Nek Siti (berkerudung merah tua)/Metrotvnews.com/Wanda Indana
Nek Siti (berkerudung merah tua)/Metrotvnews.com/Wanda Indana

Tangisan Nek Siti Pecah Saksikan Rumahnya DIhancurkan

Wanda Indana • 11 April 2016 14:09
medcom.id, Jakarta: Siti tak kuat menahan pilu. Air mata mulai membasahi pipi perempuan berusia 59 tahun ini. Wajah penuh kerutan itu seolah tak sanggup melihat tempat tinggalnya di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, rata dengan tanah, Senin 11 April.
 
Makin lama tangis Nek Siti, panggilan akrabnya, semakin sesenggukan. Sesekali ia menyeka air mata menggunakan kerudung merah tua yang ia kenakan.
 
"Rumah saya di ujung itu, dekat kali," kata Nek Siti menunjuk ke arah rumahnya yang sudah tinggal puing di Jembatan Posko Tiga Pilar, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (11/4/2016).

Nek Siti tak pernah membayangkan rumah mungil yang ia bangun bersama suami harus hancur digaruk mesin raksasa oranye. Penggusuran ini bagai mimpi di siang bolong bagi Nek Siti.
 
"Enggak sangka mereka tega," ucap Nek Siti sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
 
Nek Siti mengaku sempat ikut berjuang bersama warga menghalangi Satpol PP bersama tim TNI-Polri yang mulai mengepung permukiman mereka. Tapi, Siti memilih mundur karena suasana mulai ricuh.
 
"Saya ikut, tapi tidak berani lama-lama, saya sudah tua," kata dia.
 
Nek Siti sudah tak punya pilihan. Suka atau tidak suka ia harus meninggalkan Kampung Akuarium yang rencananya akan dijadikan kawasan wisata bahari oleh pemerintah, sang empunya tanah.
 
Nek Siti berencana pindah ke rumah anankya di kawasan Kota, Jakarta Barat. "Sementara saya tinggal di rumah anak saya," ujar dia.
 
Sebelumnya, sejak pagi petugas utusan Pemprov DKI Jakarta berdatangan ke Kampung Akuarium. Mereka ditugaskan mengesekusi bangunan di kawasan itu.
 
Eksekusi penggusuran sempat ricuh. Petugas sempat adu otot dengan ratusan warga Kampung Akuarium.
 
Awalnya, ratusan Satpol PP diadang barisan ibu-ibu. Ketika suasa memanas dan sudah ada warga terjatuh, barisan di depan diambil alih warga laki-laki. Sambil berteriak Lailahaillallah, warga terus memukul mundur petugas Satpol PP.
 
Tak hanya mengadang, berbagai cara lain digunakan warga agar eksekusi penggusuran bisa dimundurkan. Mulai menggelar doa bersama di tengah penggusuran, hingga melempari petugas dengan batu dan kayu.
 
Mediasi sempat dilakukan, namun gagal. Kericuhan kedua pun meletus. Tapi, usaha warga sia-sia. Alat berat tetap bekerja. Tak butuh waktu lama, beberapa rumah semipermanen milik warga sudah rata dengan tanah.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OJE)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan