medcom.id, Jakarta: Seiring ledakan bom, wacana pemindahan Terminal Kampung Melayu mengemuka. Alasan tingginya kriminalitas dan praktik pungli di sana juga kembali mencuat.
Wacana ini rupanya terdengar ke beberapa sopir di terminal yang menghubungkan Jakarta hingga Bekasi ini. Para sopir tak sepakat. Mereka menyatakan terminal ini lokasinya strategis.
"Mau dipindah ke mana lagi? Dari sini ke Jakarta Pusat atau ke Jakarta Selatan sudah dekat," kata Pondan, sopir mikrolet trayek Kampung Melayu-Pasar Minggu kepada Metrotvnews.com di Terminal Kampung Melayu, Rabu 31 Mei 2017.
Pondan justru menyarankan Pemerintah DKI Jakarta meremajakan terminal. "Kayak di Blok M, mobil masuk lajur, ambil penumpang, langsung keluar. Enggak perlu lama-lama ngetem," kata Pondan.
Pondan, 48 tahun, sopir mikrolet P18 Kp. Melayu-Pondok Gede. Foto: Metrotvnews.com/Whisnu
Ruli, sopir mikrolet P26 jurusan Kampung Melayu-Pasar Minggu juga keberatan jika Terminal Kampung Melayu dipindahkan atau dihapus. Menurutnya, angkutan kota bukanlah satu-satunya penyebab kemacetan di sana.
"Jangan kami lagi yang jadi korban. Macet kan karena banyak angkutan online dan kendaraan pribadi," keluh Ruli.
Pengamat Transportasi Azaz Tigor Nainggolan mengatakan keberadaan Terminal Kampung Melayu sudah tak dibutuhkan lagi. Letaknya yang berada di persimpangan jalan menjadi simpul kemacetan. Keberadaan terminal tak lebih menjadi lahan kriminalitas dan pungli.
"Terminal cuma buat tempat tidur para sopir angkutan mikrolet. Sudah tidak lagi dibutuhkan," kata Tigor.
medcom.id, Jakarta: Seiring ledakan bom, wacana pemindahan Terminal Kampung Melayu mengemuka. Alasan tingginya kriminalitas dan praktik pungli di sana juga kembali mencuat.
Wacana ini rupanya terdengar ke beberapa sopir di terminal yang menghubungkan Jakarta hingga Bekasi ini. Para sopir tak sepakat. Mereka menyatakan terminal ini lokasinya strategis.
"Mau dipindah ke mana lagi? Dari sini ke Jakarta Pusat atau ke Jakarta Selatan sudah dekat," kata Pondan, sopir mikrolet trayek Kampung Melayu-Pasar Minggu kepada
Metrotvnews.com di Terminal Kampung Melayu, Rabu 31 Mei 2017.
Pondan justru menyarankan Pemerintah DKI Jakarta meremajakan terminal. "Kayak di Blok M, mobil masuk lajur, ambil penumpang, langsung keluar. Enggak perlu lama-lama ngetem," kata Pondan.
Pondan, 48 tahun, sopir mikrolet P18 Kp. Melayu-Pondok Gede. Foto: Metrotvnews.com/Whisnu
Ruli, sopir mikrolet P26 jurusan Kampung Melayu-Pasar Minggu juga keberatan jika Terminal Kampung Melayu dipindahkan atau dihapus. Menurutnya, angkutan kota bukanlah satu-satunya penyebab kemacetan di sana.
"Jangan kami lagi yang jadi korban. Macet kan karena banyak angkutan online dan kendaraan pribadi," keluh Ruli.
Pengamat Transportasi Azaz Tigor Nainggolan mengatakan keberadaan Terminal Kampung Melayu sudah tak dibutuhkan lagi. Letaknya yang berada di persimpangan jalan menjadi simpul kemacetan. Keberadaan terminal tak lebih menjadi lahan kriminalitas dan pungli.
"Terminal cuma buat tempat tidur para sopir angkutan mikrolet. Sudah tidak lagi dibutuhkan," kata Tigor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)