Deasy Ratna Kusuma di ruang PAUD Melati Putih. Foto: Medcom.id/Muhammad Al Hasan.
Deasy Ratna Kusuma di ruang PAUD Melati Putih. Foto: Medcom.id/Muhammad Al Hasan.

Perjuangan Warga Mempertahankan PAUD di Rusun Bidaracina

Muhammad Al Hasan • 27 Juni 2018 18:26
Jakarta: Deasy Ratna Kusuma bersama sejumlah rekannya kini berupaya mempertahankan sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD) Melati Putih yang dibangun secara sosial di Rusun Bidaracina, Jakarta Timur. PAUD yang berisi anak warga berekonomi menengah ke bawah itu kini terancam `digusur`.
 
Deasy mengatakan, proses belajar mengajar mulai diganggu oleh pengurus RW rusun. Dia mengungkapkan, seminggu terakhir menjelang Idulfitri, Ketua RW 16 Rusun Bidaracina menyuruh PAUD hengkang dari ruangan yang selama ini dijadikan kelas.
 
"Kemarin saya dapat surat ultimatum dari RW untuk mengosongkan ruangan pada 30 Juni 2018," kata Deasy saat ditemui di Rusun Bidaracina, Jakarta Timur, Rabu, 27 Juni 2018.
 
Deasy heran dengan sikap RW yang menurutnya sangat janggal. Alasan RW dianggap tidak logis dan cenderung menyimpan maksud tertentu.
 
"Masa tiba-tiba kami diminta mengosongkan kelas dengan alasan untuk dijadikan kantor karang taruna," katanya.
 
Deasy mengatakan, dirinya rela mengeluarkan kocek pribadinya untuk proses belajar mengajar di PAUD. Sebab, dirinya prihatin dengan kondisi anak-anak di Rusun Bidaracina yang saat itu (2015) belum bisa menikmati pendidikan usia dini.
 
"PAUD itu kan kalau di luar mahal ya biayanya. Ini yang membuat saya tergerak menjalankan PAUD untuk memberikan pendidikan pada anak-anak tanpa membebani perekonomian orangtuanya," kata Deasy.
 
Baca: PAUD Prioritas Kemendikbud
 
Deasy mengatakan, dirinya bukan mempermasalahkan uang yang sudah dia keluarkan, tetapi nasib anak didiknya. Dia mengatakan, anak-anak tidak sepanjang hari menggunakan ruangan itu.
 
"Anak hanya pakai ruangan itu tidak sampai Zuhur," ujar Deasy.
 
Meski berjiwa sosial tinggi, Deasy tidak menerima bila pendidikan anak-anak terhenti tanpa alasan yang jelas. Dia menyayangkan sikap arogan pengurus RW yang tega mengorbankan anak didik.
"Ruang kelas bukan milik saya dan bukan milik RW itu. Ini milik Dinas Perumahan DKI. Kalau memang untuk kegiatan sosial, saya rela berbagi. Bisa atur waktu. Lagipula kegiatan karang taruna tidak setiap hari dan tidak sepanjang waktu," kata Deasy.
 
Terkait masalah sengketa ini, Deasy mengaku sudah mengadu ke dinas terkait. Disinya masih menunggu proses mediasi yang akan dilakukan dinas.


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan