Sebuah kapal melintas di kawasan pantai Muara Baru, Jakarta Utara, Minggu (24/7/2011). Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Sebuah kapal melintas di kawasan pantai Muara Baru, Jakarta Utara, Minggu (24/7/2011). Foto: Antara/Sigid Kurniawan

Tanggul Raksasa Hindarkan Jakarta dari 2 Banjir Besar

Akmal Fauzi • 24 Maret 2017 17:17
medcom.id, Jakarta: Dua banjir besar mengancam Jakarta dalam beberapa tahun ke depan. Keduanya bersumber dari rob dan luapan 13 sungai yang mengalir ke Jakarta. Kedua banjir itu bisa diatasi salah satunya dengan membangun tanggul raksasa.
 
"Pemerintah secara bertahap harus segera membangun tanggul raksasa," kata Rudy Tambunan, pakar perkotaan dan lingkungan dari Universitas Indonesia, dalam keterangan tertulis, Jumat 24 Maret 2017.
 
Pemerintah menargetkan membangun fase A tanggul raksasa akhir 2017. Pembangunan fase A, kata Rudy, merupakan penguatan sistem tanggul laut dan sungai yang telah ada. 

Rudy meyakini keberadaan tanggul fase awal itu bisa mengatasi endapan Teluk Jakarta yang banyak disumbang Sungai Cisadane dan Sungai Citarum. Keberadaan tanggul raksasa juga diyakini bisa memperlambat kenaikan muka air laut.
 
Selain itu, Rudy meminta warga Jakarta segera meninggalkan penggunaan air tanah. Eksploitasi air tanah membuat permukaan tanah cepat mampat dan menjadi tempat genangan air (rob).
 
Sementara itu, studi Institut Teknologi Indonesia di Bandung menyebutkan, permukaan air laut akan naik antara 0,25, 0,57, hingga 1 sentimeter per tahun. 
 
"Daerah Utara Jakarta yang akan terendam banjir rob pada 2050 akan berkisar 40, 45, dan 90 kilometer persegi," ujar Rudy. Cakupan wilayah yang terendam rob tersebut akan semakin luas jika penurunan permukaan daratan lebih dalam.
 
Pembangunan tanggul raksasa fase A merupakan rekomendasi studi Jakarta Coastal Defence Strategy tahun 2012 untuk mengatasi banjir besar pada 2050. Banjir bandang diprediksi datang bersamaan dengan pasang air laut sebagaimana terjadi pada 2002, 1996, dan 1976.
 
"Tanggul pantai perlu karena pembangunan tanggul antarpolder di pantai belum terpadu, terutama di 10 muara sungai,” kata dia.
 
Dibiayai proyek reklamasi
 
Pemerintah berencana membangun tanggul raksasa dengan skema pembiayaan patungan bersama pengembang 17 pulau reklamasi. “Jadi, yang membangun tanggul bukan pengembang,” ujar Rudy.
 
Ia mengingatkan, keterlibatan masyarakat dalam pembenahan DAS dan wilayah pantai sangat diperlukan. Pengembangan dan revitalisasi wilayah di Jakarta seharusnya berbasis komunitas.
 
Penelitian bertajuk “Indonesia: A Vulnerable Country in the Face of Climate Change” yang dirilis Global Majority Journal Juni 2010, sudah mengingatkan dampak perubahan iklim berupa peningkatan suhu, intensitas hujan, permukaan air laut, dan ancaman pangan.
 
Studi ini juga menyebut perubahan iklim di Indonesia akan membuat intensitas curah hujan naik antara 2 persen sampai 3 persen per tahun yang membuat wilayah Indonesia terancam banjir parah. 
 
Sebagai contoh, Jakarta mengalami banjir parah pada Februari 2007 akibat curah hujan yang tinggi.
 
Dari data yang tertera, saat itu banjir melanda 80 wilayah dan melumpuhkan transportasi di Jakarta. Banjir juga merendam lebih dari 70 ribu rumah dan memaksa 420 ribu-440 ribu orang mengungsi.
 
Emmy Hafild, aktivis lingkungan, menyatakan Jakarta akan tenggelam jika pemerintah tidak mengambil langkah-langkah terpadu. 
 
"Pembangunan tanggul raksasa yang dibarengi dengan pengaturan pemakaian air tanah di daratan akan menyelesaikan banjir rob dari laut," kata dia.
 
Adapun reklamasi 17 pulau yang digagas pemerintah, ujarnya, merupakan salah satu cara membiayai pembangunan tanggul. “Pembangunan tanggul membutuhkan biaya yang sangat besar dan tidak mungkin dibebankan kepada anggaran negara,” kata dia.
 
Menurut Emmy, reklamasi merupakan salah satu bentuk adaptasi terhadap lingkungan Teluk Jakarta yang sudah rusak dan tidak dapat dikembalikan ke posisi semula. 
 
"Keberadaan reklamasi diharapkan akan menciptakan ekosistem baru yang akan memperbaiki kondisi lingkungan," kata dia.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan