medcom.id, Jakarta: Banyaknya jumlah permintaan bagi para driver Go-Jek memberi cerita tersendiri bagi tukang ojek lokal. Salah satunya Andi, 40, mengaku kesepian karena rekannya yang sudah bergabung dengan Go-Jek lebih ramai pelanggan.
Di pangkalan ojeknya di sekitaran Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, seharusnya ada 15 orang tukang ojek yang mangkal. Namun kini, terdapat lima orang dari mereka yang beralih menjadi driver Go-jek.
"Jadi sepi, mereka ada panggilan terus. Saya enggak ada teman ngobrol. Biasanya ramai di sini," kata Andi, kepada Metrotvnews.com, Jumat (12/6/2015).
Dikatakan Andi, menjadi seorang driver Go-Jek harus selalu siap sedia. Karenanya, banyak driver Go-Jek yang sering tak ada di tempat pangkalannya.
"Mereka masih mangkal di sini kok. Cuma karena HP-nya bunyi melulu, jadi mau enggak mau harus diantar," tuturnya.
Andi juga menegaskan tak sepakat jika ada pemberitaan mengenai ojek lokal yang mengintimidasi driver Go-Jek. Menurutnya itu hanya dilakukan oleh sebagian besar yang pangkalannya kurang strategis.
"Saya biasa saja kok, pendapatan biasa saja juga. Mungkin yang marah-marah tempatnya sepi kali makanya ribut. Kalau kita di sini ada sekitar 60-an tukang ojek enggak masalah, toh yang pakai Go-Jek masih di sini," ucapnya.
Beberapa waktu yang lalu, ramai di media sosial salah satu pengguna jasa Go-Jek menceritakan pengalamannya memakai jasa seorang driver Go-Jek yang diancam oleh ojek lokal. Melihat hal itu, sontak menimbulkan banyak reaksi dari masyarakat. Beberapa dari mereka minta perusahaan Go-Jek untuk tetap mengawasi para drivernya.
medcom.id, Jakarta: Banyaknya jumlah permintaan bagi para
driver Go-Jek memberi cerita tersendiri bagi tukang ojek lokal. Salah satunya Andi, 40, mengaku kesepian karena rekannya yang sudah bergabung dengan Go-Jek lebih ramai pelanggan.
Di pangkalan ojeknya di sekitaran Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, seharusnya ada 15 orang tukang ojek yang mangkal. Namun kini, terdapat lima orang dari mereka yang beralih menjadi
driver Go-jek.
"Jadi sepi, mereka ada panggilan terus. Saya enggak ada teman
ngobrol. Biasanya ramai di sini," kata Andi, kepada
Metrotvnews.com, Jumat (12/6/2015).
Dikatakan Andi, menjadi seorang
driver Go-Jek harus selalu siap sedia. Karenanya, banyak
driver Go-Jek yang sering tak ada di tempat pangkalannya.
"Mereka masih mangkal di sini kok. Cuma karena HP-nya bunyi melulu, jadi mau enggak mau harus diantar," tuturnya.
Andi juga menegaskan tak sepakat jika ada pemberitaan mengenai ojek lokal yang mengintimidasi
driver Go-Jek. Menurutnya itu hanya dilakukan oleh sebagian besar yang pangkalannya kurang strategis.
"Saya biasa saja kok, pendapatan biasa saja juga. Mungkin yang marah-marah tempatnya sepi kali makanya ribut. Kalau kita di sini ada sekitar 60-an tukang ojek enggak masalah,
toh yang pakai Go-Jek masih di sini," ucapnya.
Beberapa waktu yang lalu, ramai di media sosial salah satu pengguna jasa Go-Jek menceritakan pengalamannya memakai jasa seorang driver Go-Jek yang diancam oleh ojek lokal. Melihat hal itu, sontak menimbulkan banyak reaksi dari masyarakat. Beberapa dari mereka minta perusahaan Go-Jek untuk tetap mengawasi para
drivernya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)