Megawati dan Prabowo saat kampanye di Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa 30 Juni 2009. Foto: MI/Gino F Hadi
Megawati dan Prabowo saat kampanye di Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa 30 Juni 2009. Foto: MI/Gino F Hadi

Gerindra Lupakan Pengkhianatan Perjanjian 'Batu Tulis'

Wanda Indana, Tri Kurniawan • 03 Juni 2016 19:49
medcom.id, Jakarta: Partai Gerindra sudah melupakan kekecewaan kepada PDI Perjuangan pada Pilpres 2014. Kini, kedua partai kembali merajut hubungan seperti pernah terjalin pada Pilpres 2009 dan Pilkada DKI 2012.
 
Koalisi PDI Perjuangan dan Gerindra pada Pilpres 2009 mendorong calon presiden Megawati Soekarnoputri dan calon wakil presiden Prabowo Subianto. Ada perjanjian 'Batu Tulis' di balik saling dukung kedua partai itu.
 
Salah satu poin dalam perjanjian 'Batu Tulis' adalah Megawati mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pilpres 2014. Pilpres 2009 selesai, Megawati-Prabowo kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.

Gerindra Lupakan Pengkhianatan Perjanjian Batu Tulis
Foto: MI/Adam Dwi
 
PDI Perjuangan-Gerindra tetap rukun meski kalah. Hubungan baik kedua belah pihak berlanjut ke Pilkada 2012, mengusung Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur.
 
Kekuatan mesin politik PDI Perjuangan dan Gerindra mengalahkan calon inkumben Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli yang didukung koalisi gemuk Partai Demokrat, PAN, PKB, dan PBB.
 
Peta politik Pilpres 2014 berubah total. PDI Perjuangan dan Gerindra berseteru. Penyebabnya, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden.
 
Gerindra membangun koalisi baru bersama Golkar, PPP, PKS, PAN, mendukung calon presiden Prabowo Subianto. Kader Gerindra menyesalkan keputusan Megawati tidak mendukung Prabowo seperti perjanjian 'Batu Tulis'.
 
Gerindra Lupakan Pengkhianatan Perjanjian Batu Tulis
Joko Widodo dan Basuki saat dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta. Antara Foto/Ismar Patrizki
 
Entah ada hubungannya atau tidak dengan kekecewaan Gerindra terhadap PDI Perjuangan, saat itu Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon sempat menebar puisi di BlackBerry Massanger berjudul Air Mata Buaya.
 
Orasi Prabowo di Jember, Jawa Timur, 24 Maret 2014, sarat sindiran. "Akan tiba saatnya rakyat memiliki kekuasaan penuh untuk memilih pemimpinnya, yakni pada saat pemilu nanti. Oleh karena itu, saya ingatkan agar jangan sampai salah dalam memilih. Utamanya jangan pernah memilih calon pemimpin yang suka berbohong."
 
"Kalau Anda manusia dan di pihak saya, Anda kecewa enggak?" ujar Prabowo saat ditanya perasaannya terhadap Megawati di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu 16 Maret 2014.
 
Setelah hampir dua tahun berlalu, PDI Perjuangan dan Gerindra kembali memupuk kebersamaan. Gerindra pelan-pelan melupakan pengkhianatan perjanjian 'Batu Tulis'.
 
"Saya rasa politik sudah cair. Apa yang terjadi di 2014, kami sudah move on. Kami punya sejarah pada 2012 menjalin kebersamaan, itu yang kami kedepankan," kata Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Sandiaga Uno kepada Metrotvnews.com, Jumat (3/6/2016).
 
Maksud Sandi, kedua partai sangat mungkin berkoalisi pada Pilkada DKI 2017. Ia melihat tanda-tanda ke arah sana semakin kuat. "Terlihat ada banyak titik persamaan," ujar Sandi.
 
Tanda-tanda tersebut antara lain ada pembicaraan cukup intens antara pengurus kedua partai di tingkat daerah dan pusat serta kader yang disiapkan menjadi calon pemimpin Jakarta. Lalu, Sandi yang juga bakal calon gubernur dari Gerindra ikut penjaringan di PDI Perjuangan.
 
Dari proses-proses tersebut, Sandi melihat pembicaraan kedua partai sudah semakin serius ke arah koalisi. Namun, menurut dia, pertemuan elite kedua partai belum sampai mensimulasikan pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur.
 
Bagaimana rekonsiliasi Megawati dan Prabowo? Sandi yakin itu terjadi. Sandi mengaku tidak mengetahui apakah Megawati dan Prabowo sudah bertemu atau belum.
 
Tetapi, kata Sandi, tim dari masing-masing partai sudah membawa pesan rencana koalisi baik ke Megawati maupun Prabowo.
 
"Menurut saya, begitu sudah ada kesamaan titik pandang, sudah jelas ada peluang mengubah Jakarta, tinggal menunggu waktu saja di level tertinggi pasti akan ada rekonsiliasi."
 
Selain dengan PDI Perjuangan, Gerindra juga mungkin koalisi dengan PKS, PAN, dan PKB. Menurut dia, paling penting dari sebuah koalisi bukan sekadar menang kalah dalam pemilihan, tetapi menawarkan calon pemimpin yang bisa membawa Jakarta ke arah lebih baik.
 
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco mengatakan PDI Perjuangan dan Gerindra sudah sepakat tidak akan mengusung calon petahana Basuki Tjahaja Purnama pada Pilkada DKI 2017. "Itu kesepakatan bersama."
 
Menurut dia, PDI Perjuangan dan Gerindra mencari calon penantang Basuki. Saat ini, di Gerindra ada nama Sjafrie Sjamsoeddin, Sandiaga Uno, dan Yusril Ihza Mahendra. Dasco yakin PDI Perjuangan juga punya kader yang akan diusung menjadi calon gubernur.
 
Sekretaris DPD PDI Perjuangan DKI Prasetio Edi Marsudi mengatakan, pihaknya merangkul semua partai politik, kecuali Hanura dan NasDem. Dua partai itu diketahui mendukung Basuki sebagai calon gubernur.
 
Pras, panggilan Prasetio, mengatakan, PDI Perjuangan sudah kerja sama dengan PAN, Gerindra, PKB, dan PKS. Dalam waktu dekat, pengurus PDI Perjuangan akan menemui elite Demokrat dan Golkar. "Semuanya berpotensi menjadi rekan koalisi," kata Pras.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan