medcom.id, Jakarta: Puluhan pesilat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa melakukan aksi di saat hari bebas kendaraan atau car free day di Jalan Sudirman Jakarta, Minggu 8 Oktober 2017. Bukan hanya unjuk keahlian bela diri, para pesilat dari perguruan Beksi Seset Petir Mandor ini mengampanyekan bahaya susu kental manis (SKM) bagi anak-anak khususnya balita.
Aksi dimulai sekitar pukul 07.00 di depan FX Mall. Aksi mereka mendapat perhatian dari sejumlah warga yang melintasinya.
Baca: Tak Berlabel Halal, 37 Ribu Kaleng Susu Disita
Puluhan anak-anak menunjukkan keahlian jurus pencak silat secara beregu, dilanjutkan dengan permainan jurus oleh pesilat dewasa. Dibelakang aksi, terpajang spanduk bertuliskan Stop Informasi Menyesatkan Tentang Susu #SKMBUKANSUSU dengan logo Dewan Kesehatan Rakyat (DKR).
Bersamaan dengan aksi para pesilat itu, dua ondel-ondel yang menjadi bagan dari pertunjukkan ini, membagikan selebaran kampanye bahaya SKM terutama bagi anak-anak.
Disebutkan bahwa ada informasi menyesatkan tentang susu, karena kandungan gula hingga 70 persen pada SKM menjadi ancaman obesitas pada anak dan membuat diabetes. Lewat pengeras suara, para pesilat anak-anak ikut meneriakkan bersama-sama tagar #SKMBUKANSUSU.
“Kandungan gula yang sangat tinggi pada SKM tidak baik buat bayi dan balita. SKM bukan susu ada efek negatif jika terus dikonsumsi karena memiliki kandungan tinggi gula,” kata Juru Bicara DKR, Shinta Rosita, Minggu 8 Oktober 2017.
Baca: Susu Segar Lebih Sehat daripada Susu Kental Manis
Dalam aksi ini juga dilakukan demo memanaskan SKM bersamaan dengan susu murni untuk menunjukkan kadar gula dalam SKM dan sifat susu murni jika dipanaskan.
Saat sekaleng SKM yang dicampur air dipanaskan dengan kompor, terlihat warnanya berubah menjadi coklat dan ada sebagian yang mengeras karena kandungan gulanya yang tinggi. Sementara susu murni meski dipanaskan tetap berwarna putih.
“Karena kandungan gulanya tinggi, SKM tidak bisa disebut susu. Anak-anak balita juga jangan terlalu banyak minum SKM karena bisa mengalami obesitas dan diabetes,” kata Shinta.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/aNr6dy2N" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Puluhan pesilat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa melakukan aksi di saat hari bebas kendaraan atau car free day di Jalan Sudirman Jakarta, Minggu 8 Oktober 2017. Bukan hanya unjuk keahlian bela diri, para pesilat dari perguruan Beksi Seset Petir Mandor ini mengampanyekan bahaya susu kental manis (SKM) bagi anak-anak khususnya balita.
Aksi dimulai sekitar pukul 07.00 di depan FX Mall. Aksi mereka mendapat perhatian dari sejumlah warga yang melintasinya.
Baca:
Tak Berlabel Halal, 37 Ribu Kaleng Susu Disita
Puluhan anak-anak menunjukkan keahlian jurus pencak silat secara beregu, dilanjutkan dengan permainan jurus oleh pesilat dewasa. Dibelakang aksi, terpajang spanduk bertuliskan Stop Informasi Menyesatkan Tentang Susu #SKMBUKANSUSU dengan logo Dewan Kesehatan Rakyat (DKR).
Bersamaan dengan aksi para pesilat itu, dua ondel-ondel yang menjadi bagan dari pertunjukkan ini, membagikan selebaran kampanye bahaya SKM terutama bagi anak-anak.
Disebutkan bahwa ada informasi menyesatkan tentang susu, karena kandungan gula hingga 70 persen pada SKM menjadi ancaman obesitas pada anak dan membuat diabetes. Lewat pengeras suara, para pesilat anak-anak ikut meneriakkan bersama-sama tagar #SKMBUKANSUSU.
“Kandungan gula yang sangat tinggi pada SKM tidak baik buat bayi dan balita. SKM bukan susu ada efek negatif jika terus dikonsumsi karena memiliki kandungan tinggi gula,” kata Juru Bicara DKR, Shinta Rosita, Minggu 8 Oktober 2017.
Baca:
Susu Segar Lebih Sehat daripada Susu Kental Manis
Dalam aksi ini juga dilakukan demo memanaskan SKM bersamaan dengan susu murni untuk menunjukkan kadar gula dalam SKM dan sifat susu murni jika dipanaskan.
Saat sekaleng SKM yang dicampur air dipanaskan dengan kompor, terlihat warnanya berubah menjadi coklat dan ada sebagian yang mengeras karena kandungan gulanya yang tinggi. Sementara susu murni meski dipanaskan tetap berwarna putih.
“Karena kandungan gulanya tinggi, SKM tidak bisa disebut susu. Anak-anak balita juga jangan terlalu banyak minum SKM karena bisa mengalami obesitas dan diabetes,” kata Shinta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)