medcom.id, Jakarta: Kota Jakarta bisa dikatakan sulit jika dipisahkan dengan ondel-ondel. Adapun ondel-ondel merupakan pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat.
Ondel-ondel adalah sebuah boneka besar yang tingginya mencapai sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm. Ondel-ondel dibuat dari anyaman bambu.
Bagian wajah berupa topeng. Sementara rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan dengan warna putih.
Dihimpun berbagai sumber, ondel-ondel dahulu berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus. Namun fungsinya kemudian bergeser. Betapapun derasnya arus moderenisasi, ondel-ondel masih bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta.
Pertunjukan ondel-ondel juga diiringi musik. Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak tentu. Ada yang diiringi tanjidor. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi. Adapula yang diirig Bende, “Remes”, Ningnong dan Rebana ketimpring.
Ondel-ondel Turun ke Jalan
Di beberapa wilayah di Jakarta, tak jarang kita melihat sekelompok remaja yang mengamen menggunakan ondel-ondel. Bermodalkan tape serta pengeres suara, ondel-ondel diarak keliling kampung.
Baca: Ondel-Ondel Mengamen akan Dirazia
Mereka kemudian meminta uang dari hasil suguhan atraksinya. Pengamen yang membawa ondel-ondel terus menjamur di Ibu Kota Jakarta.
Miris, itu pesan yang sampaikan Mpok Ida, 48, pemilik sanggar kesenian Betawi di Kebagusan, Jakarta Selatan. "Saya harap Pemda DKI Jakarta lebih memperhatikan kebudayaan Betawi terutama ondel-ondel," ujarnya.
Baca: Seniman Betawi: Ondel-ondel Bisa Mati Suri
Hal senada juga disampaikan Ali, salah seorang pembuat ondel-ondel. Dia berharap adanya pembinaan dan bantuan modal usaha.
"Yang penting Pemda jangan melupakan budaya asli Betawi. Sebab bisa-bisa suri ini", ungkap laki-laki yang mempunyai aksen khas Betawi itu.
Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum maka pengamen ondel-ondel tidak diizinkan beroperasi di wilayah DKI Jakarta. Bahkan, Djarot Saiful Hidayat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, meminta pengamen ondel-ondel ditangkap.
"Itu (pengamen ondel-ondel) harus ditangkap. Tidak boleh dia seenaknya menggunakan atribut budaya untuk mengamen," kata Djarot, Kamis 21 Mei 2015.
Djarot mengaku mencintai budaya-budaya Jakarta. Dia tak rela jika ondel-ondel digunakan untuk mengamen.
Jika tak diselamatkan, bukan tidak mungkin ondel-ondel hanya ada dalam sejarah. Sebab hampir tak ada proses regenerasi dan pembinaan yang serius.
medcom.id, Jakarta: Kota Jakarta bisa dikatakan sulit jika dipisahkan dengan ondel-ondel. Adapun ondel-ondel merupakan pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat.
Ondel-ondel adalah sebuah boneka besar yang tingginya mencapai sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm. Ondel-ondel dibuat dari anyaman bambu.
Bagian wajah berupa topeng. Sementara rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan dengan warna putih.
Dihimpun berbagai sumber, ondel-ondel dahulu berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus. Namun fungsinya kemudian bergeser. Betapapun derasnya arus moderenisasi, ondel-ondel masih bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta.
Pertunjukan ondel-ondel juga diiringi musik. Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak tentu. Ada yang diiringi tanjidor. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi. Adapula yang diirig Bende, “Remes”, Ningnong dan Rebana ketimpring.
Ondel-ondel Turun ke Jalan
Di beberapa wilayah di Jakarta, tak jarang kita melihat sekelompok remaja yang mengamen menggunakan ondel-ondel. Bermodalkan tape serta pengeres suara, ondel-ondel diarak keliling kampung.
Baca: Ondel-Ondel Mengamen akan Dirazia
Mereka kemudian meminta uang dari hasil suguhan atraksinya. Pengamen yang membawa ondel-ondel terus menjamur di Ibu Kota Jakarta.
Miris, itu pesan yang sampaikan Mpok Ida, 48, pemilik sanggar kesenian Betawi di Kebagusan, Jakarta Selatan. "Saya harap Pemda DKI Jakarta lebih memperhatikan kebudayaan Betawi terutama ondel-ondel," ujarnya.
Baca: Seniman Betawi: Ondel-ondel Bisa Mati Suri
Hal senada juga disampaikan Ali, salah seorang pembuat ondel-ondel. Dia berharap adanya pembinaan dan bantuan modal usaha.
"Yang penting Pemda jangan melupakan budaya asli Betawi. Sebab bisa-bisa suri ini", ungkap laki-laki yang mempunyai aksen khas Betawi itu.
Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum maka pengamen ondel-ondel tidak diizinkan beroperasi di wilayah DKI Jakarta. Bahkan, Djarot Saiful Hidayat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, meminta pengamen ondel-ondel ditangkap.
"Itu (pengamen ondel-ondel) harus ditangkap. Tidak boleh dia seenaknya menggunakan atribut budaya untuk mengamen," kata Djarot, Kamis 21 Mei 2015.
Djarot mengaku mencintai budaya-budaya Jakarta. Dia tak rela jika ondel-ondel digunakan untuk mengamen.
Jika tak diselamatkan, bukan tidak mungkin ondel-ondel hanya ada dalam sejarah. Sebab hampir tak ada proses regenerasi dan pembinaan yang serius.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)