medcom.id, Jakarta: Direktur Pusat Kajian Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah menilai, program Kartu Jakarta Pintar sudah berhasil menyasar keluarga kurang mampu. Kendati demikian, pelaksanaan program KJP masih ada kekurangan.
"Secara keseluruhan sudah (efektif), sebagai sebuah prestasi kebijakan sudah cukup bagus.Tapi memang di dalamnya masih banyak kekurangan," kata Trubus kepada Metrotvnews.com, Rabu (23/11/2016).
Trubus mengaku sudah membuat studi penelitian mengukur efektivitas program KJP. Penelitiannya juga menguji persepsi masyarakat penerima KJP. Dalam hasil penelitianya, peserta KJP berasumsi dana bantuan bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari di luar kebutuhan pendidikan.
Padahal, kata Trubus, program KJP dibuat hanya untuk membantu pembiayaan keperluan pendidikan anak-anak dari kalangan keluarga kurang mampu. Karena itu, dia tak heran banyak kasus penyalagunaan dana KJP.
"Persepsi masyarakat selalu mau ambil tunai, seolah-olah itu barang gratis. Masyarakat maunya instan," tutur dia.
Trubus menambahkan, persepsi tersebut muncul karena beberapa faktor. Seperti, sosialisasi petugas KJP yang belum efektif dan faktor budaya.
Trubus mengungkapkan, mayoritas peserta KJP berasal dari kalangan masyarakat berpendidikan rendah. Karena itu, butuh upaya ekstra dalam melakukan sosialisasi.
"Ada juga hubungannya dengan kultur masyarakat. Apalagi masyarakat bawah maunya tangannya menengadah terus," pungkas Trubus.
Kartu Jakarta Pintar merupakan program unggulan Pemprov DKI Jakarta. Target program ini untuk menyukseskan program wajib belajar 12 tahun, meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan target Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan dasar dan menengah
Pada 2105, Gubernur DKI Jakarta Basuki `Ahok` Tjahaja Purnama memutuskan mengubah sistem nepnarikan Kartu Jakarta Pintar (KJP) dari sitem tunai menjadi non tunai. KJP hanya untuk transaksi nontunai di toko-toko penyedia mesin Electronic Data Capture (EDC). Upaya itu untuk mengantisipasi penyalahgunaan dana KJP.
medcom.id, Jakarta: Direktur Pusat Kajian Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah menilai, program Kartu Jakarta Pintar sudah berhasil menyasar keluarga kurang mampu. Kendati demikian, pelaksanaan program KJP masih ada kekurangan.
"Secara keseluruhan sudah (efektif), sebagai sebuah prestasi kebijakan sudah cukup bagus.Tapi memang di dalamnya masih banyak kekurangan," kata Trubus kepada Metrotvnews.com, Rabu (23/11/2016).
Trubus mengaku sudah membuat studi penelitian mengukur efektivitas program KJP. Penelitiannya juga menguji persepsi masyarakat penerima KJP. Dalam hasil penelitianya, peserta KJP berasumsi dana bantuan bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari di luar kebutuhan pendidikan.
Padahal, kata Trubus, program KJP dibuat hanya untuk membantu pembiayaan keperluan pendidikan anak-anak dari kalangan keluarga kurang mampu. Karena itu, dia tak heran banyak kasus penyalagunaan dana KJP.
"Persepsi masyarakat selalu mau ambil tunai, seolah-olah itu barang gratis. Masyarakat maunya instan," tutur dia.
Trubus menambahkan, persepsi tersebut muncul karena beberapa faktor. Seperti, sosialisasi petugas KJP yang belum efektif dan faktor budaya.
Trubus mengungkapkan, mayoritas peserta KJP berasal dari kalangan masyarakat berpendidikan rendah. Karena itu, butuh upaya ekstra dalam melakukan sosialisasi.
"Ada juga hubungannya dengan kultur masyarakat. Apalagi masyarakat bawah maunya tangannya menengadah terus," pungkas Trubus.
Kartu Jakarta Pintar merupakan program unggulan Pemprov DKI Jakarta. Target program ini untuk menyukseskan program wajib belajar 12 tahun, meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan target Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan dasar dan menengah
Pada 2105, Gubernur DKI Jakarta Basuki `Ahok` Tjahaja Purnama memutuskan mengubah sistem nepnarikan Kartu Jakarta Pintar (KJP) dari sitem tunai menjadi non tunai. KJP hanya untuk transaksi nontunai di toko-toko penyedia mesin Electronic Data Capture (EDC). Upaya itu untuk mengantisipasi penyalahgunaan dana KJP.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DRI)