medcom.id, Jakarta: Rizki Fazar,12, harus membantu orang tuanya memulung. Sepulang sekolah, bocah ini buru-buru ikut ayahnya, Warso, mencari botol-botol plastik bekas dan berbagai macam sampah yang bisa dijual.
Rizki yang duduk di kelas enam SD Negeri 03 Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, nyaris putus sekolah karena tak ada biaya. Beruntung, Rizky mendapat bantuan biaya pendidikan dari Program Jakarta Pintar (KJP). Kini, orang tua Rizki tak lagi pusing memikirkan biaya keperluan sekolah Rizki.
"Saya dapat KJP dari kelas empat. Duitnya buat beli seragam, sepatu, buku, sama keperluan sekolah lain," kata Rizki kepada Metrotvnews.com, Rabu (23/11/2016).
Rizki tinggal di rumah bedeng di permukiman padat di kawasan Sukabumi Utara. Di lingkungan itu, anak-anak seusianya putus sekolah karena harus bekerja membantu orang tua memungut sampah. Tapi, Rizki tak terpengaruh lingkungan, dia tetap sekolah untuk meraih cita-citanya.
Rizki rutin mengumpulkan sisa bantuan KJP untuk ditabung. Kata dia, hasil tabungan untuk membeli sepeda. "Sudah lama ingin beli sepeda, tapi enggak tahu uanganya bisa buat beli sepeda apa enggak," ujar dia.
Terakadang Rizki mengaku lelah karena setiap hari harus mengikuti ayahnya bekerja. Sebab, malam hari, Rizki tak punya banyak waktu untuk belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Dia sudah lelah setelah bekerja seharian.
"Kalau saya capek, bapak minta saya istirahat, suruh fokus belajar," ujarnya.
Di mata tetangga, Rizki dikenal anak yang baik dan rajin. Meski tinggal di lingkungan yang banyak anak putus sekolah, Rizki tetap memiliki keinginan besar untuk sekolah.
"Rizki anaknya rajin, beda sama teman-temannya. Orang tua di sini masih memandang sekolah tidak penting. Tamat SD sudah tidak lanjut lagi," kata Lola, 33, warga sekitar.
Lola mengakui, program KJP membantu keluarga kurang mampu. Dia berharap, Pemprov DKI Jakarta bisa lebih menjangkau anak-anak yang putus sekolah. "Memang KJP bagus, tapi anak-anak di sini tetap tidak mau sekolah. Karena belum sadar pentingnya sekolah," kata Lola.
KJP merupakan program unggulan Pemprov DKI Jakarta. Target program ini untuk menyukseskan program wajib belajar 12 tahun, meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan target Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan dasar dan menengah.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Perencanaan dan Pengendalian Pendanaan Pendidikan Personal dan Operasional (P6O), Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Nahdiana mengatakan, jumlah peserta program Kartu Jakarta Pintar (KJP) mengalami peningkatan. Jumlah peningkatan peserta KJP sebesar 30,31 persen.
Nahdiana merinci, pendataan peserta KJP dari tahap pertama (Januari) hingga tahap kedua (Juli) periode 2016 mencapai 692.002 peserta. Sementara itu, jumlah peserta KJP pada tahun lalu sebanyak 531.007 peserta. Peserta KJP diharapkan terus meningkat.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/9K5W8w0b" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Rizki Fazar,12, harus membantu orang tuanya memulung. Sepulang sekolah, bocah ini buru-buru ikut ayahnya, Warso, mencari botol-botol plastik bekas dan berbagai macam sampah yang bisa dijual.
Rizki yang duduk di kelas enam SD Negeri 03 Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, nyaris putus sekolah karena tak ada biaya. Beruntung, Rizky mendapat bantuan biaya pendidikan dari Program Jakarta Pintar (KJP). Kini, orang tua Rizki tak lagi pusing memikirkan biaya keperluan sekolah Rizki.
"Saya dapat KJP dari kelas empat. Duitnya buat beli seragam, sepatu, buku, sama keperluan sekolah lain," kata Rizki kepada
Metrotvnews.com, Rabu (23/11/2016).
Rizki tinggal di rumah bedeng di permukiman padat di kawasan Sukabumi Utara. Di lingkungan itu, anak-anak seusianya putus sekolah karena harus bekerja membantu orang tua memungut sampah. Tapi, Rizki tak terpengaruh lingkungan, dia tetap sekolah untuk meraih cita-citanya.
Rizki rutin mengumpulkan sisa bantuan KJP untuk ditabung. Kata dia, hasil tabungan untuk membeli sepeda. "Sudah lama ingin beli sepeda, tapi enggak tahu uanganya bisa buat beli sepeda apa enggak," ujar dia.
Terakadang Rizki mengaku lelah karena setiap hari harus mengikuti ayahnya bekerja. Sebab, malam hari, Rizki tak punya banyak waktu untuk belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Dia sudah lelah setelah bekerja seharian.
"Kalau saya capek, bapak minta saya istirahat, suruh fokus belajar," ujarnya.
Di mata tetangga, Rizki dikenal anak yang baik dan rajin. Meski tinggal di lingkungan yang banyak anak putus sekolah, Rizki tetap memiliki keinginan besar untuk sekolah.
"Rizki anaknya rajin, beda sama teman-temannya. Orang tua di sini masih memandang sekolah tidak penting. Tamat SD sudah tidak lanjut lagi," kata Lola, 33, warga sekitar.
Lola mengakui, program KJP membantu keluarga kurang mampu. Dia berharap, Pemprov DKI Jakarta bisa lebih menjangkau anak-anak yang putus sekolah. "Memang KJP bagus, tapi anak-anak di sini tetap tidak mau sekolah. Karena belum sadar pentingnya sekolah," kata Lola.
KJP merupakan program unggulan Pemprov DKI Jakarta. Target program ini untuk menyukseskan program wajib belajar 12 tahun, meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan target Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan dasar dan menengah.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Perencanaan dan Pengendalian Pendanaan Pendidikan Personal dan Operasional (P6O), Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Nahdiana mengatakan, jumlah peserta program Kartu Jakarta Pintar (KJP) mengalami peningkatan. Jumlah peningkatan peserta KJP sebesar 30,31 persen.
Nahdiana merinci, pendataan peserta KJP dari tahap pertama (Januari) hingga tahap kedua (Juli) periode 2016 mencapai 692.002 peserta. Sementara itu, jumlah peserta KJP pada tahun lalu sebanyak 531.007 peserta. Peserta KJP diharapkan terus meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)