medcom.id, Jakarta: Aiptu Sunaryanto tak menduga bakal menghadapi posisi genting malam itu, Minggu, 9 April 2017. Dia mendapati aksi penyanderaan nekat oleh seorang pria di dalam angkutan kota di kawasan Jakarta Timur.
Kala itu, Sunaryanto kebetulan hendak tugas piket malam di Polres Jakarta Timur. Berkendara sepeda motor, ia berangkat dari rumah di kawasan Bekasi.
Di tengah jalan, Sunaryanto melihat ada kerumunan. Anggota Satlantas Polres Jakarta Timur itu juga mendengar teriakan adanya perampokan.
Kendati sehari-hari bertugas sebagai anggota satuan lalu lintas, naluri sebagai polisi membuatnya memutuskan memutar balik kemudi motor. Saat mendekati kerumunan, Sunaryanto melihat seorang pria tengah mendekap seorang ibu dan anaknya di dalam angkutan KWK T 25 jurusan Rawamangun-Pulogadung.
Kepada pelaku, Sunaryanto mengenalkan diri sebagai anggota Polri. Melihat Sunaryanto, pelaku yang diketahui bernama Hermawan, panik. Dia semakin kuat mendekap si ibu yang belakangan diketahui bernama Risma Oktaviani sembari memeluk anaknya yang tertidur pulas. Warga yang menyemut membikin pelaku semakin kalap.
Sunaryanto mencoba tenang dan terus mengajak pelaku bicara baik-baik. Sunaryanto juga meminta warga tak ada yang bertindak. Ia meminta pelaku mengurungkan niatnya.
"Negosiasinya sekitar 30 menit," kata Sunaryanto di Mapolda Metro Jaya, Rabu 12 April 2017.
Nego berlangsung alot. Dia pun menyiapkan langkah tegas buat membekuk Hermawan. Namun, Sunaryanto sempat ragu, sebab banyak warga berkerumun. Belum lagi, jarak pelaku dan korban penyekapan sangat erat. Salah-salah, pelor di bedil Sunaryanto malah meleset kena si korban.
Melumpuhkan Pelaku
Sunaryanto memutar otak mencari strategi agar korban dapat bebas dan pelaku bisa dibekuk. Sebagai langkah awal, ia meminta tolong kepada tukang ojek online yang ada di sekitar lokasi mengimbau warga yang berkerumun menjauh dari angkot.
"Tolong dong, tolong mas bantu saya. Itu massa yang ada di belakang angkot agar menjauh. Kalau saya lumpuhkan (pelaku) agar tidak mengenai yang lainnya," Sunaryanto menirukan ucapannya kepada tukang ojek online.
Setelah itu, Sunaryanto mengatakan pada sopir ojek online kalau dirinya bakal mengambil langkah tegas. Lantaran nego alot, Sunaryanto pun bertekad melumpuhkan pelaku menggunakan becengnya.
"Nanti situasi apa pun, setelah saya tindak dengan pelumpuhan, sebisa mungkin ibunya ditarik, apa pun yang terjadi," kisah Sunaryanto.
Sunaryanto kemudian membikin sedikit skenario. Dia mencari celah pelaku lengah. Sunaryanto memilih kembali mengajak berbincang dan menenangkan si pelaku.
Sunaryanto melihat warga yang berkerumun mulai menjauh. Dia lantas menimbang-nimbang, bagian tubuh mana yang bakal didor.
"Saya (ucapkan) bismillahirrahmaanirrahiim, saya salawatan tiga kali, saya yakin, ya Allah mudah-mudahan ini tidak meleset," ungkap dia.
Sempat terbersit di benak Sunaryanto bakal mengarahkan becengnya ke arah kepala pelaku. Tapi, Sunaryanto bilang, "itu terlalu sadis."
Dia juga sempat punya opsi mengarahkan pelor ke bagian punggung pelaku. Namun, Sunaryanto melihat jarak pelaku dengan korban terlalu dekat.
Pada satu momen, Sunaryanto melihat pelaku lengah. Tangan kanan pelaku yang sebelumnya mengarahkan pisau ke leher korban, rada turun ke bawah. Dia pun mendor lengan kanan pelaku.
"Akhirnya alhamdulillah bisa dilumpuhkan," kata Sunaryanto.
Atas keberaniannya, Sunaryanto hari ini diberi penghargaan oleh Polda Metro Jaya. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan memimpin langsung upacara penyerahan penghargaan buat Sunaryanto. Iriawan berharap, jajarannya yang lain bisa meniru keberanian anggota Satlantas Polres Jakarta Timur itu.
medcom.id, Jakarta: Aiptu Sunaryanto tak menduga bakal menghadapi posisi genting malam itu, Minggu, 9 April 2017. Dia mendapati aksi penyanderaan nekat oleh seorang pria di dalam angkutan kota di kawasan Jakarta Timur.
