medcom.id, Jakarta: Sejak diresmikan pada September 2016, hingga kini Pasar Kebon Bawang masih sepi dari aktivitas jual beli. Pihak pengelola pasar, para pedagang, dan Lurah Kebon Bawang sepakat bahwa penyebabnya adalah para pembeli sudah terbiasa berbelanja ke pedagang-pedagang di pinggir Kali Swasembada.
"Informasi dari pedagang kita, para pelanggan memang cenderung ke para pedagang di pinggir kali, karena lebih dekat juga," ujar Kepala Pasar Kebon Bawang Henry Rehadiani kepada Metrotvnews.com, Rabu 8 Maret 2017.
Pantauan Metrotvnews.com, Rabu 8 Maret 2017 sekitar pukul 10.30 WIB, sudah tidak banyak aktivitas transaksi di pasar tersebut. Dari 30 los terbuka di dalam pasar, separuh lebih masih buka hingga siang. Sementara dari 82 los tertutup, mayoritasnya tidak melakukan aktifitas perdagangan.
Los yang masih buka yakni berjualan sayur-sayuran dan daging. Beberapa kios berjualan makanan, pakaian, kosmetik, obat, dan kayu-kayuan. Sebagian pembeli tampak datang ke warung makan.
Menurut beberapa pedagang, pasar ramai dari jam 5.30 hingga sekitar jam 8. Namun tetap tidak sebanyak 'pasar dadakan' yang berada di sepanjang Kali Swasembada.
"Kalau pembeli harian, 50-60 orang adalah. Bisa lebih," ujar Kastani, salah satu staf pengelola pasar.
(Masih banyak los di Pasar Kebon Bawang yang tutup. Foto: MTVN/Purba Wirastama)
Pasar Kebon Bawang merupakan pasar rakyat yang dikelola oleh PD Pasar Jaya sejak diresmikan pada September 2016. Pasar ini memiliki 112 tempat usaha (TU) yang terletak di dalam bangunan. 30 TU adalah los terbuka, sementara 82 merupakan kios tertutup di sekeliling los terbuka.
Pasar dibangun oleh Pemprov untuk menggantikan pasar lama di lokasi yang sama, sekaligus sebagai tempat baru bagi para pedagang yang berjualan di pinggir Kali Swasembada. Untuk pedagang relokasi, pengelola pasar sudah menandai 184 TU seluas 1,5 x 1,5 meter di halaman pasar.
Sebagian pedagang pinggir kali sudah sempat pindah ke lokasi baru pada Oktober 2016. Tak sampai seminggu, mereka mulai kembali ke lokasi semula. Alasannya, belum ada tenda dan malah sepi pembeli.
Pedagang di Pasar Kebon Bawang ikut kena imbas. Meskipun puas karena kondisi fisik pasar jauh lebih baik, jumlah pembeli tidak sesuai harapan. Bahkan sebagian masih menunggak iuran pasar sebesar Rp220 ribu per bulan.
"Gimana mau bayar, dagangan aja nggak ada yang beli. Toko saya tutup," keluh salah satu pedagang saat ditemui di lokasi.
Sebelum jadi bangunan pasar yang baru, pasar di lokasi tersebut memang sudah sepi sejak lama. Bangunan fisik baru belum mampu menghidupkan kembali aktivitas ekonomi di Pasar Kebon Bawang.
"Dulu banget pernah ramai, sampai ada pasar malam segala. Saya sering main. Tapi terus pindah ke sana (pinggir kali Swasembada)," cerita salah satu pedagang yang telah tinggal di Kebon Bawang sejak tahun 1970an.
Pihak pengelola pasar akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Lurah, aparat terkait, dan para pedagang bersangkutan untuk menarik kembali para pedagang pinggir kali ke Pasar Kebon Bawang.
