Jakarta: Tarif Mass Rapid Transit (MRT) yang ditetapkan DPRD DKI dinilai terlalu mahal. Pengeluaran bulanan masyarakat untuk transortasi sudah tinggi.
"Tarif MRT sebesar Rp8.500 masih kemahalan," kata Analis Kebijakan Transportasi Azas Tigor Nainggolan, kepada Medcom.id, Selasa, 26 Maret 2019.
Dia menyebut sistem tarif MRT seharusnya terpadu satu paket. Artinya, kata dia, warga dari rumah sampai tujuan hanya membayar satu tarif terintegrasi dengan moda transportasi lain.
Azas mengatakan saat ini warga yang menggunakan MRT masih membutuhkan moda lain dari ke MRT dari rumah sampai tujuan akhir. Dia menyarankan tarif MRT dipatok Rp10 ribu dengan catatan sudah terintegrasi dengan seluruh moda.
"Saya menyarankan Rp10 ribu satu paket termasuk dengan integrasi transportasi lain," kata Ketua Forum Warga Kota Jakarta itu.
Baca juga: 'Norak' saat Coba MRT Tak cuma di Jakarta
Angka ini, kata Azas, dinilai tidak akan memberatkan publik sebab pembayaran dilakukan satu kali sampai tempat tujuan. Sebaliknya, lanjut dia, jika tarif MRT Rp8.500 dan belum terintegrasi, biaya yang dikeluarkan masyarakat lebih tinggi.
Dia mencontohkan warga yang menggunakan MRT membayar Rp8.500, ditambah biaya akses menuju MRT sebesar Rp5 ribu dengan angkutan umum, dan Rp3.500 untuk tarif Bus Transjakarta ke tujuan akhir. Artinya dalam sehari, kata Azas, dibutuhkan Rp17 ribu hanya untuk transportasi satu kali ke tempat tujuan.
Jika dikalikan 22 hari dalam satu bulan, lanjut dia, pengeluaran masyarakat untuk transportasi dalam sebulan adalah Rp748 ribu. Angka ini dinilai terlalu besar.
Azas menyebut idealnya biaya transportasi warga adalah 15 persen dari pendapatannya tiap bulan. Saat ini, kata dia, upah minimum provinsi di Jakarta adalah Rp3,8 juta per bulan. Jika dikalikan 15 persen, maka idealnya masyarakat mengeluarkan Rp570 ribu untuk transportasi.
"Artinya warga masih menombok untuk biaya bertransportasi," pungkasnya.
Jakarta: Tarif Mass Rapid Transit (MRT) yang ditetapkan DPRD DKI dinilai terlalu mahal. Pengeluaran bulanan masyarakat untuk transortasi sudah tinggi.
"Tarif MRT sebesar Rp8.500 masih kemahalan," kata Analis Kebijakan Transportasi Azas Tigor Nainggolan, kepada
Medcom.id, Selasa, 26 Maret 2019.
Dia menyebut sistem tarif MRT seharusnya terpadu satu paket. Artinya, kata dia, warga dari rumah sampai tujuan hanya membayar satu tarif terintegrasi dengan moda transportasi lain.
Azas mengatakan saat ini warga yang menggunakan MRT masih membutuhkan moda lain dari ke MRT dari rumah sampai tujuan akhir. Dia menyarankan tarif MRT dipatok Rp10 ribu dengan catatan sudah terintegrasi dengan seluruh moda.
"Saya menyarankan Rp10 ribu satu paket termasuk dengan integrasi transportasi lain," kata Ketua Forum Warga Kota Jakarta itu.
Baca juga:
'Norak' saat Coba MRT Tak cuma di Jakarta
Angka ini, kata Azas, dinilai tidak akan memberatkan publik sebab pembayaran dilakukan satu kali sampai tempat tujuan. Sebaliknya, lanjut dia, jika tarif MRT Rp8.500 dan belum terintegrasi, biaya yang dikeluarkan masyarakat lebih tinggi.
Dia mencontohkan warga yang menggunakan MRT membayar Rp8.500, ditambah biaya akses menuju MRT sebesar Rp5 ribu dengan angkutan umum, dan Rp3.500 untuk tarif Bus Transjakarta ke tujuan akhir. Artinya dalam sehari, kata Azas, dibutuhkan Rp17 ribu hanya untuk transportasi satu kali ke tempat tujuan.
Jika dikalikan 22 hari dalam satu bulan, lanjut dia, pengeluaran masyarakat untuk transportasi dalam sebulan adalah Rp748 ribu. Angka ini dinilai terlalu besar.
Azas menyebut idealnya biaya transportasi warga adalah 15 persen dari pendapatannya tiap bulan. Saat ini, kata dia, upah minimum provinsi di Jakarta adalah Rp3,8 juta per bulan. Jika dikalikan 15 persen, maka idealnya masyarakat mengeluarkan Rp570 ribu untuk transportasi.
"Artinya warga masih menombok untuk biaya bertransportasi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MEL)