medcom.id, Jakarta: Warga Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, kembali membangun Musala Al Ikhlas yang digusur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Musala yang kini bernama Al Jihad itu berdiri permanen di atas lahan bekas gusuran.
Musala yang berdiri sejak 1990 itu sebelumnya sudah rata dengan tanah bersama rumah warga. Namun, warga yang menolak digusur bahu membahu membangun kembali tempat ibadah itu.
Dari pantauan di lokasi, beberapa warga yang didominasi bapak-bapak tolong menolong membangun tembok musala menggunakan batako dan atap terbuat dari asbes.
"Musala ini satu-satunya rumah ibadah di sini. Kami bangun lagi karena kemarin dirobohkan. Kami akan bertahan di sini sampai kampung dibangun kembali. Warga enggak akan pergi sampai dibangun kembali," kata koordinator warga, Opi, di kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (11/5/2016).
Dana yang digunakan untuk membangun musala berasal dari donatur warga. Menurut Opi, ada saja orang baik yang menyumbangkan bahan bangunan atau dana. "Hamba Allah yang menyumbang. Tidak perlu disebut, nanti dianggap riya (pamer)," kata Opi.
Aktifitas warga di Kampung Akuarium. Foto: MI/ Atet.
Meski belum selesai dibangun, warga sudah memakai musala berkapasitas 100 orang itu untuk melaksanakan ibadah salat lima waktu. Nama musala diganti Al Jihad agar memberi semangat warga yang sedang berjuang di jalan Allah.
"Biarkan yang kemarin namanya Al Ikhlas, kita ikhlaskan. Sekarang kita berjuang membangun tempat ibadah. Kita perjuangkan apa yang bisa diperjuangkan," kata salah seorang warga yang enggan disebut namanya.
Senin 11 April, Kampung Akuarium dan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, digusur. Sebanyak 4.218 polisi dikerahkan menjaga penggusuran. Polisi juga menyiapkan empat unit ambulans dan 20 personel dari Bid Dokkes Polda Metro Jaya.
Rencananya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal menyulap Kampung Akuarium menjadi tanggul untuk menghalangi rob. Tanggul akan dibangun di kawasan Muara Baru, termasuk Pasar Ikan, setinggi 3,5 meter di atas permukaan laut. Proyek ini memakan lahan seluas 12 hektare.
medcom.id, Jakarta: Warga Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, kembali membangun Musala Al Ikhlas yang digusur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Musala yang kini bernama Al Jihad itu berdiri permanen di atas lahan bekas gusuran.
Musala yang berdiri sejak 1990 itu sebelumnya sudah rata dengan tanah bersama rumah warga. Namun, warga yang menolak digusur bahu membahu membangun kembali tempat ibadah itu.
Dari pantauan di lokasi, beberapa warga yang didominasi bapak-bapak tolong menolong membangun tembok musala menggunakan batako dan atap terbuat dari asbes.
"Musala ini satu-satunya rumah ibadah di sini. Kami bangun lagi karena kemarin dirobohkan. Kami akan bertahan di sini sampai kampung dibangun kembali. Warga enggak akan pergi sampai dibangun kembali," kata koordinator warga, Opi, di kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (11/5/2016).
Dana yang digunakan untuk membangun musala berasal dari donatur warga. Menurut Opi, ada saja orang baik yang menyumbangkan bahan bangunan atau dana. "Hamba Allah yang menyumbang. Tidak perlu disebut, nanti dianggap riya (pamer)," kata Opi.
Aktifitas warga di Kampung Akuarium. Foto: MI/ Atet.
Meski belum selesai dibangun, warga sudah memakai musala berkapasitas 100 orang itu untuk melaksanakan ibadah salat lima waktu. Nama musala diganti Al Jihad agar memberi semangat warga yang sedang berjuang di jalan Allah.
"Biarkan yang kemarin namanya Al Ikhlas, kita ikhlaskan. Sekarang kita berjuang membangun tempat ibadah. Kita perjuangkan apa yang bisa diperjuangkan," kata salah seorang warga yang enggan disebut namanya.
Senin 11 April, Kampung Akuarium dan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, digusur. Sebanyak 4.218 polisi dikerahkan menjaga penggusuran. Polisi juga menyiapkan empat unit ambulans dan 20 personel dari Bid Dokkes Polda Metro Jaya.
Rencananya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal menyulap Kampung Akuarium menjadi tanggul untuk menghalangi rob. Tanggul akan dibangun di kawasan Muara Baru, termasuk Pasar Ikan, setinggi 3,5 meter di atas permukaan laut. Proyek ini memakan lahan seluas 12 hektare.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)