medcom.id Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai menerapkan sistem parkir elektronik di Jalan Boulevaard Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Namun banyak warga yang memilih membayar dengan uang tunai.
Petugas parkir di Jalan Boulevaard Raya, Ade mengatakan, masih banyak warga yang acuh tidak menggunakan mesin parkir meski saudah memiliki kartu. "Ada yang bandel juga tidak mau. Alasannya ribet, padahal cuma sebentar," keluh Ade, Kamis (30/4/2015).
Ade mengaku tidak mau ngotot jika ada warga yang membandel tidak mau menggunakan mesin parkir. Ia mengakali kenakalan warga dengan memasukkan kartunya sendiri ke mesin parkir.
"Misalnya dia bayar pakai uang tunai Rp 5 ribu, nanti saya gunakan saldo yang ada di kartu milik saya," kata Ade.
Ia mengungkapkan, sejak awal diberlakukan parkir elektronik, dia dan rekannya dibekali kartu e-money dengan nilai saldo tertentu. Kartu itu dipakai untuk antisipasi warga yang hendak parkir namun tidak memiliki kartu.
Tapi belakangan, kartu itu Ia pakai untuk warga yang sengaja membandel membayar menggunakan uang tunai. "Dalam sehari kira-kira ada 15 orang," ujarnya.
Perubahan sistem pembayaran parkir dengan menggunakan e-money sejalan dengan upaya Pemprov DKI menggencarkan transaksi non tunai. Selain itu, penerapan parkir elektronik untuk mencegah 'kebocoran' pendapatan parkir.
Untuk mendukung kebijakan itu, Pemprov DKI bekerjasama dengan enam bank yakni Bank DKI, BCA, BNI, BRI, Mandiri, dan Bank Mega. Mereka dilibatkan dalam pembayaran jasa parkir kendaraan secara elektronik melalui e-money atau kartu debit.
medcom.id Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai menerapkan sistem parkir elektronik di Jalan Boulevaard Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Namun banyak warga yang memilih membayar dengan uang tunai.
Petugas parkir di Jalan Boulevaard Raya, Ade mengatakan, masih banyak warga yang acuh tidak menggunakan mesin parkir meski saudah memiliki kartu. "Ada yang bandel juga tidak mau. Alasannya ribet, padahal cuma sebentar," keluh Ade, Kamis (30/4/2015).
Ade mengaku tidak mau ngotot jika ada warga yang membandel tidak mau menggunakan mesin parkir. Ia mengakali kenakalan warga dengan memasukkan kartunya sendiri ke mesin parkir.
"Misalnya dia bayar pakai uang tunai Rp 5 ribu, nanti saya gunakan saldo yang ada di kartu milik saya," kata Ade.
Ia mengungkapkan, sejak awal diberlakukan parkir elektronik, dia dan rekannya dibekali kartu e-money dengan nilai saldo tertentu. Kartu itu dipakai untuk antisipasi warga yang hendak parkir namun tidak memiliki kartu.
Tapi belakangan, kartu itu Ia pakai untuk warga yang sengaja membandel membayar menggunakan uang tunai. "Dalam sehari kira-kira ada 15 orang," ujarnya.
Perubahan sistem pembayaran parkir dengan menggunakan e-money sejalan dengan upaya Pemprov DKI menggencarkan transaksi non tunai. Selain itu, penerapan parkir elektronik untuk mencegah 'kebocoran' pendapatan parkir.
Untuk mendukung kebijakan itu, Pemprov DKI bekerjasama dengan enam bank yakni Bank DKI, BCA, BNI, BRI, Mandiri, dan Bank Mega. Mereka dilibatkan dalam pembayaran jasa parkir kendaraan secara elektronik melalui e-money atau kartu debit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)