Jakarta: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan angkat bicara soal polemik revitalisasi Halte Bundaran Hotel Indonesia (HI). Revitalisasi ini dinilai sejarahwan menghalangi pemandangan kawasan Bundaran HI dan Patung Selamat Datang.
Anies memastikan pemandangan Patung Selamat Datang dan kawasan Bundaran HI tidak terhalangi. Dari sudut manapun, Patung Selamat Datang dan kawasan Bundaran HI masih terlihat.
"Nah, pemandangan yang disebut terhalang dan lain-lain itu coba lihat dari median jalan. Kalau dari trotoar, kanan kiri trotoar Jalan MH Thamrin pun ndak ada yang terhalang. Boleh dicek. Dari ujung ke ujung ndak ada yang tertutup. Kalau yang tertutup itu kalau berdirinya di median jalan. Median jalan mah tidak pernah buat jalan kaki juga selama ini," kata Anies saat meninjau Halte HI, Jakarta, Rabu, 12 Oktober 2022.
Anies menegaskan tidak ada pelanggaran dari sisi administratif dan sejarah. Rekomendasi dari sejarahwan pada Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) juga sudah didengar dan diimplementasikan PT Transjakarta dalam revitalisasi halte.
"Enggak, enggak. Kalau soal adaministratifnya boleh diuji. Kalau soal administrasinya tidak mungkin dilanggar. Boleh dicek. Bahkan ada suratnya cuma memang suratnya tidak disebarkan saja," ujar dia.
Dia selama ini tidak banyak berkomentar soal halte HI karena tak ingin polemik terus memanas. Dia masih menghargai pendapat para sejarahwan dan tidak sama sekali mengacuhkan rekomendasi dari TACB.
"Buat apa kita berdebat imajinasi. Tapi saya hormat dan saya merasa itu adalah yang membuat kita semua menjadi saling belajar harus memberikan penjelasan lengkap, harus memberikan paparan perencanaan lengkap," ucap dia.
Sejarahwan JJ Rizal menyoroti langkah PT Transjakarta merevitalisasi halte HI menjadi bangunan yang cukup besar dan tinggi. Desain halte tersebut dianggap menghalangi pemandangan kawasan Bundaran HI dan Patung Selamat Datang.
Patung Selamat Datang yang menghadap ke utara serta Bundaran HI dibangun Presiden Soekarno pada 1961. Pembangunan itu untuk menyambut para kontingen dari negara peserta Asian Games yang digelar di Jakarta pada 1962.
Jakarta: Gubernur DKI Jakarta
Anies Baswedan angkat bicara soal polemik revitalisasi
Halte Bundaran Hotel Indonesia (HI).
Revitalisasi ini dinilai sejarahwan menghalangi pemandangan kawasan Bundaran HI dan Patung Selamat Datang.
Anies memastikan pemandangan Patung Selamat Datang dan kawasan Bundaran HI tidak terhalangi. Dari sudut manapun, Patung Selamat Datang dan kawasan Bundaran HI masih terlihat.
"Nah, pemandangan yang disebut terhalang dan lain-lain itu coba lihat dari median jalan. Kalau dari trotoar, kanan kiri trotoar Jalan MH Thamrin pun
ndak ada yang terhalang. Boleh dicek. Dari ujung ke ujung
ndak ada yang tertutup. Kalau yang tertutup itu kalau berdirinya di median jalan. Median jalan mah tidak pernah buat jalan kaki juga selama ini," kata Anies saat meninjau Halte HI, Jakarta, Rabu, 12 Oktober 2022.
Anies menegaskan tidak ada pelanggaran dari sisi administratif dan sejarah. Rekomendasi dari sejarahwan pada Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) juga sudah didengar dan diimplementasikan PT Transjakarta dalam revitalisasi halte.
"Enggak, enggak. Kalau soal adaministratifnya boleh diuji. Kalau soal administrasinya tidak mungkin dilanggar. Boleh dicek. Bahkan ada suratnya cuma memang suratnya tidak disebarkan saja," ujar dia.
Dia selama ini tidak banyak berkomentar soal halte HI karena tak ingin polemik terus memanas. Dia masih menghargai pendapat para sejarahwan dan tidak sama sekali mengacuhkan rekomendasi dari TACB.
"Buat apa kita berdebat imajinasi. Tapi saya hormat dan saya merasa itu adalah yang membuat kita semua menjadi saling belajar harus memberikan penjelasan lengkap, harus memberikan paparan perencanaan lengkap," ucap dia.
Sejarahwan JJ Rizal menyoroti langkah PT Transjakarta merevitalisasi halte HI menjadi bangunan yang cukup besar dan tinggi. Desain halte tersebut dianggap menghalangi pemandangan kawasan Bundaran HI dan Patung Selamat Datang.
Patung Selamat Datang yang menghadap ke utara serta Bundaran HI dibangun Presiden Soekarno pada 1961. Pembangunan itu untuk menyambut para kontingen dari negara peserta Asian Games yang digelar di Jakarta pada 1962.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)