Jakarta: Gubernur DKI Jakarta Anies menyebut 49 persen penduduk tak memiliki tempat tinggal. Dia menyebut Ibu Kota menjadi eskalator harga hunian.
"Hari ini di Jakarta 49 persen penduduk tinggal di tempat yang bukan miliknya," kata Anies di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Rabu 13 Maret 2019.
Dia menyebut harga tanah bangunan selalu naik dan pemilik hunian merasakan dampaknya. Sedangkan, kata dia, masyarakat yang tidak memiliki hunian tidak terbawa dalam kenaikan harga ini.
Untuk itu, lanjutnya, kepemilikan hunian menjadi bahan pemikiran yang serius untuk menipiskan angka ketimpangan. Sebab, masyarakat memiliki akses kepada hunian yang harganya selalu mengalami kenaikan dan terbawa di dalam eskalator peningkatan aset.
"Untuk kita bisa sama-sama merasakan manfaat berada di kota ini. Lagi-lagi, itu hal yang sangat mendasar," imbuh Anies.
Baca: Pemprov DKI Luncurkan Jakarta Aman
Yang tidak kalah penting, lanjutnya, Ibu Kota memiliki banyak kampung. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menyebut sebagian kampung sudah menjadi kampung yang nyaman. Namun, sebagian lainnya belum menyandang status itu.
"Sebagian lainnya adalah kampung-kampung yang biasa diistilahkan Kupat Miskin. Kumuh, padat, miskin. Kita perlu melakukan terobosan," tuturnya.
Anies mengaku sudah memulainya dengan kegiatan Community Action Plan untuk penataan kampung-kampung itu. Dia berharap bisa mendapatkan masukan dari masyarakat mengenai penataan kampung ini. Sebab Indonesia, dan Jakarta khususnya, memiliki tradisi kampung.
Dia menyebut hal seperti ini membutuhkan pendekatan dan strategi yang harus dirumuskan bersama-sama. "Kampung di Jakarta harus menjadi kampung yang bersih dan nyaman. Yang harus dihilangkan kumuhnya, bukan kampungnya," pungkas Anies.
Jakarta: Gubernur DKI Jakarta Anies menyebut 49 persen penduduk tak memiliki tempat tinggal. Dia menyebut Ibu Kota menjadi eskalator harga hunian.
"Hari ini di Jakarta 49 persen penduduk tinggal di tempat yang bukan miliknya," kata Anies di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Rabu 13 Maret 2019.
Dia menyebut harga tanah bangunan selalu naik dan pemilik hunian merasakan dampaknya. Sedangkan, kata dia, masyarakat yang tidak memiliki hunian tidak terbawa dalam kenaikan harga ini.
Untuk itu, lanjutnya, kepemilikan hunian menjadi bahan pemikiran yang serius untuk menipiskan angka ketimpangan. Sebab, masyarakat memiliki akses kepada hunian yang harganya selalu mengalami kenaikan dan terbawa di dalam eskalator peningkatan aset.
"Untuk kita bisa sama-sama merasakan manfaat berada di kota ini. Lagi-lagi, itu hal yang sangat mendasar," imbuh Anies.
Baca: Pemprov DKI Luncurkan Jakarta Aman
Yang tidak kalah penting, lanjutnya, Ibu Kota memiliki banyak kampung. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menyebut sebagian kampung sudah menjadi kampung yang nyaman. Namun, sebagian lainnya belum menyandang status itu.
"Sebagian lainnya adalah kampung-kampung yang biasa diistilahkan Kupat Miskin. Kumuh, padat, miskin. Kita perlu melakukan terobosan," tuturnya.
Anies mengaku sudah memulainya dengan kegiatan Community Action Plan untuk penataan kampung-kampung itu. Dia berharap bisa mendapatkan masukan dari masyarakat mengenai penataan kampung ini. Sebab Indonesia, dan Jakarta khususnya, memiliki tradisi kampung.
Dia menyebut hal seperti ini membutuhkan pendekatan dan strategi yang harus dirumuskan bersama-sama. "Kampung di Jakarta harus menjadi kampung yang bersih dan nyaman. Yang harus dihilangkan kumuhnya, bukan kampungnya," pungkas Anies.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)