadap adalah nelayan.
"Kalau nelayan di mana pun mereka direlokasi asalkan dekat pantai. Bila tidak, mereka tidak akan bisa hidup," kata Misbah yang tinggal di daerah itu sejak lahir.
Misbah mengatakan, pekerja seks komersial marak di Kampung Baru sejak Bandara Soekarno-Hatta dibangun pada 1980. Mereka bukan warga asli Kampung Baru. "Kehadirannya (PSK) di sini selalu datang dan pergi," terang Misbah yang rumahnya berseberangan dengan Kafe Doli-Doli.
Jumlah warga di Kampung Baru mencapai 6.000 orang. Dari jumlah itu, Misbah memperkirakan, yang bekerja sebagai PSK hanya 100 orang yang tersebar di sekitar 40 kafe.
"Selama ini kami hidup berdampingan dengan para pemilik dan pelaku prostitusi itu. Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa karena khawatir berbenturan dengan hukum," kata Misbah.
Pantauan di lokasi, aktivitas berlangsung seperti hari-hari biasanya, seolah tidak ada rencana penggusuran.
Selepas azan isya, hanya lagu dangdut di kafe yang terdengar dari Kampung Baru.
Kelap-kelip lampu di kafe menghiasi malam di Kampung Baru. PSK berpakaian minim berjajar di sekitar kafe. (
Media Indonesia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)