medcom.id, Jakarta: Gerakan Para Pendongeng untuk Kemanusiaan (GePPuK) mengajak anak-anak yang berkunjung di car free day (CFD) memahami bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain. Kampanye ini dilaksanakan agar anak bisa menghindari kemungkinan kejahatan seksual terhadap diri mereka.
Sebanyak 25 pendongeng dari seluruh Indonesia berkumpul sambil berdongeng. Menggunakan boneka lucu dan suara khas, pendongeng mulai mengajarkan pada anak-anak bagian tubuh yang tidak boleh disentuh.
"Mana yang tidak boleh dipegang?," tanya salah satu kakak pendongeng di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (5/6/2016).
"Mulut, dada, perut sampai lutut, dan bokong," ujar pendongeng yang kembali ditirukan anak-anak yang mengikuti kegiatan ini.
GePPuk menyampaikan pesa melalui gambar-gambar yang mudah dicerna/MTVN/Renatha Swasty
Melalui cerita sederhana, anak-anak diajak menjauhi orang jahat yang memanfaatkan situasi untuk menyentuh. Supaya anak makin paham, dua anak diajak maju ke depan dan mempraktikkan yang sudah diajarkan.
Hasilnya, anak-anak paham dan menolak untuk disentuh. "Tidaaaaakkk," kata anak-anak ketika satu orang pendongeng berperan sebagai penjahat yang ingin menyentuh bagian terlarang.
Pendongeng berkampanye melalui cerita sederhana sambil menunjukkan mana bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain
Wulan,28, salah satu orang tua yang mengajak anaknya menyaksikan dongeng menyambut baik program besutan GePPuk. Meski buah hatinya sudah sering diajarkan soal kejahatan seksual di rumah, tapi bagi Wulan, anaknya akan semakin paham melalui dongeng.
"Bagus. Jadi anak cepat paham dengan cara dongeng, bisa ikut serta juga," ujar Wulan.
Sekretarsi GePPuK, Kak Danang menyebut, dongeng sengaja dipakai lantaran lebih efektif. Anak akan lebih cepat menangkap apa yang diajarkan melalui pemilihan kosakata yang sederhana.
"Hampir setiap orang suka cerita dengan cerita mereka tanpa sadar, mereka berhayal, mereka berimajinasi, senang, fun tapi manfaat juga ada. Kalau mereka senang mereka akan simpan. Dengan dongeng soal kekerasan seksual ini juga anak akan tahu apa yang boleh disentuh apa yang enggak boleh," ucap Danang.
medcom.id, Jakarta: Gerakan Para Pendongeng untuk Kemanusiaan (GePPuK) mengajak anak-anak yang berkunjung di
car free day (CFD) memahami bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain. Kampanye ini dilaksanakan agar anak bisa menghindari kemungkinan kejahatan seksual terhadap diri mereka.
Sebanyak 25 pendongeng dari seluruh Indonesia berkumpul sambil berdongeng. Menggunakan boneka lucu dan suara khas, pendongeng mulai mengajarkan pada anak-anak bagian tubuh yang tidak boleh disentuh.
"Mana yang tidak boleh dipegang?," tanya salah satu kakak pendongeng di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (5/6/2016).
"Mulut, dada, perut sampai lutut, dan bokong," ujar pendongeng yang kembali ditirukan anak-anak yang mengikuti kegiatan ini.
GePPuk menyampaikan pesa melalui gambar-gambar yang mudah dicerna/MTVN/Renatha Swasty
Melalui cerita sederhana, anak-anak diajak menjauhi orang jahat yang memanfaatkan situasi untuk menyentuh. Supaya anak makin paham, dua anak diajak maju ke depan dan mempraktikkan yang sudah diajarkan.
Hasilnya, anak-anak paham dan menolak untuk disentuh. "Tidaaaaakkk," kata anak-anak ketika satu orang pendongeng berperan sebagai penjahat yang ingin menyentuh bagian terlarang.
Pendongeng berkampanye melalui cerita sederhana sambil menunjukkan mana bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain
Wulan,28, salah satu orang tua yang mengajak anaknya menyaksikan dongeng menyambut baik program besutan GePPuk. Meski buah hatinya sudah sering diajarkan soal kejahatan seksual di rumah, tapi bagi Wulan, anaknya akan semakin paham melalui dongeng.
"Bagus. Jadi anak cepat paham dengan cara dongeng, bisa ikut serta juga," ujar Wulan.
Sekretarsi GePPuK, Kak Danang menyebut, dongeng sengaja dipakai lantaran lebih efektif. Anak akan lebih cepat menangkap apa yang diajarkan melalui pemilihan kosakata yang sederhana.
"Hampir setiap orang suka cerita dengan cerita mereka tanpa sadar, mereka berhayal, mereka berimajinasi, senang, fun tapi manfaat juga ada. Kalau mereka senang mereka akan simpan. Dengan dongeng soal kekerasan seksual ini juga anak akan tahu apa yang boleh disentuh apa yang enggak boleh," ucap Danang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OJE)