medcom.id, Jakarta: Masyarakat mendukung Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang melarang Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus Transjakarta (APTB) masuk Ibu Kota. Sebab, masyarakat keberatan dikenakan tarif berlipat saat menggunakan angkutan masal lintas kota penyangga Jakarta tersebut.
Salah satu pengguna APTB Nurmulia Rekso mengaku keberatan harus membayar tarif berlipat setiap menggunakan angkutan itu. Karyawan swasta yang setiap hari pulang pergi Jakarta-Depok ini harus mengeluarkan uang lebih saat turun dari TransJakarta dan menyambung menggunakan APTB.
"Selain mengeluarkan uang lebih, sopir APTB seenaknya naik dan turunkan penumpang. Kadang dari jalur TransJakarta langsung ambil jalur umum untuk menaikkan penumpang dari pintu sebelah kirinya," kata Rexo kepada Metrotvnews.com, Minggu (6/3/2016).
Menurut dia, prilaku sopir itu membuat penumpang tidak nyaman. "Padahal kami ingin naik kendaraan yang aman dan nyaman. Kalau tidak disiplin seperti ini, apa bedanya dengan Metromini yang main seruduk," ujarnya.
Kondisi serupa diakui Fikri Halim. Karyawan swasta yang berkantor di Pulogadung, Jakarta Timur ini terpaksa menggunakan APTB untuk menuju kantornya.
"Setiap berangkat kerja sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman, MH Thamrin, Gatot Subroto hingga Blok M jarang TransJakarta yang lewat, malah lebih banyak APTB. Di situ saya sering gunakan APTB untuk ke kantor," kata pria berusia 25 tahun tersebut.
Meski terpaksa, Fikri mengaku terbantu dengan adanya APTB. Sayangnya, pengenaan tarif berlipat dan tidak disiplinnya sopir membuat Fikri kembali menggunakan sepeda motor.
"Saya sekarang pakai motor ke kantor. Dulu sering naik APTB, tapi kalau tiap hari bayar Rp3.500 ditambah Rp6 ribu boros juga. Kalau naik motor Rp15 ribu bisa buat pulang pergi ke kantor," ujarnya.
Pengguna APTB lainnya, Nurmala, justru kecewa dengan penghapusan itu. Menurut dia, jika tidak ada APTB yang beroperasi, dirinya kesulitan ke tempat kerja yang ada di Ciledug, Tangerang Selatan.
"Biasa naik APTB dari Cibubur ke Blok M dulu, lalu nyambung pakai Kopaja ke Ciledug. Kalau APTB ditiadakan susah juga saya, kecuali ada alternatif lain," ujar Mala.
Sebelumnya, Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta memastikan pada Sabtu (5/3/2016) kemarin bus APTB tak boleh masuk dalam kota. Bus-bus tersebut hanya diperbolehkan mengantar penumpang sampai halte terluar.
Dishubtrans DKI Jakarta sendiri telah menyiapkan 31 bus yang akan dioperasikan di tiap rute APTB untuk menambah kekuatan mengangkut penumpang. Selain itu, ada 50 bus Transjabodetabek yang segera dioperasikan untuk menggantikan APTB.
"Tapi pengoperasiannya secara bertahap. Bagi penumpang yang turun di halte TransJakarta tidak perlu membayar lagi," kata Kepala Dishubtrans DKI Jakarta Andri Yansyah.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id