Salah satu kantong parkir di kawasan Gelora Bung Karno. MTVN/Ilham Wibowo.
Salah satu kantong parkir di kawasan Gelora Bung Karno. MTVN/Ilham Wibowo.

Preman GBK Ikut-ikutan Kutip Ongkos Parkir

Ilham wibowo • 19 Februari 2016 22:49
medcom.id, Jakarta: Pengunjung Gelanggang Olahraga Bung Karno (GBK) risih sekaligus takut menghadapi juru parkir (jukir) liar di sana. Mereka suka seenak-enaknya menarik ongkos parkir, bahkan tak jarang nilainya setara dengan biaya resmi yang tarifnya juga sudah mahal.
 
Dini, 20, misalnya. Dia tak rela harus membayar biaya parkir dua kali ketika masuk ke GBK: resmi dan tak resmi. Tapi, Dini tak bisa berbuat apa-apa.
 
Tarif parkir resmi di GBK, berkarcis. Nilainya, Rp5.000 per karcis. Celakanya, ongkos parkir tak resmi juga sebesar itu.

"Saya bayar saja daripada jadi masalah," kata Dini kepada Metrotvnews.com, Jumat (19/2/2016).
 
Kantong parkir di GBK tersebar di sejumlah titik. Setiap gelanggang punya lahan parkir. Tapi, tak semua gelanggang selalu ramai pengunjung, kecuali saat ada pertandingan.
 
Pantauan Metrotvnews.com, siang tadi, tempat parkir yang ramai kendaraan hanya arena jogging trek lapangan latihan sepak bola, tepatnya di sebelah Gedung Jakarta Convention Center (JCC). Kendaraan, baik roda dua maupun empat, yang parkir mencapai belasan unit.
 
Salah seorang Jukir tak resmi Yuliman, 47, mengatakan lapaknya tak pernah sepi. Sebab, JCC sering disewa untuk menggelar sebuah event. Bila tak hujan, pengunjung yang hendak jogging dan sepakbola pasti memarkirkan kendaraan di lapaknya.
 
Pria yang telah 12 tahun menjadi jukir ini mengaku bertanggung jawab menjaga dan merapikan kendaraan sepeda motor pengunjung JCC. Tarif pun telah ditentukan, walau Yuliman mengaku tak akan memaksa yang tidak ingin membayar.
 
"Kita kan di sini jagain kendaraan. Bahkan sampe malem. Biasa diminta Rp5 ribu motor dan mobil, ada juga yang menolak tak mau bayar, ya seikhlasnya saja. Kita tidak memaksa," tuturnya.
 
Yuli tidak bekerja sendiri. Lapak tersebut dijaga 10 orang, bergantian siang dan malam. Hasil jasa parkir pun hanya dibagikan sesama anggota kelompok.
 
"Kita bagi hasil aaja. Teman saya juga di sini ada yang mantan atlet. Ya, untuk penyambung hidup," tutur dia.
 
Penghasilan yang didapat sebagai jukir tak menentu. Keuntungan, kata dia, sesuai dengan keramaian yang ada di Gelora Bung Karno.
 
"Kalau lagi rame, tempat penuh bisa sampai 500 motor, tapi tidak setiap hari. Rata-rata kalau sepi paling hanya 100 motor dari pengunjung yang latihan," ucapnya.
 
Metrotvnews.com mencoba mengonfirmasi keberadaan jukir tersebut ke Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK GBK). Namun, semua unit perangkat kerja belum mau memberikan penjelasan.
 
"Segala konfirmasi harus seizin direktur utama. Saya harus membuat jadwal terlebih dahulu untuk bertemu dengan beliau," tutur salah satu Karyawan PPK GBK yang enggan disebutkan namanya.
 
Belakangan, GBK jadi sorotan. Bukan lantaran ada penambahan fasilitas atau ada keunikan, tapi karena naiknya tarif parkir di kawasan GBK. Tak hanya itu, tarif bahkan diberlakukan buat pengunjung yang sekadar melintas.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DRI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan