medcom.id, Jakarta: Temuan kejanggalan pada proyek pengadaan Uninterruptible Power Supply (UPS) di Dinas dan Sub Dinas Pendidikan DKI Jakarta ternyata hanya sebagian kecil. Indonesia Corruption Watch (ICW) menemukan lebih banyak lagi anggaran yang bermasalah.
"Dari penelusuran ICW terkait realisasi program peningkatan sarana dan prasarana pendidikan DKI Jakarta tahun anggaran 2014 total jenis mata anggaran kegiatan yang bermasalah sebanyak 48 mata anggaran," kata Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran ICW Firdaus Ilyas di Kantor ICW, Jakarta Selatan, Senin (9/3/2015).
Mata anggaran bermasalah itu antara lain dalam pengadaan alat scanner dan printer 3D, pengadaan Colaboration Active Classroom (CAC), pengadaan Alat Digital Education Classroom dan pengadaan lainnya.
Firdaus mencontohkan dalam pengadaan alat scanner dan printer 3D misalnya, dianggarkan hingga Rp5,936 miliar. Padahal, kata Firdaus, anggaran bisa ditekan agar lebih murah.
"Pengadaan scanner 3D misalnya, dianggarkan 1 scanner berharga Rp1,2 miliar. Scanner apa itu? Harga scanner 3D itu kalau kita lihat paling hanya ratusan juta," pungkas dia.
Akibat banyaknya mata anggaran bermasalah ini kata dia terdapat alokasi anggaran sebesar Rp2,068 triliun dengan nilai realisasi hanya Rp1,194 triliun. "Dari realisasi kegiatan yang diduga bermasalah terdiri dari 454 paket kegiatan," pungkas dia.
medcom.id, Jakarta: Temuan kejanggalan pada proyek pengadaan Uninterruptible Power Supply (UPS) di Dinas dan Sub Dinas Pendidikan DKI Jakarta ternyata hanya sebagian kecil. Indonesia Corruption Watch (ICW) menemukan lebih banyak lagi anggaran yang bermasalah.
"Dari penelusuran ICW terkait realisasi program peningkatan sarana dan prasarana pendidikan DKI Jakarta tahun anggaran 2014 total jenis mata anggaran kegiatan yang bermasalah sebanyak 48 mata anggaran," kata Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran ICW Firdaus Ilyas di Kantor ICW, Jakarta Selatan, Senin (9/3/2015).
Mata anggaran bermasalah itu antara lain dalam pengadaan alat scanner dan printer 3D, pengadaan Colaboration Active Classroom (CAC), pengadaan Alat Digital Education Classroom dan pengadaan lainnya.
Firdaus mencontohkan dalam pengadaan alat scanner dan printer 3D misalnya, dianggarkan hingga Rp5,936 miliar. Padahal, kata Firdaus, anggaran bisa ditekan agar lebih murah.
"Pengadaan scanner 3D misalnya, dianggarkan 1 scanner berharga Rp1,2 miliar. Scanner apa itu? Harga scanner 3D itu kalau kita lihat paling hanya ratusan juta," pungkas dia.
Akibat banyaknya mata anggaran bermasalah ini kata dia terdapat alokasi anggaran sebesar Rp2,068 triliun dengan nilai realisasi hanya Rp1,194 triliun. "Dari realisasi kegiatan yang diduga bermasalah terdiri dari 454 paket kegiatan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KRI)