medcom.id, Jakarta: Sekitar 3.200 makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan akan diuruk. Rencana pengurukan akan dilakukan pada pertengahan bulan depan.
Pengurukan, untuk mengurangi dampak banjir dari luapan air Sungai Pesanggrahan, saat musim penghujan.
"Kalau kita tidak uruk maka masalah banjir akan terus terjadi. Air sulit terbuang dari makam," terang Kepala Bidang Pemakaman Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta Siti Hasni saat memberikan sosialisasi rencana pengurukan lahan makam di TPU Tanah Kusir, Rabu 26 April 2017.
Pengurukan dilakukan di sisi Utara TPU Tanah Kusir. Tepatnya di area yang berbatasan dengan aliran Sungai Pesanggrahan. Penambahan material tanah di titik tersebut mencakup lahan seluas 4,3 hektare, dengan ketinggian urukan 1,5 meter.
Saat ini, ketinggian lahan makam lebih rendah dari turap Sungai Pesanggrahan. Kondisi lahan yang berbentuk cekungan memicu area makam tergenang dengan waktu cukup lama.
Proses pengurukan akan mulai dilakukan pada pertengahan Mei 2017. Hasni akan meyakinkan, keluarga ahli waris makam tidak khawatir kehilangan makam keluarganya. Pasalnya, Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta bersama pihak terkait sudah melakukan inventarisir satu persatu makam di 14 Blad unit Kristen dan dua Blad unit Budha.
Untuk mengantisipasi adanya makam yang hilang pasca pengurukan, terlebih dahulu sudah dilakukan perekaman data fisik di lapangan.
Langkah selanjutnya dilakukan pematokan pada tiap makam. Seluruh tahap yang dilakukan untuk menyocokan dengan petak makam setelah pengurukan.
"Perpanjangan izin makam kan dilakukan tiap tiga tahun sekali, jadi datanya sebenarnya sudah ada di kita dan aman," paparnya.
Baca: Ratusan Makam di TPU Tanah Kusir Terendam Banjir
Sebelum dilakukan pengurukan, pencabutan nisan akan dilakukan di tiap makam. Setelah pengurukan selesai, baru pemasangan kembali nisan dilakukan di tiap makam yang sementara waktu baru dibentuk berupa gundukan.
Tahap penanaman rumput baru akan dilakukan sambil penganggaran pembangunan tahap dua rampung.
"Nantinya makam akan dibuat seragam. Jadi tidak ada bangunan makam. Pengurukan akan memakan waktu sekitar satu bulan," ujar Hasni.
Kendati diberikan jaminan amannya makam, keresahan masih dirasakan sejumlah ahli waris. Salah satunya Robin, 38, warga Kebayoran Utara, Jakarta Selatan. Kepada petugas mengutarakan, di Blad 102 unit Kristen TPU Tanah Kusir, ada empat jasad keluarganya yang dimakamkan.
Baca: Raup Untung dari Merawat Makam di Tanah Kusir
Kekhawatirannya setelah belakangan diketahui proses pengurukan dilakukan tanpa ada pengangkatan jenazah terlebih dahulu.
"Di dalam ada makam kedua orang tua dan anak kembar saya. Kedua anak kembar saya masuk data orang tua. Saya sudah mendaftar ke pengelola (makam). Tapi waktu dicek online ternyata enggak ada. Takutnya makam anak saya nanti hilang," keluhnya.
Kekhawtiran lainnya juga dirasakan Mirda, 52, warga Gandaria, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Ia menyayangkan khawatir terjadi kerusakan pada fisik makam suaminya akibat proses pengurukan.
"Nanti bagaimana makam-makamnya, nisan dan Al Kitab pasti rusak, apakah ada pengganti untuk itu semua?. Dan setelah diuruk berarti bukan berarti enggak banjir lagi dong?," ucap Mirda ke petugas.
medcom.id, Jakarta: Sekitar 3.200 makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan akan diuruk. Rencana pengurukan akan dilakukan pada pertengahan bulan depan.
Pengurukan, untuk mengurangi dampak banjir dari luapan air Sungai Pesanggrahan, saat musim penghujan.
"Kalau kita tidak uruk maka masalah banjir akan terus terjadi. Air sulit terbuang dari makam," terang Kepala Bidang Pemakaman Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta Siti Hasni saat memberikan sosialisasi rencana pengurukan lahan makam di TPU Tanah Kusir, Rabu 26 April 2017.
Pengurukan dilakukan di sisi Utara TPU Tanah Kusir. Tepatnya di area yang berbatasan dengan aliran Sungai Pesanggrahan. Penambahan material tanah di titik tersebut mencakup lahan seluas 4,3 hektare, dengan ketinggian urukan 1,5 meter.
Saat ini, ketinggian lahan makam lebih rendah dari turap Sungai Pesanggrahan. Kondisi lahan yang berbentuk cekungan memicu area makam tergenang dengan waktu cukup lama.
Proses pengurukan akan mulai dilakukan pada pertengahan Mei 2017. Hasni akan meyakinkan, keluarga ahli waris makam tidak khawatir kehilangan makam keluarganya. Pasalnya, Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta bersama pihak terkait sudah melakukan inventarisir satu persatu makam di 14 Blad unit Kristen dan dua Blad unit Budha.
Untuk mengantisipasi adanya makam yang hilang pasca pengurukan, terlebih dahulu sudah dilakukan perekaman data fisik di lapangan.
Langkah selanjutnya dilakukan pematokan pada tiap makam. Seluruh tahap yang dilakukan untuk menyocokan dengan petak makam setelah pengurukan.
"Perpanjangan izin makam kan dilakukan tiap tiga tahun sekali, jadi datanya sebenarnya sudah ada di kita dan aman," paparnya.
Baca: Ratusan Makam di TPU Tanah Kusir Terendam Banjir
Sebelum dilakukan pengurukan, pencabutan nisan akan dilakukan di tiap makam. Setelah pengurukan selesai, baru pemasangan kembali nisan dilakukan di tiap makam yang sementara waktu baru dibentuk berupa gundukan.
Tahap penanaman rumput baru akan dilakukan sambil penganggaran pembangunan tahap dua rampung.
"Nantinya makam akan dibuat seragam. Jadi tidak ada bangunan makam. Pengurukan akan memakan waktu sekitar satu bulan," ujar Hasni.
Kendati diberikan jaminan amannya makam, keresahan masih dirasakan sejumlah ahli waris. Salah satunya Robin, 38, warga Kebayoran Utara, Jakarta Selatan. Kepada petugas mengutarakan, di Blad 102 unit Kristen TPU Tanah Kusir, ada empat jasad keluarganya yang dimakamkan.
Baca: Raup Untung dari Merawat Makam di Tanah Kusir
Kekhawatirannya setelah belakangan diketahui proses pengurukan dilakukan tanpa ada pengangkatan jenazah terlebih dahulu.
"Di dalam ada makam kedua orang tua dan anak kembar saya. Kedua anak kembar saya masuk data orang tua. Saya sudah mendaftar ke pengelola (makam). Tapi waktu dicek online ternyata enggak ada. Takutnya makam anak saya nanti hilang," keluhnya.
Kekhawtiran lainnya juga dirasakan Mirda, 52, warga Gandaria, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Ia menyayangkan khawatir terjadi kerusakan pada fisik makam suaminya akibat proses pengurukan.
"Nanti bagaimana makam-makamnya, nisan dan Al Kitab pasti rusak, apakah ada pengganti untuk itu semua?. Dan setelah diuruk berarti bukan berarti enggak banjir lagi dong?," ucap Mirda ke petugas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)