Kala itu, Sunaryanto kebetulan hendak tugas piket malam di Polres Jakarta Timur. Berkendara sepeda motor, ia berangkat dari rumah di kawasan Bekasi.
Di tengah jalan, Sunaryanto melihat ada kerumunan. Anggota Satlantas Polres Jakarta Timur itu juga mendengar teriakan adanya perampokan.
Kendati sehari-hari bertugas sebagai anggota satuan lalu lintas, naluri sebagai polisi membuatnya memutuskan memutar balik kemudi motor. Saat mendekati kerumunan, Sunaryanto melihat seorang pria tengah mendekap seorang ibu dan anaknya di dalam angkutan KWK T 25 jurusan Rawamangun-Pulogadung.
Kepada pelaku, Sunaryanto mengenalkan diri sebagai anggota Polri. Melihat Sunaryanto, pelaku yang diketahui bernama Hermawan, panik. Dia semakin kuat mendekap si ibu yang belakangan diketahui bernama Risma Oktaviani sembari memeluk anaknya yang tertidur pulas. Warga yang menyemut membikin pelaku semakin kalap.
Sunaryanto mencoba tenang dan terus mengajak pelaku bicara baik-baik. Sunaryanto juga meminta warga tak ada yang bertindak. Ia meminta pelaku mengurungkan niatnya.
"Negosiasinya sekitar 30 menit," kata Sunaryanto di Mapolda Metro Jaya, Rabu 12 April 2017.
Nego berlangsung alot. Dia pun menyiapkan langkah tegas buat membekuk Hermawan. Namun, Sunaryanto sempat ragu, sebab banyak warga berkerumun. Belum lagi, jarak pelaku dan korban penyekapan sangat erat. Salah-salah, pelor di bedil Sunaryanto malah meleset kena si korban.
Melumpuhkan Pelaku
Sunaryanto memutar otak mencari strategi agar korban dapat bebas dan pelaku bisa dibekuk. Sebagai langkah awal, ia meminta tolong kepada tukang ojek online yang ada di sekitar lokasi mengimbau warga yang berkerumun menjauh dari angkot.
"Tolong dong, tolong mas bantu saya. Itu massa yang ada di belakang angkot agar menjauh. Kalau saya lumpuhkan (pelaku) agar tidak mengenai yang lainnya," Sunaryanto menirukan ucapannya kepada tukang ojek online.
Setelah itu, Sunaryanto mengatakan pada sopir ojek online kalau dirinya bakal mengambil langkah tegas. Lantaran nego alot, Sunaryanto pun bertekad melumpuhkan pelaku menggunakan becengnya.
"Nanti situasi apa pun, setelah saya tindak dengan pelumpuhan, sebisa mungkin ibunya ditarik, apa pun yang terjadi," kisah Sunaryanto.
Sunaryanto kemudian membikin sedikit skenario. Dia mencari celah pelaku lengah. Sunaryanto memilih kembali mengajak berbincang dan menenangkan si pelaku.
Sunaryanto melihat warga yang berkerumun mulai menjauh. Dia lantas menimbang-nimbang, bagian tubuh mana yang bakal didor.
"Saya (ucapkan) bismillahirrahmaanirrahiim, saya salawatan tiga kali, saya yakin, ya Allah mudah-mudahan ini tidak meleset," ungkap dia.
Sempat terbersit di benak Sunaryanto bakal mengarahkan becengnya ke arah kepala pelaku. Tapi, Sunaryanto bilang, "itu terlalu sadis."
Dia juga sempat punya opsi mengarahkan pelor ke bagian punggung pelaku. Namun, Sunaryanto melihat jarak pelaku dengan korban terlalu dekat.
Pada satu momen, Sunaryanto melihat pelaku lengah. Tangan kanan pelaku yang sebelumnya mengarahkan pisau ke leher korban, rada turun ke bawah. Dia pun mendor lengan kanan pelaku.
"Akhirnya alhamdulillah bisa dilumpuhkan," kata Sunaryanto.
Atas keberaniannya, Sunaryanto hari ini diberi penghargaan oleh Polda Metro Jaya. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan memimpin langsung upacara penyerahan penghargaan buat Sunaryanto. Iriawan berharap, jajarannya yang lain bisa meniru keberanian anggota Satlantas Polres Jakarta Timur itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OJE)