"Harapan saya sih, kaki lima itu bisa ditarik ke pasar, bisa jualan," ujar Henry.
medcom.id, Jakarta: Sejak diresmikan pada September 2016, hingga kini Pasar Kebon Bawang masih sepi dari aktivitas jual beli. Pihak pengelola pasar, para pedagang, dan Lurah Kebon Bawang sepakat bahwa penyebabnya adalah para pembeli sudah terbiasa berbelanja ke pedagang-pedagang di pinggir Kali Swasembada.
"Informasi dari pedagang kita, para pelanggan memang cenderung ke para pedagang di pinggir kali, karena lebih dekat juga," ujar Kepala Pasar Kebon Bawang Henry Rehadiani kepada Metrotvnews.com, Rabu 8 Maret 2017.
Pantauan Metrotvnews.com, Rabu 8 Maret 2017 sekitar pukul 10.30 WIB, sudah tidak banyak aktivitas transaksi di pasar tersebut. Dari 30 los terbuka di dalam pasar, separuh lebih masih buka hingga siang. Sementara dari 82 los tertutup, mayoritasnya tidak melakukan aktifitas perdagangan.
Los yang masih buka yakni berjualan sayur-sayuran dan daging. Beberapa kios berjualan makanan, pakaian, kosmetik, obat, dan kayu-kayuan. Sebagian pembeli tampak datang ke warung makan.
Menurut beberapa pedagang, pasar ramai dari jam 5.30 hingga sekitar jam 8. Namun tetap tidak sebanyak 'pasar dadakan' yang berada di sepanjang Kali Swasembada.
"Kalau pembeli harian, 50-60 orang adalah. Bisa lebih," ujar Kastani, salah satu staf pengelola pasar.
(Masih banyak los di Pasar Kebon Bawang yang tutup. Foto: MTVN/Purba Wirastama)
Pasar Kebon Bawang merupakan pasar rakyat yang dikelola oleh PD Pasar Jaya sejak diresmikan pada September 2016. Pasar ini memiliki 112 tempat usaha (TU) yang terletak di dalam bangunan. 30 TU adalah los terbuka, sementara 82 merupakan kios tertutup di sekeliling los terbuka.
Pasar dibangun oleh Pemprov untuk menggantikan pasar lama di lokasi yang sama, sekaligus sebagai tempat baru bagi para pedagang yang berjualan di pinggir Kali Swasembada. Untuk pedagang relokasi, pengelola pasar sudah menandai 184 TU seluas 1,5 x 1,5 meter di halaman pasar.
Sebagian pedagang pinggir kali sudah sempat pindah ke lokasi baru pada Oktober 2016. Tak sampai seminggu, mereka mulai kembali ke lokasi semula. Alasannya, belum ada tenda dan malah sepi pembeli.
Pedagang di Pasar Kebon Bawang ikut kena imbas. Meskipun puas karena kondisi fisik pasar jauh lebih baik, jumlah pembeli tidak sesuai harapan. Bahkan sebagian masih menunggak iuran pasar sebesar Rp220 ribu per bulan.
"Gimana mau bayar, dagangan aja nggak ada yang beli. Toko saya tutup," keluh salah satu pedagang saat ditemui di lokasi.
Sebelum jadi bangunan pasar yang baru, pasar di lokasi tersebut memang sudah sepi sejak lama. Bangunan fisik baru belum mampu menghidupkan kembali aktivitas ekonomi di Pasar Kebon Bawang.
"Dulu banget pernah ramai, sampai ada pasar malam segala. Saya sering main. Tapi terus pindah ke sana (pinggir kali Swasembada)," cerita salah satu pedagang yang telah tinggal di Kebon Bawang sejak tahun 1970an.
Pihak pengelola pasar akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Lurah, aparat terkait, dan para pedagang bersangkutan untuk menarik kembali para pedagang pinggir kali ke Pasar Kebon Bawang.
"Harapan saya sih, kaki lima itu bisa ditarik ke pasar, bisa jualan," ujar Henry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)