medcom.id, Jakarta: Pemerintah dan polisi secara tidak sengaja dinilai telah menyalah fungsikan trotoar di Ibu Kota. Selain banyak pot besar berdiri di trotoar, polisi kerap mambangun tenda di atas lahan hak pejalan kaki itu.
"75 persen pot besar-besar di tengah trotoar. Memang benar dari segi estetika. Tapi, kalau sampai harus memakan trotoar itu enggak nyaman. Ini semacam ada salah fungsi," kata Ketua Koalisi Pejalan Kaki Ahmad Safrudin kepada Metrotvnews.com di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (14/8/2015).
Salah fungsi yang lain, sambung Safrudin, adalah taman vertikal di daerah Tugu Tani. Menurut dia, taman vertikal tidak efisien dan perawatannya cenderung mengeluarkan biaya lebih mahal.
"Trotoar kecil di Tugu Tani ada tanaman vertikal itu kecil-kecil tinggi. Kalau dirawat susah. Saat kering meranggas tanamannya dan terlihat gersang enggak hijau, mestinya pemilihan tanamannya lebih baik lagi," ujarnya.
Tak hanya itu sejumlah pot, kata Safrudin, seharusnya diberi tanda bagi tunantera yang lewat. Namun, disalahgunakan sebagai ornamen mempercantik pot bunga.
"Di Bundaran HI kalau mau diperhatikan, pot itu sebagai penunjuk arah bagi tunantera. Tapi dijadikan ornamen, ini sudah salah fungsi," ungkapnya.
Menurut Syafrudin, bukan hanya masyarakat yang tak peduli, di beberapa titik keberadaan pos polisi juga menjadi buah simalakama bagi masyarakat.
"Sering lihat tenda pos polisi yang dibuat di atas trotoar. Memakan sebagian badan trotoar. Ini sangat menggangu bagi pejalan kaki sebenarnya," tegas dia.
Safrudin meminta pemerintah daerah lebih berhati-hati dalam melakukan tata letak kota. Menurut dia, asas fungsi harus lebih ditekankan. "Pemda selalu lari ke cantik. Trotoar enggak perlu cantik, tapi fungsional, nilai sasarnya tetap harus ada sehingga pengguna juga nyaman," katanya.
medcom.id, Jakarta: Pemerintah dan polisi secara tidak sengaja dinilai telah menyalah fungsikan trotoar di Ibu Kota. Selain banyak pot besar berdiri di trotoar, polisi kerap mambangun tenda di atas lahan hak pejalan kaki itu.
"75 persen pot besar-besar di tengah trotoar. Memang benar dari segi estetika. Tapi, kalau sampai harus memakan trotoar itu enggak nyaman. Ini semacam ada salah fungsi," kata Ketua Koalisi Pejalan Kaki Ahmad Safrudin kepada Metrotvnews.com di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (14/8/2015).
Salah fungsi yang lain, sambung Safrudin, adalah taman vertikal di daerah Tugu Tani. Menurut dia, taman vertikal tidak efisien dan perawatannya cenderung mengeluarkan biaya lebih mahal.
"Trotoar kecil di Tugu Tani ada tanaman vertikal itu kecil-kecil tinggi. Kalau dirawat susah. Saat kering meranggas tanamannya dan terlihat gersang enggak hijau, mestinya pemilihan tanamannya lebih baik lagi," ujarnya.
Tak hanya itu sejumlah pot, kata Safrudin, seharusnya diberi tanda bagi tunantera yang lewat. Namun, disalahgunakan sebagai ornamen mempercantik pot bunga.
"Di Bundaran HI kalau mau diperhatikan, pot itu sebagai penunjuk arah bagi tunantera. Tapi dijadikan ornamen, ini sudah salah fungsi," ungkapnya.
Menurut Syafrudin, bukan hanya masyarakat yang tak peduli, di beberapa titik keberadaan pos polisi juga menjadi buah simalakama bagi masyarakat.
"Sering lihat tenda pos polisi yang dibuat di atas trotoar. Memakan sebagian badan trotoar. Ini sangat menggangu bagi pejalan kaki sebenarnya," tegas dia.
Safrudin meminta pemerintah daerah lebih berhati-hati dalam melakukan tata letak kota. Menurut dia, asas fungsi harus lebih ditekankan. "Pemda selalu lari ke cantik. Trotoar enggak perlu cantik, tapi fungsional, nilai sasarnya tetap harus ada sehingga pengguna juga nyaman," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)